Di dalam Istana Wuxin, terlihat Shuwan yang sedang berdiri tegap didepan Istana. Shuwan menggigit Jari Jempol kanannya, sambil menatap tajam halaman Istana. "Mengapa... Mengapa, harus selalu Qiaofeng?! Apa sebenarnya yang dimiliki oleh Qiaofeng, sehingga setiap Pria yang dekat dengan dirinya, pasti akan menyukai Gadis itu?! Sungguh indah sekali kehidupan yang dia miliki, seharusnya itu menjadi kepunyaanku! Aku tidak terima dengan semua ini! Aku harus menyingkirkan dirimu," dalam benak Putri Shuwan yang terlihat kesal.
Dari kejauhan Mingmei melihat diri Putri Shuwan yang sedang termenung, saat itu dia sedang berada dibelakang Tembok samping Istana Wuxin. Tatapan yang diberikan oleh Mingmei tajam, dan dia menyimpan rasa curiga terhadap diri Shuwan. "Sekarang, rencana buruk apa yang sedang dia pikirkan untuk melukai Putri Qiaofeng, sungguh saat melihat dia, aku tidak bisa berpikir dengan tenang, aku harus terus mengawasinya!" Gumam Mingmei yang sedang menatap diri Putri Shuwan, sambil membawa keranjang berisikan Pakaian.
Kemudian, Mingmei segera berjalan untuk dapat memasuki Istana Wuxin, saat Mingmei sedang berjalan, Shuwan mulai menatap tajam ke arah Gadis itu. "Hm...!" Dalam benak Shuwan yang segera menunjukkan tatapan licik kepada diri Mingmei.
Mingmei dengan perlahan mulai menaiki Anak tangga, dia terlihat sangat menghiraukan Shuwan, sedikit pun Gadis itu tak melirik ke arah Shuwan berada, sampai pada akhirnya, keduanya berpas-pasan, "berikan keranjang itu padaku." Ucap, Putri Shuwan yang segera memalingkan Tumbuhnya untuk dapat melihat diri Mingmei.
Terkejut Mingmei mendengar perkataan dari Shuwan, lalu dia mulai menghentikan langkahnya, sambil menatap dan menyembunyikan keranjang itu dari Shuwan. "Apa yang ingin Anda lakukan?! Lagi pula, ini bukan milik Anda, tetapi kepunyaan Putri Qiaofeng." Jawab, tegas Mingmei sambil menatap tajam Wajah Shuwan.
Shuwan menatap sinis diri Mingmei, sambil mengangkat satu alis kanannya, dia perlahan melipat kedua Tangannya didepan Perut, "Duh, galaknya! Aku tidak akan menerkammu, jadi jangan berikan aku tatapan seperti itu!" Kata, Shuwan yang segera mengangkat Tangan kanannya, dan menunjuk Wajah Mingmei dengan jari telunjuknya.
"Maaf saya tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni Anda, begitu banyak perkerjaan yang harus saya selesaikan," Mingmei segera berjalan untuk dapat meninggalkan Putri Shuwan seorang diri.
Shuwan yang melihat hal itu tampak sangat kesal, kepada diri Shuwan. Lalu, Wanita itu menggenggam erat Lengan kanan Mingmei, sambil berbicara kepadanya, "dasar tidak tahu diri, kau dan Qiaofeng, memiliki sikap dan sifat yang sama seperti sampah busuk!" Shuwan menggenggam dengan sangat erat Lengan kanan Mingmei, tidak lama kemudian keluar sinar hijau dari Telapak Tangan kanan Gadis itu.
"Argh!" Mingmei segera menunjukkan raut Wajah kesakitan, atas apa yang telah dilakukan oleh Putri Shuwan kepada dirinya. "Dasar Iblis!" Kata, Mingmei yang masih menatap Wajah Shuwan dengan tajam, sambil menahan sakit pada Lengannya.
Shuwan tersenyum licik kepada Mingmei, "hemh! Kau sudah salah besar menentangku!" Tiba-tiba Tangan kiri Shuwan mengepal dengan erat, lalu muncul sinar hijau muda yang berputar dengan cepat.
Buk! Pipi kanan Mingmei ditinju dengan keras oleh Shuwan, lalu Wanita itu mendorong Tubuh Mingmei sampai terjatuh ke Lantai, Shuwan dengan perlahan mendekati Mingmei, Wanita itu berjongkok dihadapannya. "Kau hanyalah sampah tidak jauh berbeda dengan Qiaofeng! Jadi jangan harap, dapat melawan diriku!" Shuwan menatap tajam Wajah Mingmei, kemudian dia bangkit dari tempatnya dan menendang keranjang Pakaian milik Putri Qiaofeng, Shuwan berjalan untuk dapat meninggalkan Mingmei, dia dengan sengaja menginjak Pakaian Putri Qiaofeng yang berhamburan di atas Lantai Istana.
Mingmei segera menyentuh Lengan kanannya, dia hanya terdiam. Pipi kanannya membengkak dengan cukup besar, warna kehitaman telah mewarnai Wajah Mingmei. Kemudian, Gadis itu segera mengambil keranjang dan juga Pakaian milik Putri Qiaofeng yang terjatuh ke Lantai. "Dasar Wanita kejam!" Dalam benak Mingmei yang sedang mencengkeram Pakaian milik Putri Qiaofeng yang tadi baru saja di injak oleh Shuwan.
Sementara itu di bawah Pohon yang rindang, terlihat Putri Qiaofeng dan Pangeran Lie Qingang yang sedang berteduh dibawah sana. Pangeran Lie Qingang menyandarkan Tubuhnya pada Batang Pohon besar itu.
Sedangkan Qiaofeng hanya duduk dengan sepasang Kaki yang sedikit dia tekuk. Mereka saling menatap Langit yang begitu cerah dengan sedikit gumpalan Awan putih. "Apa yang ingin kita lakukan di sini?" tanya, Qiaofeng yang segera memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat diri Pangeran Lie Qingang yang saat itu sedang berada di samping kanannya.
"Tidak ada, aku hanya membutuhkan sedikit ketenangan saja," jawab Pangeran Lie Qingang yang masih menatap Langit biru.
Perlahan Qiaofeng mulai meluruskan Kakinya, dia kembali memalingkan Wajahnya untuk melihat ke arah Taman yang ditumbuhi dengan Bunga segar. "Lie Qingang, apakah tempat ini begitu sangat berarti bagimu?" tanya, Qiaofeng dengan penasaran kepada Pria yang masih berada disamping kanannya itu.
Pangeran Lie Qingang kemudian memalingkan Wajahnya ke arah samping kiri untuk melihat diri Qiaofeng, "hmm... Bisa dibilang begitu, jika aku mulai merindukan dia, maka aku pasti akan kemari." Jawab, Pangeran Lie Qingang yang kembali menatap ke arah depan.
Mendengar jawaban dari Pangeran Lie Qingang, Qiaofeng perlahan menganggukkan Kepalanya, tidak lama kemudian, Pangeran Lie Qingang kembali menatap diri Qiaofeng, lalu Pria itu berbaring di atas Kaki Qiaofeng.
Qiaofeng yang masih menatap Taman Bunga, terlihat sangat tak menyangka dengan apa yang telah dilakukan oleh Pria itu kepada dirinya, Qiaofeng mulai menundukkan Kepalanya untuk dapat melihat diri Pangeran Lie Qingang yang sedang membaringkan Tubuhnya. "Wajahnya, senyumnya, belaiannya, suaranya. Selalu aku ingat, dan seakan hal itu telah menjadi kenangan yang tidak bisa aku lupakan," kata Pangeran Lie Qingang yang menatap Wajah Qiaofeng dengan tatapan lembut.
"Hmm... Lantas di mana saat ini dia berada?" tanya Qiaofeng yang segera memalingkan Wajahnya ke arah samping kanan atas.
"Entahlah, aku harap di suatu tempat yang sangat indah," jawab Pangeran Lie Qingang yang masih menatap Wajah Qiaofeng.
Qiaofeng mulai menundukkan Kepalanya untuk dapat melihat Pangeran Lie Qingang, yang sedang berbaring pada tubuhnya. "Hmm..., maksudmu?" Qiaofeng menatap Wajah Pangeran Lie Qingang dengan perasaan bingung.
Pangeran Lie Qingang mulai menutup sepasang Matanya, "saat usiaku 10 Tahun, Ibuku menghilang entah ke mana dia pergi, dan sampai detik ini aku belum juga bisa menemukan keberadaannya," Pangeran Lie Qingang memberikan penjelasan kecil kepada Qiaofeng, Wajahnya terlihat sangat nyaman dan tenang.
Qiaofeng tertegun mendengar perkataan dari Pria itu, dia terdiam sejenak sambil terus memandangi Wajah Pangeran Lie Qingang. Tidak lama kemudian, Pria itu mulai membuka sepasang Matanya, terlihat diri Qiaofeng yang sudah memenuhi Bola Mata oranye milik Pangeran Lie Qingang. "Tapi aku percaya tidak lama lagi, pasti akan menemukan dia, dan membawanya kembali ke Istana." Pangeran Lie Qingang terlihat sangat percaya diri saat berkata seperti itu kepada Qiaofeng.
"Jika kau memerlukan bantuan, jangan sungkan untuk memanggilku. Qiaofeng sedikit tersenyum tipis kepada Pangeran Lie Qingang.
Melihat diri Qiaofeng, Pangeran Lie Qingang mengangkat perlahan Tangan kanannya. Kemudian, Pria itu membelai perlahan Wajah Qiaofeng. "Aku akan selalu mengingat janjimu." Jawab, Pangeran Lie Qingang yang sedang menatap Wajah Qiaofeng dengan dalam.
"Oh iya, bagaimana dengan Saudaramu itu? Sepertinya dia masih belum jera juga," kata Pangeran Lie Qingang yang teringat akan Shuwan.
"Ah... Itu, tentu saja sangat sulit membuat Gadis itu jera, dia tidak akan mungkin menyerah begitu saja padaku, dia memang memiliki kehidupan yang berbanding terbalik denganku, jadi wajar saja jika dia berbuat semacam itu, aku masih bisa mengurusnya seorang diri, hanya saja...." Qiaofeng segera memalingkan Wajahnya ke arah samping kanan bawah, dia terlihat sedang memikirkan suatu hal.
"Ada apa?" tanya, Pangeran Lie Qingang dengan penasaran.
Qiaofeng kembali menatap Wajah Pangeran Lie Qingang sesaat Pria itu usai berkata. "Aku hanya merasa saat ini ada seseorang yang sedang mengawasiku," jawab Qiaofeng yang sedang menatap Wajah Pangeran Lie Qingang.
"Mungkinkah itu masih ulah dari Saudaramu itu?" kata, Pangeran Lie Qingang masih menatap Wajah Qiaofeng dengan tegas.
"Aku pikir bukan dia pelakunya, tidak mungkin dia dapat melakukan hal itu, dan aku merasa tidak asing dengan Anak Panah yang dia gunakan, tapi entahlah... Itu masih dalam dugaanku saja, pada saat seperti ini tidak baik berpikir gegabah, bukan?" ucap, Qiaofeng yang segera memalingkan Wajahnya ke arah samping kanan, dia terlihat sedang memikirkan suatu hal didalam otak kecilnya itu.
Pangeran Lie Qingang hanya terdiam ketika mendengar perkataan dari Qiaofeng, kemudian Pria itu tersenyum kecil terhadap Wanita itu. "benar sekali," kata Pangeran Lie Qingang yang segera meraih Tangan kanan Qiaofeng, dengan perlahan Pria itu mulai mengecupnya.