Chereads / ADA CINTA DI PUTIH ABU-ABU / Chapter 16 - Hari Kesekian

Chapter 16 - Hari Kesekian

Setelah adzan maghrib berkumandang dan solat berjamaahpun sudah selesai, kami sekeluarga langsung bergegas kedalam mobil. Mas Andri yang membawa mobil dan Ayah yang duduk disamping agar ketika menantunya itu kelelahan menyetir bisa bergantian.

Gue duduk di bangku paling belakang bersama kak Raisa, Ibu dan kak Zein duduk di bangku tengah. Belum jauh keluar dari perumahan Ibu sudah membuka snack yang ia bawa dari rumah.

"Bu baru keluar dari rumah udah buah cemilan aja. Sini Ayah mau" ucap Ayah meledek Ibu.

"Yee,, mau juga kan kamu" ujar Ibu.

Perjalanan malam kesuatu tempat menurut gue sangat mengasyikan tidak panas dan tidak terlalu macet dan pemandangan malam yang sangat indah. Gue melihat kejendala menikmati perjalanan dan lama-lama tidak tersadar mata gue mengantuk. Ponsel yang tadi gue pegang jatuh ke jok mobil.

Hampir gue tertidur selama satu jam karena mendengar berisik didalam mobil. Gue terbangun dan langsung mencari ponsel yang sudah tidak ada digenggaman tangan.

"Cieee,,,,,," gumam kak Raisa yang sedang memakan kripik pedas.

"Uhuyy" tanggap kak Zein yang sedang membantu Ibu mengendalikan ponselnya.

"Hah? Kenapa?"

"Nyariin hape lo ya?!" ledek kak Raisa dengan ciri khas ketawanya yang sangat kencang seperti kucing kejepit.

"Iya hape gue mana ya??" jawab gue dengan heran.

Gue sudah merasakan hal yang tidak beres terjadi selama gue tertidur tadi.

"Gue kasih tapi lo harus jawab jujur dulu" ucap kak Raisa dengan mata melotot dan keripik pedas yang masih setia digenggamannya.

"Apaansih! Sini ah hape guee"

"Jawab dulu, kalo nggak ya nggak gue kasih hape lo"

Gue merengek kepada Ibu mengadu seperti anak kecil yang kehilangan mainannya namun tanggapan Ibupun sama dengan meledek gue.

"NAO SIAPAAA?!" ucap kak Raisa dengan kencang.

Mata gue langsung melotot kehadapan kak Raisa melihat mukanya yang sangat jahil itu membuat gue sangat geram, pasti tadi ada pesan masuk terus dia buka.

"Temen' jawab gue sinis.

"Anak Ibu sudah pada besar ya" ucap Ibu.

"Sini ah hape gueeeee. Kak lo ngeselin banget asli"

Tidak lama melihat gue dengan tanggapan sinis ponsel yang tadi disembunyikan oleh kak Raisa kini sudah ada digenggaman.

* * *

Sesampainya di villa kami langsung bergegas masuk kedalam karena udara diluar sangat dingin yang diikuti suara jangkrik serta kunang-kunang yang berterbangan dengan bebas. Gue dan sekeluarga sampai di villa pukul 23.00 WIB, semua anggota keluarga langsung mencari kamarnya masing-masing. Ibu dan Ayah dikamar utama, kak Raisa dan mas Andri di kamar tengah sedangkan gue dan kak Zein dikamar depan.

Kami sekeluarga tidak langsung tidur kak Raisa langsung memesan jagung bakar minuman hangat bandrek. Ibu sedang menyiapkan lauk dan nasi yang sudah dimasak dirumah dibantu oleh kak Zein, sedangkan gue membantu Ayah dan mas Andri mengeluarkan tas dari bagasi mobil.

"kak makan mie enak kali ya" ucap kak Zein

"Heeee,, Ibu sudah masak banyak kok kamu malah mau makan mie?!" ucap Ibu teriak dari dapur.

"Enakan makan mie bu. Kuahnya bikin angettt" ucap kak Zein.

"Ya kalo kamu mau anget sana ke Jakarta lagi" tanggap Ayah yang baru saja keluar dari kamar.

Makanan sudah siap untuk disantap aroma masakan yang sudah dipanaskan seolah menghipnotis kita semua untuk melahapnya dengan banyak. Ibu membawa lauk ayam goreng, sayur asam, tempe, teri kacang dan tidak lupa sambal buatanya yang sangat pedas.

Keesokan harinya Ayah sudah memancing matanya dimanjakan oleh pemandangan yang bagus pegunungan yang asri dan kebun teh, dua pemandangan itu tidak bisa ia dapatkan di Jakarta.

"Ayah udah duduk disini dari jam 7 pagi kamu baru bangun" ucap Ayah melihat anaknya yang baru bangun.

"Ngantuk yahhh udaranya enak dinginn" ucap kak Zein sambil mengucak matanya.

"Apa bedanya bangun jam segini sama di Jakarta,,, nak nak"

Liburan kali ini dengan keluarga sangat menyenangkan walaupun hanya berbaring diatas kasur namun pemandangan yang membedakan. Melihat Ibu dan Ayah yang sangat gembira keluar dari kepenatan pekerjaannya sangat memberikan makna tersendiri.

Begitulah sekilas tentang cerita keluarga gue dan kebiasaanya.

* * *

Pelajaran olahraga adalah mata pelajaran yang paling dihindari oleh kaum perempuan, bukan karena tidak bisa melakukan gerakan yang akan dilakukan namun saat berganti baju dan mengantre panjang di kamar mandi ataupun musholla. Seperti tidak ada ruang aman disekolah.

Rabu merupakan hari yang paling dibenci oleh murid kelas X IPA1 - X IPA 5 karena ada mata pelajaran olahraga. Kelas X-IPA 4 mendapatkan jam pelajaran olahraga ini pada jam terakhir jadi sedikit lebih aman dan tidak repot harus berganti pakaian 2x.

Minggu ini Pak Ronald memberikan materi serta praktek yaitu roll depan dan roll belakang dan kayang, semua murid menghela nafas karena pasti akan membuat badan pegal-pegal tetapi ada satu murid yang sangat bersemangat yaitu Eren.

"Pak saya duluan deh, udah bisa semua itu saya" ucap Eren.

Semua mata langsung melirik ke Eren tatapan yang seolah mengintimidasi dan penuh makna, mungkin jika tatapan itu bisa berbicara bunyinya akan seperti ini.

"Eren lo kenapa sombong banget. Gue gak bisa" begitu kira-kira.

"Ok, semuanya. Saya akan memperagakan gerakannya terlebih dahulu. Nanti baru semuanya mencoba ya!" ujar Pak Ronald.

Dengan ciri khas pakaian olahragnya serta peluit yang menggantuk di lehernya ia mencontohkan gerakan yang harus diikuti oleh muridnya.

"Nih ya, liat perhatikan baik-baik tangan kebelakang lalu kaki mendorong dan back up" begitu katanya.

Semua murid bergumam sendiri terutama murid perempuan, melihatnya saja sudah linu apalagi harus mempraktikan gerakannya.

"Gue nggak bisa nih Sal. Takut" ucap Nao yang menggandeng tangan Salma.

"Sama. Mana gue lagi datang bulan"

Semua murid sudah dipanggil sesuai absen kini giliran Nao. Nao langsung beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati matras yang sudah di sediakan.

"Pak kalo saya nggak bisa jangan dimaluin ya pak." ucap Nao memohon.

"Jangan diketawain juga" ujar Nao lagi.

"Nggak ada yang ngetawain kamu" jawab Pak Ronald dengan nada bercanda.

"Udah,,, ayo cepet"

Nao langsung mempraktikan gerakan tersebut dan hanya mengulang 3x langsung bisa dan perasaann takut itu seolah hilang begitu saja.

"AAA GUE BISAA!!!" ucap Nao.

Bell berbunyi menandakan jam pelajaran berakhir Salma yang kala itu namanya belum terpanggil merasa lega karena bisa ditunda minggu depan.

"Makan mie ayam yuk, tapi gue ada urusan bentar sama anak IPS lo tunggu gue di sana ya!" ucap Aldo yang langsung berlari.

"Yuk, gue juga laper nih pengen yang pedes-pedes. Lo ganti baju nggak sal?" ujar Eren.

"Nggak deh males." jawab Salma.

"Sama gue juga nggak" tanggap Nao.