Pagi hari Andra telah disibukan membereskan kamar kosnya, sesuai dengan permintaan Andra waktu itu Raka menyetujui untuk meminjamkan Andra uang agar bisa melanjutkan hidupnya.
Andra menata setiap barang yang ada, merapikan semua yang tampak berantakan, Andra benar-benar akan memulai hidupnya dari nol tanpa ada orang tua dan harta melimpah.
Fokus Andra terganggu saat pintunya diketuk, tanpa menunggu Andra langsung membukakan pintunya.
"Siapa ?"
Andra melongo melihat sosok dihadapannya, fikirannya melayang ketika Andra menghadiri undangan pernikahan dengan Fania, disana Andra menabrak seorang wanita dan saat ini wanita itu berada tepat dihadapannya.
Setelah sekian lama Andra bertemu lagi dengannya dan itu tanpa di duga.
"Lo benar Fan, masih banyak waktu untuk bisa kembali bertemu"
Ucapan Andra membuat orang dihadapannya mengernyit heran, Andra mengerjap saat sebuah tangan melambay didepan matanya.
"Hah iya, lo kan .... "
"Iya, kamu masih ingat, gimana kabarnya ?"
"Kabar... kabar... gimana kabarnya emmm kabar, iya tentu saja kabar gue baik-baik saja seperti yang terlihat sekarang"
Andra grogi sendiri meski wanita dihadapannya terlihat biasa saja, wanita itu terkikik geli melihat tingkah Andra terhadapnya.
"Kamu kenapa ?"
"Kenapa, oh enggak, gak apa-apa, mmmm lo kos disini juga ?"
"Tidak, ini kos milih orang tua aku kamu kos disini kan ?"
"Iya baru hari ini, mmm jadi lo yang punya kos ini ?"
"Ini punya orang tua aku tadi kan sudah dibilang"
Andra tersenyum kikuk mendengar jawaban wanita dihadapannya, aneh sekali Andra sudah biasa bertemu dan berbincang dengan banyak wanita tapi tak pernah seperti saat ini.
"Kamu sewa disini minta dilengkapi semuanya kan ?"
"Iya, gue sudah bayar ko untuk 3 bulan ke depan"
"Iya, dan ini aku anterin semuanya ada tv lemari ada dispenser ada kompor dan beberapa perlengkapan memasak, apa ada yang kurang ?"
Andra tersenyum melihat barang-barang yang diangkut masuk ke rumah kosnya, kemudian menggeleng menjawab pertanyaan orang dihadapannya.
"Sudah cukup semuanya ?"
"Belum"
"Apa lagi ?"
"Gue mau tahu nama lo"
Andra mengulurkan tangannya tanpa ragu, wanita itu mengernyit menatap Andra dan sesaat kemudian dia menjabat tangan Andra.
"Prischa, aku biasa dipanggil Icha kalau kamu mau kamu bisa panggil aku Icha"
"Icha, baiklah salam kenal gue Andra"
"Ok, kalau gitu aku pamit ya semuanya sudah cukup kan gak ada yang kurang lagi ?"
Andra melepaskan jabatan tangannya dan menggeleng, Andra mengiyakan untuk Icha pergi dari hadapannya.
Seperginya Icha, Andra kembali melanjutkan kegiatannya kini Andra merasa lebih semangat mengerjakannya, Andra merasa beruntung setelah kehilangan kedua orang tuanya kini Andra bertemu dengan seseorang yang mampu membuatnya tersenyum begitu saja.
"Andraaaaa"
Andra mengernyit mendengar namanya dipanggil, Andra kenal suara itu, Andra melirik jam ditangannya baru jam 9 kenapa bisa dia datang.
"Andra, lo di dalam gak ?"
"Masuk saja, gue lagi sibuk gak sempet buka pintu"
Andra tak peduli saat pintunya terbuka, Andra fokus dengan kesibukannya membereskan rumahnya.
"Sendirian saja ?"
"Lo gak kuliah malah datang kesini ?"
Anggi tersenyum dan membantu Andra menyelesaikan pekerjaannya.
"Gak ada dosen, males banget diam di kampus"
"Terus yang lain mana, lo balik sendiri ?
"Iya, mereka masih dikampus biar bisa kasih kabar kalau dosen datang"
Andra menggeleng dan tak menjawab obrolan Anggi, Anggi memang suka banget datang terlambat, dari pada harus nunggu dosen datang Anggi lebih suka buat dosen menunggunya, meski berkali-kali Anggi mendapat teguran tapi Anggi tak peduli dan tetap saja mengulangnya lagi.
"Dra, lo yakin tinggal disini ?"
"Kalau gak yakin ngapain gue beres-beres disini"
"Tapi ini jauh kemana-mana loh, ke rumah anak-anak juga jauh, lo mau sendirian disini"
"Gak masalah, kalian saja yang datang kesini, kalian kan ada kendaraan kalau gue kan gak ada"
"Iya sih bisa saja, terus lo sudah mutusin mau kerja apa setelah ini ?"
"Gue minta bantuan Fania, siapa tahu saja dikantor tempat dia kerja ada lowongan buat gue"
Anggi menggangguk yang dikatakan Andra mungkin benar, toh Fania sudah lama kerja disana pasti tahu jika ada yang membutukan karyawan baru.
"Gi, lo masih mau deket-deket sama gue, sekarang kan gue sudah susah ?"
Anggi terdiam melirik Andra, pertanyaan itu terdengar konyol ditelinga Anggi.
"Maksud lo apa ?"
"Ya siapa tahu saja besok lusa gue cuma nyusahin lo sama yang lain"
"Memang kemarin lo sukses, lo gak sadar kemarin juga lo gaya pake harta orang tua kan, sama saja sama gue sama anak-anak yang lain ya kecuali Fania sih dia kan sudah punya penghasilan sendiri"
"Iya juga sih, tapi sekarang kan beda saja"
"Apanya yang beda, jangan-jangan lo yang bakal berubah kalau nanti sudah kerja kan, berasa lo paling sukses"
"Ya enggaklah, gue juga kerja jadi karyawan bukan jadi bosnya"
"Ya sudah berarti kan sama saja, pertanyaan lo gak penting tahu gak, emang kita baru kenal 2 hari aneh banget"
Andra tersenyum, pembicaraan mereka membuat pekerjaannya terasa ringan.
Waktu berjalan begitu cepat dan pekerjaan mereka telah sampai diakhir, Andra tersenyum dan merangkul Anggi.
"Makasih ya lo sudah bantuin gue jadi cepat selesai kan kerjaannya"
"Iyalah, itu gunanya sahabat"
"Lo memang sahabat gue yang baik"
Anggi dan Andra sama-sama tersenyum dan memperhatikan setiap penjuru ruangan, meneliti setiap penataan barang-barang dan memastikan semua telah berada ditempat yang memang pantas.
Anggi duduk diteras luar, menunggu Andra yang sedang membuatkan mie untuknya.
Hari sudah siang tapi sahabatnya yang lain tidak memberi kabar apa pun tentang dosen itu berarti Anggi tak perlu kembali ke kampus.
"Nih mie sudah jadi, silahkan dinikmati nona manis"
"Waahh terimakasih master chef"
Anggi membawa mangkuk mie bagiannya, Andra turut duduk disamping Anggi.
Mereka menikmati mie panas buatan Andra setelah lelah membereskan rumah.
"Dra, lo harusnya minta sediakan kursi sama meja juga"
"Iya gue lupa, nanti saja gue minta lagi sekalian ketemu gadis cantik"
"Siapa gadis cantik ?"
"Anak ibu kos, lo gak tahu ya ?"
"Lo naksir sama dia ?"
Andra tersenyum tak menjawab, jika saat dulu mungkin Andra bisa dengan mudah mendekati wanita mana pun.
Tapi sekarang Andra ciut diawal karena keadaannya sendiri, Andra khawatir jika dirinya akan direndahkan karena hanya anak kos yang tak punya apa-apa, tak ada yang bisa dibanggakannya saat ini pada wanita mana pun sekali pun wanita yang disukainya.
"Gaya lo naksir-naksir, dia mau gak sama lo"
"Biar saja, kenapa memangnya, cemburu lo ?"
"hahahahah"
"Ngakak lagi, jujur saja kali"
"enggaklah, masa iya cemburu, gue ikut senang juga dong"
Keduanya kembali diam dan fokus melahap mie ditangannya.