Keesokan harinya pukul 15.00 WIB Adam dan Daniel sudah berkumpul dirumah Rei dengan membawa perlatan barbeque dan cemilan lainnya. Rei yang kala itu sedang keluar rumah langsung ditelpon oleh Adam.
"Lo dimana sih?!" ucap Adam ditelepon.
"Bentar, gue lagi sama Nao dulu tadi gue minta anter beli saos" jawan Rei dengan suara yang terbawa angin.
"Halah. Bucin teruss, udah ya gue masuk kerumah lo" Adam langsung menutup telponnya.
Dirumah Rei hanya ada kakaknya yang pertama. Zein namanya, kala itu kaka Zein tidak pergi kemana-mana karena sedang mengerjakan skripsi.
"Kak gue masuk ya" ucap Daniel. Daniel memang sudah lumayan dekat dengan kedua kakak Rei.
Malam harinya barbequean sudah siap tentu saja bukan mereka bertiga yang mengerjakan itu semua. Ada mbok yem yang membantu untuk menyiapkan itu semua.
"Makasih ya mbak. Nanti kalo udah jadi Rei panggil ya" ucap Rei.
Sambil menikmati angin dipelataran rumah mereka menghabiskan waktu dengan bercerita, mneceritakan masa-masa SMP karena mereka berbeda sekolah semua.
"Dulu ya pas SMP gue pernah dikejar-kejar guru BK. Gara-gara mainin kran air kepala sekolah" ujar Daniel dengan memperagakan larinya.
"Haha! Lo lagian ada-ada aja sih. Eh lo kenal Rachel nggak, kayaknya satu angkatan deh sama lo di SMP,," ucap Adam yang sedang sibuk mengipas bara api yang mati.
"Kenal lah. Lo kenal emang?"
"Temen SD gue tuh. Cantik yee,,"
"OH?! Baru tau gue. Iya anjay cantik abissss"
Sementara itu Rei sedang asik memainkan PS 4 nya bersama kaka keduanya yaitu Zein dengan menikmati jus jeruk dan fanta yang sudah mbok yem siapkan. Tidak lama kemudian terdengar suara panggilan telepon dari ponsel Rei.
Drrt Drrt
Terlihat dilayar ponsel foto profil Ibu dengan tiga anaknya serta suaminya ya Ibu Rei yang menelpon saat itu.
"Rei,, kakak kamu kok Ibu telepon nggak diangkat yo. Kemana itu dia?!" suara Ibu yang agak membentak.
Langung Rei mengswitch panggilan telepon suara menjadi video call untuk menunjukan bahwa kakaknya berada disisinya.
"Loh, kamu toh le Ibu telepon nggak diangkat" ujar Ibu dengan ciri khas suara medok Jawanya.
"Hape ku dicas bu, ada apa?" jawab kak Zein.
"Itu mau nanya password email Ibu, opo toh yo?"
"Ya nanti aku wa emailnya ya bu"
"MAKANAN SIAPPP!!" ujar Adam yang sangat bersemangat.
Akhirnya mereka semua berkumpul di pelataran rumah, kakak Zein, Rei, Adam dan Daniel tidak lupa mbok yem juga ikut serta menyantap daging yang sudah dipanggang oleh Adam.
Suasana malam itu sangat seru gelak tawa serta banyak cerita yang disampaikan hingga larut malam bahkan menjelang pagi, mereka meninggalkan semua ponselnya diruang tv.
"Lo udah nembak Nao?" ucap Daniel.
Rei yang sedang meneguk fanta sontak terkaget dengan pertanyaan temannya tersebut, mengingat dirinya belum memikirkan hal sejauh iu tentang hubungan. Menurutnya masih banyak perkenalan yang harus ia lakukan bersama Nao.
"Haha, kalo gue tembak mati dong" jawab Rei dengan bercanda.
"Kasian, jangan PHP-in anak orang lu" ujar kak Zein yang tidak mengetahui hubungan mereka.
"Nggak lah" jawab Rei tersipu malu.
Jam sudah menunjukan pukul 03.00 WIB satu persatu dari mereka sudah masuk kamar hanya tersisa Rei. Rei kepikiran dengan pertanyaan Daniel yang tadi, walaupun ia tau temannya hanya bercanda, suara detik jam serta hembusan angin yang terdengar sangat besar menjadi temannya kala itu.
* * *
Terdengar suara klakson mobil dari luar rumah Rei yang kala itu sedang bermain PS diruang tengah langsung berdiri dan menuju gerbang terlihat dari kejauhan laki-laki dengan badan tegap, kulitnya yang sawo matang serta kumis dan rambutnya sudah bercampur dengan warna putih.
Dibukanya pintu gerbang yang lumayan susah karena besi roda mulai berkarat, semua tenaga dikeluarkan agar pintu terbuka dengan cepat.
"Nah gitu dong tumben bukain gerbang Ayah, mba Ayu kemana emang mas?" tanya Ayah dari dalam mobil.
Rei yang saat itu sedang fokus membuka gerbang sehingga mengabaikan pertanyaan Sang Ayah.
"Mas!" panggil Ayah dengan nada yang lumayan tinggi.
Sontak terlihat langsung wajah Rei yang terkaget karena panggilan Ayahnya itu.
"Ih,, apaansi yahh bikin kaget aja" ucap Rei. Pintu gerbang sudah terbuka dengan lebar, nampak jelas mobil Pajero Sport berwarna hitam kekar terparkir di garasi halaman rumah.
Rei dan Sang Ayah memang begitu dekat kejahilan Ayahnya yang membuat keluarga semakin hidup, lontaran spontan candaannya yang walaupun kadang terkesan garing dan selalu berulang namun tetap dinikmati oleh keluarga.
Rumah yang waktu itu sepi dikarenakan mba Ayu, Ibu dan kak Raisa sedang belanja bulanan yang entah jam berapa mereka akan kembali. Sementara Sang Ayah duduk di sofa hitam kesayangannya Rei membuatkan sungguhan minuman berupa teh hangat karena sudah dipesan oleh Ibunya untuk membuatkan teh sepulang Sang Ayah bekerja.
Rei menuju ke dapur disiapkan racikan untuk membuat teh hangat.
"Gula yang mana ya,," gumam Rei didepan jajaran toples yang bentuk dan warnanya sama semua.
Gelas sudah siap di isi oleh air panas lalu ditambahkan teh dan gula serta sedikit air normal. Teh siap disajikan didepan Ayah.
"Yah, ini ya teh nya" ucap Rei membungkukkan badannya untuk menaruh teh di meja.
Ayah yang sedang merenggangkan badannya langsung terbangun dan duduk dengan tegap dan menikmati teh dihadapannya.
"Wahh,, enak juga teh buatan kamu. Tapi kemanisan ini untuk Ayah mah" ucap Ayah mengkritik teh buatan Rei.
"Manis soalnya kan aku yang bikin. Hahah" ucap Rei meledek.
* * *
Nao : Besok mau anterin beli buku nggak?
Pesan masuk ke ponsel Rei yang kala itu tertinggal di rumah karena terburu-buru untuk bermain basket bersama teman kompleknya, hingga sore hari Rei belum juga pulang karena terlalu asik bermain basket.
Saat beristirahat bermain basket semua teman-temannya mengeluarkan ponsel dari dalam tas begitupun Rei yang langsung merogoh tas depannya. Beberapa menit sudah tangan Rei masuk kedalam tas namun ponselnya tak kunjung didapatkan, panik langsung menyertai Rei.
"Eh,,, hape gue nggak ada di tas." ucap Rei dengan suara kepanikan. Dikeluarkan semua isi yang ada di dalam tasnya namun tidak ada juga.
Semua teman-temannya membantu mencarikan ponsel tersebut dan setelah beberapa menit mengelilingi lapangan basket ada salah satu temannya yang langsung menelpon ke ponsel Rei.
"Ehh,, eh,, diangkat nih!" ucap teman Rei dari kejauhan.
"Tapi nggak dijawab"
Kepanikan semakin menjadi setelah nomer ponselnya Rei dapat dihubungi namun tidak ada suara yang menjawab.
"Hallo, ini mba Ayu. Hape mas Rei tadi keselip di sofa depan tv mas" tidak lama setelah ditelpon lagi akhirnya ada suara yang menjawab. Lega dipikir Rei saat mendengar suara mba Ayu.
"Makasih ya mba" ucap Rei.
Sesampainya dirumah Rei langsung bergegas mengambil ponselnya yang ditaruh dilemari dekat dispenser. Terlihat pesan Nao dan langsung ia balas.
"Oke, besok pulang sekolah gue anterin beli buku"