Saat jalan dilorong ruangan bioskop Nao masih memikirkan siapa perempuan itu dan bertanya kepada dirinya sendiri akankah ia bertanya kepada Rei atau hanya diam saja dengan penuh tanda tanya yang besar.
Rei menarik tangan Nao mencari bangku yang sudah ia pesan, mereka duduk di kursi H baris ke 5 dari bawah. Pengunjung lain sudah menduduki bangkunya pertanda film akan dimulai.
"Lu emang suka film-film marvel atau nonton ini karena lagi happening aja?" ujar Nao yang mendekatkan kepalanya ke telinga Rei.
"Suka banget gue, semua film dan komiknya selalu gue ikutin pasti. Kalo lu?" jawab Rei agak kencang karena suara bioskop yang sudah mulai.
"Enggak terlalu sih, karena pengen aja nonton ini" jawab Nao.
Lampu di teather telah dimatikan film akan mulai.
"All around you" suara khas dari bioskop.
Nao langsung mengambil posisi enak dengan menyilakan kakiknya dan membuka sepatunya terlebih dahulu, sepanjang film berjalan dipikirannya mempertimbangkan apakah ia akan bertanya atau akan diam saja.
Suasana bioskop yang sangat dingin membuatnya menyesal karena telah membeli coca-cola bukan coklat panas, popcorn yang berada ditengah antara mereka berdua semakin lama makin sedikit.
"Eh itu yang main di film doctor strange ya?" tanya Nao.
"Iya. Yang main di doctor strange jadi ahli sihir yang jagain buku sama benda sakral gitu deh di Kamar-Taj" jawab Rei.
Tidak terasa film sudah selesai dan jam sudah menunjukan pukul 18.30 WIB.
"Haaa,,, seru banget ya filmnya" gumam Nao sambil membereskan tasnya dan rambutnya.
"Iya, next kita nonton bareng lagi nih kelanjutannya. Tapi pasti lama banget sih" ujar Rei.
"Jadi makan di gultik kan? Let's gooo!" ujar Rei lagi.
Saat diperjalanan untuk makan gulai Rei tiba-tiba bercerita tentang perempuan yang tidak sengaja ia temui dibioskop, hati Nao langsung seperti berteriak senang karena tanpa ia harus bertanya Rei akan menjelaskan tentang perempuan tersebut.
"Tadi tuh temen gue pas TK. Dia dulu satu komplek sama gue tapi pas lulus SD dia pindah ke Bandung" ujar Rei sambil mengendarai motor dengan laju yang tidak terlalu kencang.
"Oh,,, gituu. Kirain siapa atau sodara gitu" ucap Nao.
"Haha, bukan. Dari tadi diem aja mau nanyain itu ya?" tanya Rei dengan nada menggoda.
"Enggak sih ye,,,,"
Tidak lama kemudian mereka sampai di warung gultik, Nao memesan satu porsi dan Rei memesan dua porsi gultik karena menurutnya porsinya terlalu sedikit untuk ukuran makannya dirumah.
"Mas mau gultiknya 3, tambahannya pakai sate telur 2 dan ususnya 3 ya mas" ujar Nao.
"Mau minum apa? Biar gue ke warung depan"
"Mau teh dingin sama air putih ya"
Rei langsung berjalan ke warung yang persis berada didepannya.
"Dua emang ga kenyang ya?"
"Kalo satu dikit banget kalo dua pas lah haha" jawab Rei sambil menuangkan sambal di piringnya.
Tiba-tiba Rei mengeluarkan ponselnya lalu memotret orang yang tepat berada di hadapannya siapa lagi kalau bukan Nao.
Cekrek
Nao yang awalnya tidak tersadar karena mendengar suara itu langsung tersipu malu dan merengek untuk dihapus fotonya karena menurutnya wajahnya jelek.
"IHH!! Kok di foto. Coba liattt!" Nao merengek dan ingin segera mengambil ponsel Rei.
"Nggak, manis gini masa dibilang jelek? Mau post di story Instagram boleh?" jawab Rei santai.
Nao terkaget dan lansung benar-benar tersipu malu rasanya seperti ingin terbang karena sebelumnya tidak pernah ada laki-laki yang berkata seperti itu. Harapan demi harapan seperti sedang dipupuk didalam hati keduanya atau hanya salah satunya. Nao langsung membuang pikiran itu, karena menurutnya belum ada kepastian diatara mereka berdua.
"Udah di post" ucap Rei.
* * *
"Oi, ngelamun mulu dah!" kejut Aldo yang baru saja sampai di jogging track lalu menaruh tas serta botol minumnya di rumput. Eren yang sudah terlebih dahulu datang dan sudah berlari sebanyak satu putaran menyenderkan badannya di dinding, tatapannya kosong seolah ada sesuatu yang ia pikirkan.
"Kenapa sih?!" tanya Aldo.
Eren masih terdiam hanya mengambil botol minumnya tanpa menggubris Aldo.
"Lah gue di diemin nih? Dari kemaren lo murung gitu, ini gue gue gunanya temen apa ya?" ujar Aldo lagi.
"Untung manis kalo pait udah kayak pare" Jahil Aldo.
Tidak lama saat Aldo mulai melontarkan kata bercandaan itu, Eren langsung mau bersuara tentang apa yang membuatnya merenung dan melamun beberapa hari ini. Perasaan kesal serta campur aduk yang ia rasakan rasanya tidak bisa ia tumpahkan dengan kata-kata.
Eren langsung memeluk Aldo menangis dipundaknya tidak menghiraukan orang yang berada di jogging track tersebut, merangkul Aldo dengan erat. Tangisnya tidak berisik namun pelan dengan penuh makna dan harapan disetiap tetes air matanya.
"Kenapa sih? Cerita sini" ujar Aldo lembut sambil mengusap pundak Eren.
"Seminggu yang lalu gue berantem sama Ibu gue, lagi-lagi gue selalu dibandingin sama kakak gue. Rasanya setiap hari gue harus jadi kayak mereka. Diri gue ya gue,,, bukan kakak gue atau orang lain" ucap Eren sambil mengelap wajahnya yang dibanjiri dengan air mata.
Isak tangis sudah tidak bisa terbendung lagi, sudah beberapa kali ia mengelap wajahnya dengan tissue namun air mata seolah mengalir sendiri.
Aldo sangat senang karena akhirnya sahabatnya mau mengutarakan kesedihannya dan tidak memendam rasa sedih itu sendiri, karena seperti yang ia baca di postingan Instagram bahwa banyak orang yang mempunyai mental ilness dimulai dari tidak berani atau tidak mau menceritakan kesedihannya kepada orang lain.
Tentang mental ilness Aldo sangat peduli dengan itu karena tidak mau kejadian kedua kalinya kepada orang terdekatnya. Aldo sering mengikuti seminar atau webinar dengan tema mental ilness.
"Kayak gue setiap hari harus makan emosi gue sendiri" ujar Eren lagi.
Aldo mendekati Eren menatap wajahnya yang penuh dengan emosi.
"Dengerin gue sini, gue ngerti lo nggak suka untuk dibandingin sama kedua kakak lo. Karena diri lu adalah milik lu, orang lain gue bahkan orang tua lu hanyalah pendukung" ujar Aldo.
"Percaya deh mereka kayak gitu pasti sayang sama lu"
"Emang kalo sayang harus marah-marah dan membandingkan ya, Do?" jawab Eren.
"Nggak gak gitu, Ren. Manusia itu kan makhluk yang kompleks, setiap orang akan mengutarakan rasa kasih sayangnya pake cara yang berbeda. Gue ngerti itu cara yang salah, tapi kalo kalian bisa komunikasi dengan baik pasti rasa kasih sayang itu akan sampe,,," ujar Aldo dengan kata-kata bijaknya.
"Gue harus mencerna kasih sayang yang dibalut dengan marah dan membandingkan. Gue ga paham. Apa komunikasi gue kurang ya, Do?"
"Nah!! Itu you get the point. Komunikasi. Semua nggak akan jadi salah paham kalau komunikasi satu sama lain dimengerti. Coba deh lo pikir-pikir lagi, selama ini lu udah pernah belum mengutarakan kemauan lo?" ujar Aldo penuh dengan semangat karena melihat temannya yang mengerti apa yang ia katakan tadi.
"Jarang sih, coba deh nanti gue coba. HMMMM,,, makan ketoprak mau?!" ujar Eren penuh dengan semangat.
"Nah gitu dong ceria" jawab Aldo.
"Habis jogging bukannya malah makan ketoprak, Ren Ren" gumam Aldo yang jalan dibelakang Eren karena ia sudah lari duluan ke tempat parkiran.