Gina menatap bahagia papan bertuliskan happy wedding anniversary Gina dan Hendra, 30 tahun sudah kebersamaan mereka sebagai sepasang suami istri.
Hendra menghampiri istri tercintanya, menyentuh kedua pundaknya dan ikut menatap tulisannya.
"30 tahun"
"Ya, selama itukah ?"
"Gimana perasaannya ?"
"Perasaan yang mana ?"
"Perasaan memiliki anak seperti Fania ?"
Fania menyela obrolan orang tuanya, Gina dan Hendra tersenyum melihat kedatangan putri tunggalnya.
"Happy anniversary kalian"
Fania mengucapkan selamat sambil memeluk dan mencium pipi keduanya secara bergantian.
"Kalian ngapain disini, bukannya masuk katanya mau ngerayain tapi malah diam disini"
"Iya sana kamu masuk, kasihan teman-teman kamu"
"Kasian itu tamu Mamah sama Papah kalau teman Fania biar saja gak masalah"
"Ya sudah sana masuk nanti Mamah sama Papah juga masuk"
Fania mengangguk dan berlalu meninggalkan keduanya, Fania melihat orang-orang yang datang ke rumahnya.
Begitu banyak orang penting disana dengan berpenampilan keren, Fania menggeleng kedua orang tuanya memang dikenal baik sehingga bisa memiliki banyak kenalan.
"Fania ya ?"
Fania berbalik saat satu suara menyebut namanya.
"Fania kan ?"
"Iya, kamu siapa ?"
"Kamu lupa sama aku ?"
"Memangnya siapa ?"
"Aku Putra, teman SD dulu"
Fania mengernyit meneliti orang dihadapannya, fikirannya berputar kembali ke masa SD dulu.
Fania menggeleng, diingatan Fania dulu Putra tidak seperti itu.
"Ingat, Putra"
"Masa sih, kok bisa keren gini"
"Ah elaahh kamu ini masih saja ya ngejeknya"
"Iya deh percaya aja, lagian beda banget sih, sama siapa kesini memang diundang ?"
Putra mengacak rambut Fania asal membuatnya berantakan dan Fania kesal dengan itu.
Dulu Putra memang selalu memperlakukan Fania seperti itu.
"Oh iya, gimana kamu sudah nikah belum ?"
"Nikah nikah euh belum"
"Kasihaaan perawan tua"
"Enak saja"
Fania mendelik kesal, Putra memang selalu membuatnya jengkel sejak saat dulu.
Dan sekarang Putra masih sama menyebalkannya seperti dulu.
"Baiklah teman-teman dan para tamu undangan, waktu sudah semakin larut bagaimana kalau kita mulai saja acaranya"
Fania dan Putra sama-sama terdiam saat mendengar suara MC berbicara.
"Kalau begitu kita akan bicara lagi nanti, aku harus kesana mengikuti acara"
"Baiklah aku juga akan kesana"
Fania menggeleng dan berlalu lebih dulu meninggalkan Putra, Fania bergabung dengan sahabatnya dan turut mengikuti acara kedua orang tuanya.
"Fan, apa lo juga akan seperti ini bersama suami lo nanti ?"
"Tentu saja, tapi gue bakal lebih romantis dari Mamah sama Papah lihat saja"
"Oh ya, akan seperti itu ?"
Fania mengangguk pasti menjawab pertanyaan Raka, Fania memang tidak memiliki kekasih tapi Fania memiliki impian tentang bagaimana jika Fania berumah tangga dimasa depan nanti.
"Oh iya Fan, apa lo sudah nemuin calonnya ?"
"Pasti sudah ada cuma belum dipertemukan saja"
Wulan mengangguk, Wulan mengerti satu sahabatnya itu adalah orang paling cuek tentang pasangan.
Fania tak pernah merasa iri melihat sahabatnya yang bergandengan bahkan bermesraan dengan kekasihnya.
Fania memejamkan matanya dan memijat pelan keningnya.
"Fan, lo kenapa ?"
"Gak apa-apa ko Gil, gue emang lagi gak enak badan saja kepala gue sering mendadak pusing juga sakit"
"Haah itu sih penyakit lo dari orok"
Fania terkikik mendengar ucapan Gilang, memang Fania sudah sangat terbiasa dengan sakit dikepalanya dan mereka yang mengenal dekat Fania sudah tak aneh lagi dengan hal itu.
"Baiklah silahkan untuk saudari Fania agar bisa datang kesini dan berada ditengah kedua orang tuanya"
Keasyikan Fania berbincang dengan sahabatnya membuat Fania tak fokus dengan acaranya.
Fania pamit dan berlalu menuju orang tuanya setelah MC memangilnya untuk datang.
"Dan inilah putri tunggal dari Pak Hendra dan Bu Gina, wooow cantik sekali luar biasa"
Sambutan MC membuat Fania malu sendiri, Fania tersenyum melihat orang-orang yang kini tengah memperhatikannya.
"Silahkan Fania apa yang ingin disampaikan untuk orang tua tercintanya"
Fania melirik MC kemudian berpindah pada kedua orang tuanya, Fania tersenyum menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Fania ingin mengucapkan selamat untuk wedding anniversary Mamah sama Papah, Fania doakan agar kalian tetap bersama dan bahagia semoga tak akan ada masalah apa pun yang akan mengganggu keharmonisan Mamah sama Papah"
Hendra dan Gina mengucapkan amin bersamaan dan bergantian memeluk Fania.
"Dan Fania, masih ada yang lain ?"
Tanya MC setelah Fania kembali ke posisinya, Fania mengangguk dan kembali menatap kedua orang tuanya.
"Fania mau ucapin terimakasih sama Mamah dan Papah karena sudah merawat dan menjaga Fania dengan segenap kasih sayang, Fania beruntung bisa terlahir ditengah kalian dan Fania bersyukur dengan semuanya, Fania minta maaf jika selama Fania bersama kalian Fania sering bikin masalah yang akhirnya membuat kalian kesal"
Gina menggeleng, bagi Gina Fania adalah anak yang baik sekali pun Fania bandel itu tidak jadi masalah, karena mungkin tidak semua pemikiran Fania bisa satu arah dengan Gina dan Hendra.
Hendra menarik Fania dan merangkulnya, Hendra tersenyum menatap putri semata wayangnya.
"Apa kalian semua tahu, Fania ini memang seorang yang keras kepala dia selalu mewujudkan apa yang menjadi impiannya sekali pun orang tua tidak mendukungnya, tapi kami bangga karena dari keras kepalanya Fania tumbuh menjadi anak mandiri dan kuat, Fania tidak pernah mengeluh dalam hal apa pun karena setiap hal yang dijalaninya adalah pilihannya, dan pilihannya adalah keras kepalanya dan keras kepalanya menjadi kebanggan bagi kami orang tuanya"
Fania tersenyum, benar sekali, Fania memang keras kepala apa pun yang Fania inginkan haruslah dipenuhi tapi dibalik itu Fania menjanjikan dan memberikan hasil yang tentu saja membuat orang tuanya bangga.
"Woooow sekali lagi woooow inilah contoh keluarga bahagia, kita wajib mencontoh dari mereka, keras kepala tidak selalu membust celaka tapi lihatlah Fania justru membanggakan orang tuanya berkat keras kepalanya"
semua tamu yang hadir tampak terkikik dan sebagian dari mareka ada yang bertepuk tangan untuk keluarga bahagia tersebut.
Waktu berjalan cepat, semua tampak menikmati acaranya, Fania dan sahabatnya begitu kompak melewati acara.
"Om, tante kami pamit dulu ya terimakasih untuk undangannya, ini sangat menyenangkan"
"Kami yang berterimakasih pada kalian karna telah berkenan hadir malam ini"
Hendra tersenyum menjawab ucapan Anggi, Anggi mengangguk kemudian mereka semua pamit untuk pulang karena memang sudah sangat larut malam.
"Sekarang kamu istirahat Fania, kamu kan lagi kurang sehat"
"Iya Pah, kalian juga harus cepat istirahat acara malam ini sangat melelahkan"
"Tentu saja, sampai besok sayang"
Gina mengusap lembut kepala Fania dan berlalu pergi dengan mengajak suaminya, Fania tersenyum menyaksikan langkah kedua orang tuanya.
Fania benar-benar bahagia dengan hidupnya saat ini dan berharap kebahagiaannya tak akan pernah terganggu oleh apa pun.