Sesuai dengan hasil pemeriksaan dan saran dari dokter, maka Henry dan Lulu pun mulai melakukan pengaturan.
Lulu pun menginformasikan pada Agnes bahwa nanti malam Tuannya akan datang untuk melakukan segala proses dengan normal.
Agnes pun mengangguk paham namun ia merasa takut dan gemetar karena apapun yang terjadi ini adalah kali pertama ia melakukan hal tersebut dengan orang asing yang identitasnya pun disembunyikan.
Lagi-lagi ia terus berpikir dan menenangkan dirinya dengan mengatakan bahwa langkah dan keputusan yang ia ambil ini adalah yang terbaik.
Malam pun tiba, Lulu hanya menginformasikan bahwa malam Tuannya akan datang tapi tidak dipastikan untuk jamnya sehingga membuat Agnes semakin takut dan gugup.
Malam semakin larut karena menunggu terlalu lama, Agnes pun mematikan lampu dan tanpa sadar telah tertidur dengan posisi duduk di atas tempat tidur. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, William yang baru saja selesai melakukan meeting pun segera datang ke apartemen yang disediakan untuk Agnes tinggal.
Henry yang setia mengikuti tuannya dari belakang, memilih untuk mengambil tempat di ruang tamu sambil menunggu tuannya.
Sebelum masuk ke kamar Agnes, William menarik nafas lebih dalam dan menghembuskannya pelan untuk menenangkan pikirannya. Bagaimanapun juga William merupakan seorang OCD, oleh sebab itu meski banyak wanita disampingnya namun ia tak pernah sedikitpun menyentuh mereka.
Pintu dibuka olehnya dan ia menatap ke segala arah kamar tersebut gelap hanya cahaya bulan dari luar yang menerangi kamarnya. Samar-samar ia melihat tubuh seorang wanita yang bersandar di tempat tidur dalam keadaan duduk kemudian berjalan ke arahnya.
'Apakah dia tertidur karena menungguku terlalu lama?' Batin William yang telah duduk di samping tempat tidur dengan melepaskan jas dan sepatunya pelan.
William pun memutar otaknya berpikir keras bagaimana caranya membangunkan Agnes, hingga saat dia hendak berdiri tiba-tiba tangan Agnes bergerak untuk menaikkan selimutnya.
William pun mengambil inisiatif untuk mengubah posisi Agnes dari duduk bersandar menjadi tidur. Agnes yang seperti merasa ada yang melihat dan menindihnya pun langsung membuka mata dan kaget bukan main dengan apa yang dirasakannya.
"Uhm, siapa kamu?" Tanya Agnes dengan mengangkat selimut menutupi seluruh badannya.
"Apa kamu yang akan menjadi ibu pengganti nantinya?" Tanya William yang tak kalah kaget dengan sikap Agnes yang tiba-tiba namun berusaha tetap tenang.
"Ah, apakah kamu tuannya?" Tanya balik Agnes tanpa menjawab pertanyaan William.
"Ya" jawabnya singkat.
"Ah, maaf tuan saya ketiduran dan maaf untuk kejadian tadi saya tidak sengaja" ucap Agnes masih dengan gugup.
Meski gelap dan tidak melihat wajahnya namun William merasa bahwa wanita ini takut dan gugup.
"Apa kamu sudah siap malam ini?" Tanya William lagi memastikan.
"Sudah tuan" jawab Agnes dengan berusaha menenangkan dirinya.
William pun mulai naik ke tempat tidur mengambil posisi di atas Agnes dan wajah keduanya semakin dekat hingga dapat merasakan nafas masing-masing.
"Apakah kamu bersih?" Tanya William lagi.
"Be..be..bersih Tuan, ini yang pertama untukku dan telah rusak karena pisau bedah beberapa Minggu lalu" jawab Agnes dengan terbata-bata karena gugup.
William pun mulai melumat bibir Agnes sebagai responnya terhadap jawaban Agnes, hingga menelusuri setiap anggota tubuhnya tersebut dan tanpa disadari entah bagaimana caranya seluruh pakaian mereka pun berserakan di dalam kamar.
William dan Agnes melakukannya hingga waktu tepat menunjukkan angka 2 tengah malam hingga Agnes pun tidur dengan terlelap karena lelah. William segera berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya kemudian menggunakan kembali pakaiannya dan bergegas melangkah kedepan pintu kamar.
Saat ingin membuka pintu, kembali ia melihat ke arah tempat tidur dan mengucapkan "semoga kali ini berhasil" lalu bergegas untuk kembali ke villa keluarga Johnson.
Pagi hari begitu cerah dan sinar matahari pagi masuk ke dalam kamar Agnes membangunkannya. Ia tersadar dari tidur panjangnya dan tampak memikirkan kejadian semalam apakah itu mimpi atau bukan.
Agnes pun merentangkan tangannya ke atas namun terasa bahwa tubuhnya dalam keadaan sakit, saat melihat ke dalam selimut ia mendapati dirinya dalam keadaan tanpa sehelai benangpun, pakaiannya pun terlihat berserakan di atas tempat tidur dan lantai.
Ternyata memang bukan mimpi dan terjadi tadi malam, masih teringat jelas dalam benaknya Agnes bagaimana tuan itu memperlakukannya inci demi inci.
Ia pun kembali sadar kemudian meraih selimut dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Villa Keluarga Johnson
Seperti biasa William bangun begitu pagi dan terlihat energik, badannya terasa lebih ringan karena telah menuntaskan hasrat dan sakit kepalanya tadi malam.
Semenjak memutuskan untuk mencari ibu pengganti, balkon adalah tempat favorit untuknya berpikir dan merenung.
Terlihat pagi ini pelayan telah mengantarkan sarapan ke dalam kamarnya dan Ia pun berdiri di balkon dengan menatap ke arah pemandangan sambil merasakan matahari pagi dengan sesekali menyeduh teh yang diraciknya.
'Hampir semua wanita yang berada di sampingku hanya sebatas dekat dan main-main saja habis itu dilupakan, namun wanita ini seperti membuatku terus mengingat setiap inci demi inci tubuhnya tanpa ada yang terlewati' batin William.
Namun ia tak begitu memperdulikan, yang terpenting anaknya lahir dan tidak pernah bertemu lagi dengan wanita ini.
"Henry, jangan lupa untuk berikan informasi apakah prosesnya gagal atau tidaknya kegiatan semalam" ucap William melalui telepon saat telepon tersebut terhubung dan mematikan ponselnya tanpa mendengar respon apapun dari Henry.
"Selamat pagi Nona, ini sarapannya" sapa pelayan pada Agnes yang baru keluar kamar dan masuk ke arah meja makan kemudian memberikan sarapan yang telah dibuatnya ke arah Agnes.
"Pagi, makasih bi" jawab Agnes dengan celingak-celinguk seperti mencari seseorang.
"Uhm, ada apa Nona? Anda sedang mencari apa Nona?" Tanya pelayan penasaran dan bingung melihat ekspresi Agnes.
"Bi, kamu bangun dari subuh kan?" Tanya Agnes memastikan.
"Ia Nona, ada apa?" Tanyanya lagi dengan bingung.
"Apa ketika kamu bangun terlihat seseorang keluar dari kamarku?" Tanya Agnes mulai serius dan berharap mendapatkan jawaban yang ia harapkan.
"Tidak ada siapapun Nona, aku bangun rumah dalam keadaan sepi. Ada apa Nona?" Jawabnya jujur.
"Ah, nggak apa-apa. Ayo sarapan bareng" ucap Agnes dengan tersenyum namun hatinya masih penuh dengan berbagai macam pertanyaan.
Ditengah menikmati sarapannya perut Agnes tiba-tiba sakit, ia pun bergegas ke arah kamar mandi dekat dapur dan memuntahkan semua isi perutnya keluar.
"Nona, Nona apa yang terjadi pada anda?" Tanya pelayan khawatir dan panik.
"Uwek...uwek…" hanya suara muntahan yang menjadi jawaban dan respon pada pertanyaan pelayan.
"Nona, anda baik-baik saja?" Tanyanya lagi dengan memijat kedua bahu Agnes dan mengusapkan minyak ke perut dan sekitar bahu juga lehernya Agnes.
"Sebentar ya non, saya telepon perawat dulu" ucap pelayan dengan mengotak-atik ponselnya dan segera menghubungi perawat.
Setelah beberapa saat terdengar suara ketukan pintu dari luar apartemen, pelayan pun membuka pintu dan melihat perawat dan Lulu yang masuk.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" Tanya Lulu penasaran.
"Ini Nyonya, Nona tadi lagi sarapan namun setelah itu ia memuntahkan semua yang dimakannya kembali" jelas pelayan dengan nada khawatir dan takut.
"Baiklah segera siap-siap dan bantu saya untuk membawanya ke rumah sakit" ucap Lulu dan kemudian perawat serta pelayan tersebut segera bersiap-siap.