"Nes, hari ini kamu pulangnya cepat gak?"
"Uhm, paling jam 4 sore ma kenapa?"
"Ya udah, mama mau minta anterin mama ke dokter sayang bisa kan?"
"Baiklah ma, Agnes usahakan untuk cepat pulang Agnes berangkat ya ma." pamit Agnes sambil mencium tangan sang mama yang masih terbaring di tempat tidur.
Sara memandang Agnes yang pamit ke kampus dengan wajah tak berdaya dan menarik nafas pelan, "Apa aku menjadi beban untuk anak itu?"
DI KAMPUS
Agnes berjalan dengan wajah yang ditekuk menyusuri Gedung bertingkat yang menjadi tempat ia melanjutkan pendidikannya kearah jurusan yang ia pilih. Sepanjang jalan Agnes terus kepikiran dengan penyakit yang diderita oleh mamanya tersebut.
"Miko, bukannya itu Agnes?" tanya Lefran pada Miko yang kebetulan melihat Agnes saat baru keluar kantin.
"Ha, dimana?" tanya Miko yang baru selesai melakukan pembayaran di kantin.
"Itu disana, kok lesu gitu ya?" sambil menunjuk kearah jalannya Agnes,
"Yau dah kita kesana saja yuk kebetulan aku punya 2 gelas minuman" ujarnya dengan mengangkat minuman yang memang sengaja di beli olehnya untuk Agnes saat ketemu di kelas nanti.
Miko adalah teman SMA Agnes dan juga merupakan cinta pertama Agnes begitupun sebaliknya hanya saja gaya berpacaran mereka sejauh ini tidak melebihi batas karena mereka memilih menjalani hubungan yang saling support dan tidak memikirkan hal lainnya hingga lulus nanti.
"Agnes…"
"Agnes tunggu"
"Agnes…" teriak Miko sambil berlari mengejar Agnes namun tak dihiraukan hingga Ketika Miko memegang tangannya baru Agnes tersadar dari lamunan panjangnya.
"Ah, kamu siapa?" kaget Agnes yang segera menghempaskan tangan Miko secara tiba-tiba karena kaget.
"Miko, kamu?"
"Maafkan aku, aku kaget karena tiba-tiba ada yang narik tangan aku" serunya lebih syok.
"Kok kamu sama Lefran lari-lari kayak dikejar hantu?" tanyanya lagi.
"Hehehe, kita emang lagi kejar hantu yang cantik banget tapi wajahnya ditekuk gitu kayak lagi ngutang Rp.300.000,-" ujar Miko cengengesan sambil bercanda.
"Hahaha, kalian berdua ya bisa aja. Ayo, kita masuk yuk dikit lagi jam mulai kuliah."
"Nih, buat kamu tadi aku sama Lefran kebetulan dari kantin sekalian beli"
"Makasih ya Ko, Ran untuk minumnya nanti kapan-kapan aku deh yang traktir."
"Selow aja Nes, yuk kita masuk" ujar Lefran sambil melangkah untuk memimpin jalan di depan.
"Abis kuliah cerita ya masalah kamu, biar lebih tenang hatinya" bisik Miko dengan tersenyum sambil menggenggam tangan Agnes dan memasuki kelas.
"Apa-apaan mereka? Sok mesra gitu, jijik banget gue" ujar Angel yang melihat kearah Miko dan Agnes yang baru masuk ke kelas.
"Udahlah Jel, abaikan saja mereka kan masih ada waktu selesai jam kuliah ini baru ngelabrak anak haram itu" sahut Sofie teman satu gengnya Anjel.
"Lihat saja nanti, aku akan merebut Miko dari anak nggak tahu diri itu" seru Anjel dengan menggerutu.
Sejak kedatangan Agnes kedalam rumah keluarga Gunawan, Anjel sangat membenci Agnes dikarenakan statusnya yang anak haram dan Sara ibunya yang sangat ingin diakui dalam keluarga Gunawan. Oleh sebab itu dengan berbagai macam cara akhirnya Agnes dan ibunya dapat diusir dan keluar dari rumah kediaman Gunawan.
Jam Kuliah pun berakhir, Agnes yang menerima pesan teks dari ibunya pun segera dengan buru-buru membereskan barang-barangnya dan bergegas untuk pulang dan mengantarkan ibunya ke rumah sakit.
"Nes, kamu mau kemana? Kenapa buru-buru?" tanya Miko yang melihat Agnes yang bergegas merapikan barang-barangnya dengan terburu-buru.
"Ko, maaf ya aku hari ini nggak bisa ceritakan apa yang terjadi sama aku sekarang, aku lagi buru-buru harus ke suatu tempat. Nanti setelah semua urusan aku beres baru aku ceritain ya" jelas Agnes.
"Baiklah, mau aku anterin?" Tanya Miko lagi.
"Ehm, nggak usah deh aku sendiri aja. Makasih ya Ko, maaf aku duluan ya. Bye" ucap Angel sambil berlari keluar kelas tanpa melihat kebelakang lagi.
Miko pun bergegas membereskan barang-barangnya dan melangkah keluar kelas bersama dengan Lefran. Namun sebelum sampai depan pintu mereka berdua dicegat oleh Sofie dan Merry teman satu gengnya Anjel.
"Ada apa?" Tanya Lefran tanpa basa-basi.
"Santai aja dong Ran, kita tuh nggak butuh ngomong sama elu tapi sama babang ganteng Miko" terang Merry dengan suara genitnya.
"Miko.." panggil Anjel sambil berjalan kearah Miko dan Lefran.
"Uhm, ia" jawab Miko ketus.
"Kamu ada waktu nggak? Aku mau ngobrol sama kamu boleh?" Ucap Anjel malu-malu sambil ngelirik Miko.
"Aku nggak bisa, aku udah ada janji sama Lefran lain kali saja ya"
"Kamu sama aku selalu nolak, tapi sama Agnes apa saja dituruti. Hanya minta waktu kamu sebentar aja kok nggak lama" ucapnya dengan nada meninggi namun tetap genit.
"Sorry, nggak bisa. Oh ia, satu hal yang harus Lo tahu dan camkan Lo gak bisa disamakan dengan Agnes. Paham!" Tegas Miko dan berjalan keluar kelas diikuti Lefran.
"Miko.." teriak Anjel
"Ih, apaan sih. Kenapa selalu Agnes bukan gue?" tanyanya dengan marah sambil menghentakkan kaki.
Agnes telah sampai di rumah. Saat masuk ke kamar dan melihat ibunya Agnes pun kaget dan berlutut di depan tempat tidur ibunya sambil memanggil ibunya.
Namun sang ibu tak merespon Agnes sama sekali, akhirnya dengan gugup Agnes memanggil ambulans ke rumahnya untuk membawa ibunya ke rumah sakit dan langsung menuju ruang UGD.
Setelah menunggu beberapa saat, dokter pun keluar dari ruang UGD dan memanggil pihak keluarga dari Sara.
"Siapa keluarga Nyonya Sara?"
"Saya dok, saya putrinya" ucap Agnes dengan perasaan yang campur aduk.
"Baiklah, ayo ikut saya ke ruangan ada beberapa hal yang harus saya jelaskan." Kata dokter kemudian berjalan ke ruangannya diikuti oleh Agnes.
Di ruangan dokter, dokter pun mempersilahkan Agnes untuk duduk di kursi depan meja dokter kemudian memberikan segelas air padanya karena kondisi badan Agnes yang gugup dan gemetar.
"Terima kasih. Bagaimana dok keadaan mama saya?"
"Keadaan Nyonya Sara saat ini dalam keadaan kritis, dikarenakan adanya Infeksi yang memengaruhi membran bagian dalam ruang dan katup jantung (endokardium) sehingga sering mengalami demam, sesak napas, kelelahan, pembengkakan pada kaki dan perut sehingga membuat Nyonya Sara tidak mudah untuk berjalan. Untuk saat ini harus cepat ditangani untuk operasi jika tidak saya sebagai dokter tidak bisa untuk berbuat apapun lagi." Jelas dokter.
"Baik dok, lakukan yang terbaik untuk mama saya. Saya akan lakukan apapun untuk kesembuhan mama" ucap Agnes dengan air mata yang mengalir penuh dari mata indahnya.
Agnes pun pamit dan keluar dari ruang dokter dengan raut wajah yang teramat sangat rumit.