Setelah Putri Qiaofeng dan Mingmei keluar dari dalam Toko, mereka memutuskan untuk langsung kembali ke Istana Wuxin. Saat di tengah perjalanan, Qiaofeng terlihat sedang termenung. Kemudian, tanpa sengaja dia bertabrakan dengan seorang gadis yang berjalan dengan sembrono, saat itu dia mengenakan Pakaian berwarna biru, dengan rambut yang disanggul. "Haih! Apa gunanya kau memiliki Mata?!" ucap, gadis itu yang terlihat sangat kesal kepada Qiaofeng.
Qiaofeng yang juga tertabrak dengan cukup keras segera dia menghindari gadis itu, sambil terus memperhatikan Wajahnya. "Langkahmu yang tidak seimbang, masih kau menyalahkan Mataku?!" jawab, Qiaofeng yang terlihat sangat tegas kepada gadis itu.
"Cih, ternyata! Qiaofeng rupanya, jalan itu menggunakan Mata! Apakah kau buta!" tambah, gadis itu yang menunjuk diri Qiaofeng, sambil memasang Wajah kesal dan jijik.
"Hmh," Qiaofeng tersenyum tipis ketika mendengar perkataan dari gadis itu. "Hmh! Jalan itu menggunakan Kaki, tidak ada orang yang berjalan menggunakan Matanya! Atau mungkin itu dirimu Shuwan!" jawab, tegas Qiaofeng kepada gadis itu.
Mendengar perkataan dari Qiaofeng membuat Shuwan amat kesal. "Menyingkir dari jalanku, sekarang!" pinta, Shuwan sambil menatap Wajah Qiaofeng dengan Bola Mata hijau yang terlihat tajam.
"Jalanmu? Hmm, ini milik umum. Apakah seperti ini sikap dari seorang Putri kerajaan, setelah melakukan kesalahan, memaki orang lain, lalu pergi begitu saja. Ini kah moral yang kau miliki?" kata, Qiaofeng yang menatap Wajah Shuwan dengan sinis.
Mingmei yang melihat Putri Qiaofeng dan Putri Shuwan sedang bertengkar membuat dia sangat bingung. "Kalian ini masih bersaudara, tetapi mengapa sangat tidak harmonis sekali?" dalam benak Mingmei yang melihat kedua orang itu dengan bingung.
"Huh, Shuwan tenangkan dirimu, ini adalah tempat ramai, mengalah saja, untuk kali ini, tidak baik melawannya ditempat ini! Cih, sialan. Mengapa aku harus berjumpa dengan Wanita ini!" Dalam benak Shuwan yang terlihat sangat tidak senang ketika berhadapan dengan Qiaofeng.
"Baiklah, maafkan aku, Qiaofeng!" Shuwan dengan nada tidak senang. Kemudian, dia berjalan untuk dapat meninggalkan Qiaofeng dan juga Mingmei.
"Hmh, ayo Mingmei," Qiaofeng kembali melanjutkan jalannya, dan terlihat dia tidak terlalu memedulikan Shuwan.
Tidak lama kemudian, akhirnya Qiaofeng dan Mingmei sampai di Istana Wuxin. Saat ini mereka sedang berada di dalam Kamar Putri Qiaofeng.
Terlihat Qiaofeng sedang berdiri sambil memegang Pisau dengan pegangan berwarna biru. Kemudian, Qiaofeng mulai memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat ke arah samping kanan, terdapat Kaca Jendela yang terbuka, "haih. Lama sekali rasanya," gumam Qiaofeng yang terlihat sangat tidak sabar untuk hari itu.
Mingmei yang sedang menyiapkan Perlengkapan untuk Putri Qiaofeng, segera dia melihat Nonanya itu, "hmm... Sepertinya Anda begitu semangat ya, Putri?" tanya, Mingmei yang tersenyum tipis kepada Qiaofeng.
Mendengar perkataan dari Mingmei membuat Qiaofeng menatap Gadis itu, "iya, benar. Aku memang sudah sangat menantikannya," jawab, Qiaofeng yang kembali memalingkan Wajahnya.
Hari semakin larut, didalam Kamar Qiaofeng terlihat sedang merapikan Pakaiannya, yang berwarna biru tua, dengan rambut yang sudah terikat Kuda. Saat ini dia sedang berdiri didepan Cermin, dipandangi Wajah dan Tubuhnya itu. "Sempurna," kata Qiaofeng yang sedang memperhatikan Cermin besar.
Mingmei yang melihat diri Qiaofeng, hanya mampu dia tersenyum tipis kepada Nonanya itu. Dari dalam Cermin Qiaofeng dapat melihat Mingmei yang terus tersenyum kepada dirinya. "Ada apa denganmu?" tanya, Qiaofeng yang segera memalingkan Wajahnya untuk dapat melihat diri Mingmei.
Terkejut Mingmei mendengar ucapan dari Putri Qiaofeng, kemudian. Dia segera berbicara, "saya baik-baik saja, Putri. Sungguh saya sangat mengagumi kecantikan yang Anda miliki," jawab Mingmei yang tersenyum ramah kepada Qiaofeng.
"Haih, berapa banyak manisan yang kau makan?" tanya, Qiaofeng yang sedikit menolehkan Wajahnya ke arah belakang. Lalu, dia segera memalingkan Tubuhnya untuk dapat melihat Mingmei di sana, "aku sudah harus pergi. Berhubung Ayah dan Ibu sudah terlelap, aku hanya bisa memberikan pesan padamu, sampai jumpa Mingmei," kata Qiaofeng yang berjalan ke arah luar Kamarnya.
Mendengar ucapan dari Putri Qiaofeng membuat, Mingmei tertegun. "Tetapi, Pangeran Lie Qingang belum kemari, Putri. Dengan siapa Anda akan pergi?" tanya, Mingmei yang terlihat khawatir.
Qiaofeng segera menghentikan langkahnya, kemudian... "Dia sudah menunggu diriku di sana, tidak perlu merisaukan diriku, aku akan baik-baik saja, percayalah," jawab, tegas Qiaofeng, kembali dia melangkahkan Kakinya dan bergegas untuk meninggalkan Mingmei didalam Kamar.
Mingmei hanya terdiam, melihat diri Qiaofeng yang telah pergi, tanpa mendengarkan apa yang akan dia sampaikan kepada Nonanya itu.
Di luar Istana Wuxin.
"Amuda tidak terlalu jauh dari Istana, sebaiknya aku berjalan Kaki saja," gumam Qiaofeng yang sedang berjalan menyusuri Istana.
Sedangkan di tempat lain.
"Cih, sialan! Apa yang sebenarnya telah terjadi kepada Qiaofeng?! Mengapa dia sangat berani melakukan hal itu kepadaku?! Dia tidak berhak lepas dariku, selamanya dia harus menjadi anj*ng setiaku!" Dengan kesal Fei Hung menggebrak Meja, yang berada dihadapannya itu, raut Wajahnya terlihat sangat mengerikan, Bola Mata merah itu seakan ingin menerkam seseorang. "Dasar, Qiaofeng sialan! Kau terlalu menganggap tinggi dirimu ya, heh! Tunggu pembalasan ku!" ucap, Fei Hung sekali lagi.
Sementara itu, di dalam Istana Wai Tansu. Terlihat Pangeran Lie Qingang yang sedang menggunakan Pakaian berwarna hitam, berjalan keluar dari Istana, langkahnya terlihat sangat cepat, dari balik Kaca Jendela Fei Hung dapat melihat diri Pangeran Lie Qingang. "Lie Qingang, heh!" gumam, Fei Hung yang terlihat sedang menatap diri Pangeran Lie Qingang dengan kebencian.
Tidak lama kemudian, akhirnya Qiaofeng tiba di Amuda, sebuah Tanah lapang, yang terdapat beberapa Batu besar yang mengitarinya. Amuda adalah sebuah tempat yang biasanya dijadikan untuk seorang Petarung melakukan pelatihan.
Qiaofeng melihat sekitar, tidak ditemukannya Pangeran Lie Qingang di sana. "Hem, apakah aku yang terlalu cepat datang?" gumam, Qiaofeng yang sedang memperhatikan sekeliling.
Kemudian, dia mulai merendahkan Kepalanya, Bola Mata biru itu sedang melihat ke arah Pedang yang saat itu dia genggam di Tangan kanannya. "Baiklah aku akan mencobanya terlebih dahulu," kata Qiaofeng yang sangat yakin dengan apa yang akan dia lakukan.
Srat! Qiaofeng mengarahkan Pedang yang dia genggam itu ke arah degannya. Kemudian, dia segera mengayunkan Pedangnya ke arah bawah begitu secara bergantian. Saat Qiaofeng mengayunkan Pedangnya ke arah bawah, tiba-tiba Tangan kanannya disentuh oleh seseorang dengan lembut dan perlahan, "seharusnya, kau sedikit mengangkatnya, tidak selamanya Musuh berada ditempat yang sama." Pangeran Lie Qingang yang segera meluruskan Tangan kanan Qiaofeng, dengan sentuhan yang lembut.
Qiaofeng dengan segera menoleh ke arah belakang, dilihatnya Pangeran Lie Qingang yang sudah berada didepannya, jarak mereka cukup dekat. "Kau sudah tiba rupanya." Qiaofeng yang sedang memperhatikan sepasang Bola Mata oranye Pangeran Lie Qingang.
"Maaf, karena membuat dirimu terlalu lama menunggu," kata Pangeran Lie Qingang yang segera berjalan ke arah samping Qiaofeng.
"Hah tidak, aku rasa, diriku ini yang terlalu cepat kemari, jadi bisakah kita mulai sekarang?" tanya, Qiaofeng sambil menatap Wajah Pangeran Lie Qingang yang saat ini berada disampingnya.
"Tentu saja," jawab Pangeran Lie Qingang dengan tegas.
"Aku akan memperlihatkan kepada dirimu, teknik dasar terlebih dahulu, kau bisa mengikutiku, atau melihatku dulu," ucap, Pangeran Lie Qingang yang segera mengeluarkan sebuah Pedang perak putih, dengan pegangan berwarna keemasan.
Qiaofeng yang berada disamping Pria itu, segera dia memperhatikan Pangeran Lie Qingang dengan saksama. Dari cara dia memegang Pedang, sampai mengayunkannya, tidak ada satu celah pun yang Qiaofeng tinggalkan.
"Kau begitu sempurna, maafkan aku, yang telah menghancurkan hidupmu, aku sungguh sangat menyesal, karena aku yang telah menghancurkan kebahagiaan orang lain demi keegoisan ku sendiri!" Dalam benak Qiaofeng yang terlihat sedang merenung.
"Qiaofeng? Qiaofeng, hei," kata, Pangeran Lie Qingang yang segera menepuk Pundak Qiaofeng dengan perlahan.
"Ah, iya?!" Terkejut Qiaofeng ketika melihat Pangeran Lie yang sudah berada dekat pada dirinya.
"Ada apa dengan dirimu?" tanya, Pangeran Lie Qingang yang terlihat sangat bingung akan diri Qiaofeng, "apakah kau merasa tidak enak badan? Jika benar begitu makan sebaiknya kita sudahi saja," sambung Pangeran Lie Qingang yang segera menurunkan Tangannya dari Pundak Qiaofeng.
"Ah, tidak-tidak, aku baik-baik saja, aku bisa melakukannya, jangan tinggalkan aku, ya," pinta Putri Qiaofeng yang segera meraih Tangan kanan Pangeran Lie Qingang.
Pangeran Lie Qingang tampak sangat bingung ketika mendengar perkataan dari Qiaofeng, "hmm. Tentu saja tidak, aku hanya khawatir jika kau merasa tidak baik," jawab Pangeran Lie Qingang, dia masih merasakan sesuatu hal yang aneh pada diri Qiaofeng. "Aku tidak menyangka sama sekali, dia dapat berkata seperti itu padaku." Dalam benak Pangeran Lie Qingang, lalu Pria itu tersenyum tipis kepada Qiaofeng.
Tidak lama kemudian, Qiaofeng mulai melirik Tangan kirinya yang sedang menggenggam erat Tangan Pangeran Lie Qingang. "Aku rasa Tanganmu sudah menjadi lebih hangat sekarang," kata Qiaofeng yang sedikit menggoda Pangeran Lie Qingang, dan berpikir bahwa hal itu dapat mencairkan suasana.
"Apa yang kau katakan Qiaofeng?!" Dalam benak Qiaofeng yang segera melepaskan genggamannya.