Qiaofeng yang sedang berjalan didalam Istana, segera dikejutkan dengan kehadiran dari Burung Merpati putih, bermata oranye. Pak... Pak... Pak... Burung Merpati putih mengepakkan Sayapnya, dan terbang untuk menghampiri diri Qiaofeng.
Saat Burung itu sudah berada hampir dekat dengan dirinya, Qiaofeng mulai memalingkan Wajahnya untuk melihat Burung Merpati putih itu, sambil menghentikan langkah Kakinya. "Apa yang Burung ini inginkan?" dalam benak Qiaofeng yang menatap penasaran ke arah Merpati putih itu.
Qiaofeng menatap tajam sepasang Mata dari Merpati putih, tiba-tiba saja dia teringat akan suatu hal. "Lie Qingang?!" Dalam benak Qiaofeng yang masih merasa keheranan.
Kemudian, Qiaofeng mengangkat Tangan kanannya, dan Burung Merpati putih itu segera bertengger pada Lengan Qiaofeng. "Jangan pergi ke mana pun, siang ini aku akan menjemputmu, ada satu hal yang ingin aku sampaikan kepadamu." Qiaofeng mendengar suara seorang Laki-laki dari Burung Merpati putih, dan suara itu sangat mirip dengan Pangeran Lie Qingang. "Apakah itu sangat penting?" tanya, Qiaofeng yang sedang menatap sepasang Mata milik Merpati putih itu.
"Aku rasa penting bagimu, perihal Buku kuno segitiga merah, kala itu kau tanyakan padaku." Suara itu muncul lagi, dari si Burung Merpati putih.
Qiaofeng terlihat sangat terkejut mendengar perkataan dari Pangeran Lie Qingang, "benarkah, tapi ke mana kau akan membawaku pergi?" tanya, Qiaofeng yang terlihat penasaran.
"Aku akan katakan nanti, saat kita sudah bertemu." Jawab, Burung Merpati putih yang mengeluarkan suara Pangeran Lie Qingang.
"Baiklah aku akan menunggu dirimu." Jawab, Qiaofeng yang sedikit tersenyum tipis memandangi sepasang Mata oranye itu.
Pangeran Lie Qingang yang sedang duduk di atas Kursi, dia terlihat senang, sambil menutup Matanya, Pangeran Lie Qingang tersenyum.
Tak lama, Burung Merpati putih itu kembali terbang dan meninggalkan Qiaofeng, melihat hal itu, Qiaofeng hanya terdiam sambil menatap Burung Merpati putih, yang pergi meninggalkan dirinya.
Qiaofeng kembali melanjutkan langkahnya, ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba Qiaofeng dikejutkan dengan Anak Panah yang melesat ke arahnya, untung saja Qiaofeng dapat menghindari Anak Panah itu, sehingga Anak Panah yang sudah dilumuri dengan racun itu menancap kuat di dinding Istana.
Qiaofeng menatap ke arahan samping kiri, sungguh dia tidak menyangka akan hal semacam itu. "Ternyata aku sedang dimata-matai oleh seorang pembunuh!" Qiaofeng memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat ke arah sekitar, tidak ditemukan siapa pun di sana, Qiaofeng kembali menatap Anak Panah itu, dia melihat ada sesuatu yang digantung menggunakan Tali putih diujung Anak Panah itu. Qiaofeng yang curiga, perlahan dia mengangkat Tangan kanannya untuk dapat mengambil sesuatu yang berada di sana.
Saat Qiaofeng telah mendapatkannya, ternyata itu adalah sebuah gulungan kertas yang dilapisi dengan Bambu kecil.
Qiaofeng masih terdiam, sambil menatap gulungan Kertas itu, perlahan dia mulai membukanya, betapa terkejutnya Qiaofeng saat melihat isi dari Surat itu. "Sepertinya dia memiliki dendam kepada Keluargaku, sampai-sampai si pengirim surat ini menuliskan kata yang tidak pantas untuk didengar oleh orang lain." Qiaofeng, kemudian meremas Kertas yang sudah berada didalam genggamnya itu. Lalu, Qiaofeng kembali menatap Anak Panah yang masih menancap didinding Istana.
Qiaofeng menundukkan Kepalanya, lalu dia merobek Pakaiannya untuk dapat mengambil Anak Panah yang sudah dilapisi dengan racun.
Qiaofeng menarik kuat Anak Panah itu, dan membawanya pergi dari tempat itu.
Sedangkan di atas atap Istana Wuxin, terlihat seseorang yang sedang berdiri dengan sepasang Bola Mata merah yang dingin. Pakaian yang dia kenakan berwarna merah, Wajahnya tertutup dengan kain hitam, lalu pergi meninggalkan Istana Wuxin.
Di dalam Kamar. Terlihat Qiaofeng yang berjalan ke arah Meja riasnya, dia menarik Kursi yang berada dihadapannya itu, lalu Qiaofeng mulai duduk di atas sana. Qiaofeng segera meletakkan Anak Panah yang sudah dia tutupi dengan robekan dari Pakaiannya, di atas Meja. Qiaofeng menatap kertas yang masih dia genggam. "Ini pasti perbuatan dari Fei Hung, sejak awal dialah yang memulai genderang perangkat kepadaku, dan aku akan mengikuti cara mainnya, jika tidak asik! Maka aku akan menggunakan caraku sendiri, untuk mengakhirinya!" Kata, Qiaofeng yang segera menatap tajam Wajahnya, yang berada didalam Cermin. Lalu, Qiaofeng membuang Kertas yang telah kusut itu, dan terlempar di ujung Meja riasnya. "Menghadapi Manusia seperti Fei Hung dan Shuwan, harus mengandalkan akal, dan kekuatan! Aku harap Lie Qingang benar-benar serius dalam perkataannya, mungkin aku terlihat sangat kejam pada Lie Qingang, karena hanya menjadikan dia alat saja, dan benteng untukku, tapi jujur... Aku tidak memiliki sandaran, selain bergantung padanya." Ucap, Qiaofeng yang segera menundukkan Kepalanya, Wajahnya terlihat sangat cemas dengan apa yang dia lakukan.
Matahari mulai meninggi, Qiaofeng yang ingat akan janjinya dengan Pangeran Lie Qingang, segera dia bangkit dari duduknya, dan berjalan untuk dapat menghampiri Lemari Pakaian yang berada di samping kiri.
Saat Qiaofeng sedang mencari Pakaian, Mingmei yang sedang membawakan, hidangan siang untuk Putri Qiaofeng, terlihat, terkejut ketika melihat Putri Qiaofeng yang sedang memilih Pakaian untuk dia kenakan. "Putri?! Mengapa Anda tidak memanggil saya untuk melakukan semua ini?" kata, Mingmei yang berjalan untuk dapat memasuki Kamar Putri Qiaofeng.
Qiaofeng yang mendengar suara dari Mingmei, segera dia memalingkan Wajahnya ke arah samping kanan, dia menatap diri Mingmei yang sedang berjalan ke arah dirinya. "Ini bukan masalah besar, aku bisa melakukannya sendiri." Jawab, Qiaofeng yang sedang membawa Gaun berwarna putih pada Tangan kirinya.
"Apakah Anda akan pergi Putri?" tanya, Mingmei yang segera meletakkan Makan siang Putri Qiaofeng di atas Meja, kemudian dia mulai mendekati Putri Qiaofeng, sambil mengambil Gaun yang berada di Tangan kiri Putri Qiaofeng.
"Iya, Pangeran Lie Qingang akan datang kemari, dan dia ingin mengajakku keluar," Qiaofeng yang menatap Wajah Mingmei, sambil memberikan Gaunnya kepada Mingmei.
"Ternyata, Pangeran akan mengajak Anda pergi berkencan, hubungan kalian semakin hari semakin baik saja, saya sangat senang mendengar hal itu." Mingmei segera menggantung Kembali Gaun putih itu ke dalam Lemari, lalu dia melepaskan Pakaian Putri Qiaofeng dengan perlahan.
Mendengar perkataan dari Mingmei, Qiaofeng tampak tertegun. "Kita tidak sedekat itu, dia melakukannya karena ada sesuatu yang ingin dikatakan oleh Pangeran Lie Qingang kepadaku, "jawab, Qiaofeng dengan tegas kepada Mingmei, lalu dia mulai memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat ke arah Anak Panah yang berada di atas Meja rias. "Begitu juga dengan diriku," sambung Qiaofeng dengan suara yang lirih.
Setelah selesai menggantikan Pakaian Putri Qiaofeng, segera Wanita itu mengepang Rambut depannya dan dibentuknya seperti Bunga Mawar yang sedang mekar.
Mingmei terdiam ketika menatap Wajah Putri Qiaofeng, kemudian dia mulai menatap sesuatu yang ditutupi dengan robekan dari Gaun Putri Qiaofeng. "Mengapa bisa ada Anak Panah di tempat Putri Qiaofeng? Dan bahkan, Anak Panah itu ditutupi dengan robekan dari Gaunnya? Mungkinkah sebelumnya Putri Qiaofeng telah mendapatkan suatu masalah? Apakah ini ulah dari Putri Shuwan? Hmm... Wanita itu memang seorang pengganggu!" Dalam benak Mingmei yang terlihat tidak senang ketika menyinggung Putri Shuwan.
Pangeran Lie Qingang yang sudah berada didepan Pintu Gerbang Istana Wuxin, terlihat sedang berdiri tegap. Tanpa membawa Kuda, atau pun mengendarai Kereta Kuda.
Pangeran Lie Qingang kemudian, berjalan untuk dapat masuk ke dalam Istana Wuxin, seorang Pengawal Istana yang melihat kehadiran dari Pangeran Lie Qingang, membuat dia terkejut. "Pangeran? Selamat datang," katanya sambil memberikan salam hormat kepada Pria itu.
Pangeran Lie Qingang hanya terdiam, lalu dia berjalan untuk dapat memasuki Istana Wuxin. Qiaofeng yang baru saja keluar dari dalam Kamarnya, terlihat sedang berjalan dengan perlahan, Pangeran Lie Qingang yang melihat diri Qiaofeng, dia hanya tersenyum kecil kepada Wanita itu, Qiaofeng perlahan memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat diri Pangeran Lie Qingang, dia membalas senyuman yang diberikan oleh Pangeran Lie Qingang kepada dirinya.