Putri Qiaofeng berjalan keluar dari dalam Istana, sambil terus menggandeng Tangan Pangeran Lie Qingang. Kemudian, Qiaofeng menghentikan langkahnya, ketika sudah berada diluar Istana, sambil melepaskan genggamannya itu. "Sekarang kau akan membawaku ke mana?" kata, Qiaofeng yang sedang menatap Wajah Pangeran Lie Qingang dengan tegas.
Pangeran Lie Qingang yang juga sedang menatap Wajah Qiaofeng, perlahan dia meraih Tangan Qiaofeng, "aku tidak memintamu untuk melepaskannya," balas, Pangeran Lie Qingang yang sedang menggenggam Tangan kiri Putri Qiaofeng, tidak lama kemudian tubuh keduanya diselimuti dengan sinar putih, dan tidak lama kemudian kedua orang itu, sudah tidak berada pada tempatnya.
Sedangkan ditempat lain, sinar itu kembali muncul. Dan saat ini Qiaofeng dan Pangeran Lie Qingang sudah berada di Taman Bunga yang sangat luas, wanginya pun semerbak. Perlahan Qiaofeng memalingkan Wajahnya ke arah samping kanan, dia terlihat sangat bingung ketika Pangeran Lie Qingang mengajaknya ke tempat itu. "Hanya ingin bicara saja, kau sampai membawaku ke tempat yang sejauh ini? Kau terlalu menyia-nyiakan tenagamu," kata Qiaofeng yang segera melepaskan Tangan kirinya dari genggaman Pangeran Lie Qingang.
"Tidak masalah bagiku, lagi pula aku tidak ingin ada orang lain yang mencuri dengar perbincangan kita," jawab Pangeran Lie Qingang yang sedang memandang diri Qiaofeng.
Mendengar perkataan dari Pangeran Lie Qingang, Qiaofeng hanya terdiam, lalu Qiaofeng segera membalas perkataan dari Pria itu, "Hm, kita langsung saja masuk ke intinya, apakah kau tahu bagaimana cara mendapatkan Buku itu?" tanya, Qiaofeng dengan tegas kepada Pangeran Lie Qingang.
Pangeran Lie Qingang saat melihat diri Qiaofeng ketika tampak serius membuat dirinya sedikit berpikir dalam benaknya, "ternyata dia memang tidak bermain-main dalam hal ini," dalam benak Pangeran Lie Qingang yang masih memandangi Wajah Qiaofeng.
"Kau tahu bukan, tidak sembarang orang dapat memiliki Buku itu, begitu banyak rintangan yang harus kau jalani, jika sekali saja kau gagal, maka risiko, yang akan kau tanggung bukanlah hal yang biasa, jadi tetap kanlah hati dan pikiranmu, terlebih dahulu." Pangeran Lie Qingang terlihat sangat serius dalam berucap, tatapan Mata yang dia berikan terlihat tegas ketika menatap sepasang Mata milik Qiaofeng.
Mendengar perkataan dari Pangeran Lie Qingang, dan sepasang Matanya yang sedang memandangi Wajahnya, Qiaofeng paham bahwa saat ini, Pangeran Lie Qingang merasa gelisah akan apa yang menjadi keinginan dari dirinya. "Aku tidak akan mengecewakan dirimu, tekadku jauh lebih besar dari rintangan yang nanti akan aku hadapi!" Qiaofeng memberikan jawaban yang tegas kepada Pangeran Lie Qingang, dia pun terlihat sangat serius akan hal itu.
Pangeran Lie Qingang terdiam dingin ketika mendengar jawaban dari Qiaofeng, "aku percaya kau pasti mampu menyelesaikannya, tapi aku tidak ingin kau tergores oleh apa pun itu." Dalam benak Pangeran Lie Qingang yang masih menatap Wajah Qiaofeng.
"Baiklah, aku rasa kau memang bersungguh-sungguh, untuk mendapatkan Buku segitiga merah, setidaknya kau harus sudah mempunyai kekuatan, bukan sekadar bela diri biasa, dan karena kau yang memang masih polos, jadi mau tidak mau, kau harus mengikuti pelatihan, semoga saja fisikmu kuat untuk menampungnya." Pangeran Lie Qingang menatap diri Qiaofeng dengan tegas, lalu dia mulai memalingkan Wajahnya ke arah samping kiri.
Qiaofeng termenung ketika mendengar ucapan dari Pangeran Lie Qingang, "dia benar! Akulah yang terburu-buru, tidak ada sesuatu yang instan di tempat mana pun itu! Semua memang harus dilalui dengan perjuangan dan pengorbanan yang besar," dalam benak Qiaofeng yang sedikit memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat Tanaman yang masih muda, dan belum berbunga.
"Aku mengerti, Lie Qingang dapatkah kau menemaniku, dan membantuku untuk melewati semuanya?" tanya, Qiaofeng yang segera menatap diri Pangeran Lie Qingang dengan serius.
Terkejut Pangeran Lie Qingang tersentak ketika mendengar perkataan dari Qiaofeng, lalu dia kembali menatap diri Qiaofeng yang sedang berada disamping-nya itu. "Baiklah jika itu pintamu," jawab Pangeran Lie Qingang yang sedikit tersenyum tipis kepada Qiaofeng.
"Bagus, kalau begitu kita langsung saja memulainya," Qiaofeng kembali berbicara kepada Pangeran Lie Qingang, dia terlihat sangat tidak sabar akan hal itu.
Pangeran Lie Qingang tersenyum lagi kepada Qiaofeng, "hm.. Kau sangat semangat sekali, tapi tidak perlu terburu-buru, kita akan memulainya nanti malam," Pangeran Lie Qingang segera memalingkan Wajahnya untuk melihat Taman Bunga yang indah.
"Apa?!" terkejut Qiaofeng mendengar perkataan dari Pria itu, "jadi... Kau hanya ingin mengatakan hal ini saja, padaku? Haih... Tidak disangka ternyata kau adalah seorang Pria yang senang menghamburkan waktu berharga yang kau miliki." Jawab, Qiaofeng yang masih menatap Wajah Pangeran Lie Qingang dengan tatapan tidak menyangka.
Pangeran Lie Qingang kembali, kembali menatap diri Qiaofeng. Dengan perlahan Pria itu menggenggam Tangan kiri Qiaofeng dengan erat, "jika kau tidak ingin membuat waktuku terbuang sia-sia, maka temani aku untuk menikmatinya, agar dapat habis dengan penuh makna." Pangeran Lie Qingang menarik Tangan Qiaofeng, dia berlari ke arah Bunga-bunga yang sangat banyak.
Qiaofeng terkejut ketika mendengar perkataan dari Pangeran Lie Qingang, dia berlari mengikuti Pria itu, sambil merendahkan pandangannya dan dia melihat Tangannya yang sedang digenggaman oleh Pangeran Lie Qingang.
"Mengapa kau harus membawaku ke tempat seperti ini?" tanya, Qiaofeng yang sedang berdiri di samping Pangeran Lie Qingang, sambil menatap ke arah Pohon besar yang tersapu angin dengan perlahan.
"Karena aku merasa damai ketika berada di sini," jawab Pangeran Lie Qingang yang juga sedang memperhatikan Pohon besar yang tidak jauh dari tempat mereka berada.
Qiaofeng mulai memalingkan Wajahnya ke arah samping kiri untuk dapat melihat diri Pangeran Lie Qingang, "aku tidak menyangka ternyata kau memiliki sisi yang seperti itu, Pangeran." Qiaofeng membalas ucapan dari Pangeran Lie Qingang, dengan perasaan yang bingung.
Pangeran Lie Qingang juga kembali memandang Wajah Qiaofeng, lalu dia menatap Langit yang cerah.
"Apakah itu terlihat aneh? Tempat ini sangat indah, wajar saja jika aku menyukainya," Pangeran Lie Qingang kembali berbicara sambil terus menatap Langit di siang hari itu, tergambar seseorang Wanita yang sangat cantik pada awan biru.
Qiaofeng terdiam sejenak ketika mendengar hal itu, "kau benar, tidak mungkin ada orang yang membenci tempat yang indah, kecuali... Jika dia tidak menemukan keindahan yang diinginkannya," Qiaofeng kembali menatap Pohon besar yang berada tidak jauh darinya.
Pangeran Lie Qingang, tertegun ketika mendengar ucapan Qiaofeng, perlahan dia mulai menatap Wajah Qiaofeng lagi, "jadi bagiku, tidak peduli seindah apa sesuatu yang kau lihat, karena pada kenyataannya, bukan itu yang kau rindukan, melainkan sosoknya yang kau mau, atau mungkin, tidak sama sekali." Qiaofeng segera menutup pembicaraannya dengan menghela napas perlahan.
Pangeran Lie Qingang yang sedang memperhatikan diri Qiaofeng, hanya terdiam sambil mengingat ucapan yang baru saja diungkapkan oleh Qiaofeng, "tidak sama sekali?" dalam benak Pangeran Lie Qingang tampak penasaran dengan kata-kata Qiaofeng yang terakhir.
"Apa kau memiliki pengalaman dalam hal itu?" Pangeran Lie Qingang yang mencoba untuk bertanya kepada Qiaofeng. Tatapan yang dia berikan memiliki makna suatu harapan dengan jawaban yang nanti diberikan oleh Qiaofeng kepada dirinya.
"Tentu saja tidak, aku hanya asal bicara saja." Jawab, Qiaofeng yang tampak enggan untuk menjelaskannya.
Pangeran Lie Qingang sedikit kecewa dengan jawaban yang Qiaofeng berikan, "hm.. Ternyata dia memilih untuk tetap menyimpannya seorang diri, tapi... Mungkin kah ini ada kaitannya dengan Fei Hung?" dalam benak Pangeran Lie Qingang yang terlihat sangat tidak senang. Pangeran Lie Qingang terus menatap Wajah Qiaofeng yang masih memandang Pohon besar.
Kemudian, dia mulai memperhatikan Pohon besar yang tersapu angin, "ternyata aku ini memang bukan siapa-siapa bagimu," dalam benak Pangeran Lie Qingang yang terlihat sangat dingin.
"Aku tidak ingin menjelaskan apa pun kepadamu, tentang Pria brengsek itu, dia tidak pantas masuk ke dalam perbincangan kita berdua." Dalam benak Qiaofeng yang masih menatap Pohon besar itu.
Tangan mereka masih saling bergandengan dengan erat. Keduanya memilih untuk menyimpan kepahitan yang pernah mereka alami.