Jam 7 malam Fania sudah siap dengan penampilannya, Fania duduk disofa luar rumahnya menunggu Andra selesai dengan tampilannya.
"Belum berangkat ?"
"Belum, Andra lagi pasang bulu mata kali"
"Nanti telat"
"Biar saja, telat dikit gak masalah"
Gina tersenyum dan kembali meninggalkan Fania, seperginya Gina penantian Fania berakhir Andra akhirnya selesai.
"Ngapain saja lo, lelet banget"
"Lagian, mendadak"
"Gue lupa, sudah ayo ah sudah telat nih
Fania melangkah memasuki mobilnya, Andra menggeleng dan mengikuti langkah Fania.
Mereka pergi dengan diantar sopir, Andra menolak mengendarai mobil Fania dan Fania pun enggan mengendarainya akhirnya Gina menyarankan agar mengajak sopir pribadi Angga.
"Dra, lo keren, gaya lo kaya gini"
"Berisik, ngeledek gue"
"Heemmm jelek mulu fikiran lo, memang bagus kok gue suka lo kaya gini, dewasa banget"
"Memang gue dewasa"
"Ah terserah lo, susah memang ngomong sama tutup botol"
Andra tersenyum dan ikut terdiam melihat ke luar, Andra terdiam memikirkan langkah untuk hidupnya.
Andra gak mungkin selamanya tinggal bersama keluarga Fania tapi bagaimana Andra juga pergi tanpa membawa apa pun jangankan uang untuk satu pakaian saja Andra tidak membawanya.
"Dra, lo kenapa ?"
"Gue bingung harus gimana melanjutkan hidup"
"Yaelah, lo kan punya banyak teman masa gak ada yang mau bantuin lo, lagian di rumah gue juga aman kan gak ada masalah"
"Iya sekarang gak masalah tapi nanti, memang lo tahu cerita hidup setiap harinya ?"
Fania terdiam, perkataan Andra memang benar.
Mereka bukan keluarga gimana mungkin mereka bisa seterusnya tinggal satu rumah.
"Silahkan non"
Fania mengerjap dan melihat sekitar, tak terasa mereka telah sampai di gedung pernikahan Cindy.
Fania keluar diikuti Andra, keduanya memasuki gedung layaknya sepasang kekasih.
"Ramai banget Fan"
"Ini kan pesta, gimana sih"
"Lo kapan kaya gini ?"
"Lo saja dulu, nanti baru gue"
Andra tersenyum dan mengangguk, keduanya langsung menghampiri kedua mempelai, mengucapkan selamat secara bergantian dan kembali menikmati pestanya.
"Fan gue kesana dulu ya, gue bawain makanan nanti"
"Jangan lama-lama, awas kabur"
Andra berlalu meninggalkan Fania yang anteng memperhatikan pengantin.
"Enak-enak nih makanan bikin gue laper saja, Fania gak perhatiin gue yang kelaparan sejak tadi di rumah"
Andra mengambil beberapa makanan dan melahapnya sendiri, mengajak Fania hanya akan merepotkannya jadilah Andra berkeliling sendiri.
Fokusnya yang tertuju pada jenis-jenis hidangan membuat Andra tak sengaja menabrak seorang gadis yang juga tengah menikmati hidangan.
Andra menjatuhkan minumannya membuat gadis itu menatap kesal kearahnya.
"Maaf, saya gak sengaja"
"Jalan pakai mata dong Mas"
"Maaf Mba tapi saya jalan pakai kaki"
Jawaban Andra menambah kesal orang dihadapannya, saat hendak memukul Andra sebuah tangan berhasil menahannya.
"Ada apa ini .... kamu kenapa ?"
"Dia nih jalan gak lihat-lihat, jadi basah kan baju ku"
"Maaf Mas saya benar-benar gak sengaja"
"Tak masalah, maafkan adik saya ini memang sedikit manja dan ambekan"
"Kakaaaaak"
Lelaki yang dipanggil kakak itu tersenyum dan mengacak asal rambut adiknya.
Andra tersenyum melihatnya, fikirannya kembali mengingat sosok Maya.
Maya juga termasuk anak yang manja, juga ambekan tapi meski begitu Andra sangat menyayanginya.
"Mas, sekali lagi maaf jika adik saya tidak sopan"
"Bukan masalah, lagian saya yang salah kok jadi saya yang harus minta maaf"
"Baiklah kalau begitu, kami permisi dulu"
"Iya-iya silahkan, sekali lagi saya minta maaf Mbak"
"Maaf maaf, gak guna"
Gadis itu menarik pergi kakaknya meninggalkan Andra yang masih terdiam memperhatikannya, Andra tersenyum dan mengangguk saat gadis itu meliriknya setelah jauh dari Andra.
"Andra, lo bengong disini"
Andra melirik Fania yang tiba-tiba berada disampingnya, Andra menujuk punggung gadis itu agar Fania bisa melihatnya.
"Siapa"
"Gue gak tahu, tapi yang jelas dia cantik"
"Astagaaaaaa"
Fania mengusap wajah Andra membuat Andra kesal dan menepisnya kasar.
Fania terkikik, meski terasa sakit tapi itu bukan hal serius.
"Beruntunglah lo gue ajak kesini, jadinya lo ketemu calon jodoh kan"
"Berisik lo ah, calon jodoh so tahu"
Andra berbalik mengusap wajah Fania, membuat Fania tertawa sendiri.
Sementara Fania dan Andra menikmati pesta, di rumah Fania ternyata sudah kumpul sahabatnya yang lain.
Mereka datang tanpa memberitahukan Fania terlebih dahulu dan mereka pun tak tahu jika Fania ada undangan pernikahan di malam itu.
"Silahkan dinimkati"
"Terimakasih tante, maaf merepotkan"
"Gak apa-apa Anggi, memangnya Fania tidak memberitahu jika hari ini dia ada acara ?"
"Enggak tante, kami juga mendadak datang kesini dan Fania juga gak tahu"
"Pantas saja"
"Tante, maaf nih apa Andra masih tinggal disini"
"Iya, Andra disini, kenapa memangnya ?"
"Enggak tante, kami sekalian mau bicara sama Andra, tadi di rumah udah ngobrol dan katanya Raka bisa ko kalau misal Andra mau tinggal sama Raka dari pada tinggal disini terus kan gak enak"
Gina tersenyum, memang benar setelah sekian lama Andra berada bersama mereka, Gina mulai merasa khawatir akan pandangan orang disekitar mereka.
Andra bukan saudara bukan juga siapa-siapa Fania jadi mana mungkin bisa tinggal serumah seperti itu.
"Apa Andra ada cerita tentang bagaimana langkah dia selanjutnya ?"
"Belum Gilang, Fania belum menanyakan itu, Andra juga masih bingung sepertinya"
"Hemm ya sudah nanti biar kita saja yang bicara sama Andra sekalian sama Fania"
Gina mengangguk dan kembali mempersilahkan untuk menikmati hidangannya dan Gina pun pamit untuk kembali menemani suaminya.
"Kira-kira mereka pulang jam berapa ya"
"Paling juga jam 9 atau jam 10, tunggu sajalah"
"Kenapa gak kabari saja, bilang sekarang kita di rumahnya biar cepat balik dia"
"Sudahlah Wahyu lo kenapa sih buru-buru banget"
"Ya enggak, gue sudah lama saja gak ketemu Andra gak sabar saja gitu"
Wulan lebih asyik menikmati hidangan yang diberikan Gina, Wulan tak peduli dengan pembahasan orang-orang di dekatnya yang jelas Wulan hanya ingin makan saat ini.
Pesta telah selesai, Fania dan Andra menjadi tamu paling akhir yang meninggalkan tempat acara.
"Selamat menempuh hidup baru, semoga bahagia selalu Cindy"
"Makasih Fan, cepat nyusul ya kalian sudah cocok, serasi banget
Fania mengernyit dan melirik Andra sekilas, Fania tersenyum kemudian pamit untuk segera pulang.
Ketika didalam mobil, Andra kembali melihat sosok wanita yang ditabraknya saat diacara.
"Apa dia pulang sendiri"
"Apa"
Fania melirik Andra dan mengikuti arah pandang Andra, Fania menggeleng saat tahu arah pandangan Andra.
"Lo mau antar dia pulang ?"
"Gak ada Fan, gue bukan siapa-siapa sekarang hidup gue saja numpang dihidup lo gimana gue mau urusin orang lain"
Fania mengangguk tanpa menjawab apa pun, Fania meminta agar pak supir segera menjalankan mobilnya.