Chereads / Mungkinkah Bersama? / Chapter 5 - HONGKONG

Chapter 5 - HONGKONG

"Apa kita terlambat naik pesawat Bu?" tanya Agnes yang terengah-engah karena baru saja marathon ke pesawat yang akan membawanya ke Hongkong.

"Ya Mba, kita hanya punya waktu satu menit tadi" jawab Lulu yang tak kalah lelah karena ia menggunakan sepatu hak tinggi yang tidak mudah digunakan saat berlari apalagi usianya yang dibilang baru kepala tiga.

"Baiklah, Bu Lulu dimana saya harus duduk?" tanya Agnes yang masih mengatur nafasnya tapi tetap pelan dan sopan.

"Oh ia, bebas Mba bisa duduk dimana saja" ucap Lulu yang masih mengatur nafasnya dengan baik.

"Lulu, ada hal yang perlu dibicarakan silahkan ikut saya" ucap Henry yang melihat Lulu tanpa melihat Agnes yang duduk di samping jendela.

"Uhm, ok ayo kita kesana" ujar Lulu yang langsung berdiri mengikuti Henry dari belakang.

'Apa itu laki-laki yang akan jadi ayah anakku?'

'Tapi masa ia, sedangkan di surat perjanjian dia nggak mau identitas nya terbongkar mana mungkin sekarang dia tunjukkan wajahnya'

'Tapi kalau dilihat pekerjaannya seperti Bu Lulu'

'Ah tau ah, aku nggak mau memikirkan itu dulu, ngomong-ngomong gimana ya keadaan mama?'

'Huft, nanti ku tanyakanlah sama Bu Lulu' Batin Agnes mulai berteriak lagi pasrah dengan kejadian buang terjadi hari ini.

Lulu dan Henry pun berdiri tepat disamping tempat duduk William dengan wajah menunduk, melaporkan kegiatan hari ini dan yang akan dilakukan nantinya sampai 10 bulan kedepan.

"Lulu, sampai tahap apa proses pengaturannya?" Tanya William sambil membaca berita keuangan tanpa melihat ke arah Lulu.

"Untuk pengaturannya, saya sudah menyiapkan apartemen di samping rumah sakit Tuan agar kedepannya bisa lebih cepat jika perlu adanya pemeriksaan"

"Ibunya pun sudah dipindahkan ke rumah sakit tersebut sesuai dengan perintah dari Nyonya Besar" jelas Lulu dengan sigap.

"Baiklah, setelah anaknya lahir langsung bawa ke villa" jawab William puas dengan pengaturannya.

"Oh ia setelah pesawat mendarat nanti waktu kalian satu menit untuk meninggalkan pesawat, pastikan semua kebutuhan wanita itu terpenuhi khususnya gizi karena saya mau anak yang sehat. Paham?" Tanyanya lagi dengan tajam dan tegas.

"Paham Tuan" jawab Lulu pasti.

"Uhm, kau boleh kembali dengan wanita itu" ucap William dengan mengangkat jari seakan menyuruh Lulu untuk pergi.

"Henry, jelaskan jadwalku hari ini" ucapnya dengan memanggil Henry agak lebih mendekat dan menjelaskan semuanya sambil menutup mata mendengarkan.

Setelah menjelaskan serangkaian acara yang akan dilakukan hari ini untuk William, Henry pun kemudian duduk di bangku belakang dan sibuk dengan pekerjaan nya melalui email.

"Bu Lulu, maaf mengganggu istirahat anda" ucap Agnes pelan dan sedikit gugup.

"Ia Mba, ada apa?" Tanyanya dengan menoleh kearah Agnes.

"Saya hanya mau tanya Bu, bagaimana kondisi mama saya" jawab Agnes masih dengan sedikit gugup.

"Ibu anda baik-baik saja, nanti setelah sampai anda boleh menjenguknya" ucap Lulu lagi.

"Baik Bu terimakasih" ucap Agnes dan kembali ke tempat duduknya dekat jendela kemudian menutup matanya pelan.

DI KAMPUS

"Woi bro, ada apa? Kok kelihatannya lemas banget, cerita dong!" Sapa Lefran saat melihat Miko yang duduk di taman dengan wajah suram dan kusut.

"Dia pergi Ran" jawabnya lesu.

"Lah, Lo tahu darimana dia pergi bro?" Tanya Lefran yang mana tahu bahwa dia yang dimaksudkan adalah Agnes.

Tanpa menjawab pertanyaan Lefran, Miko pun memberikan ponselnya dan menunjukkan isi chat Agnes ke Lefran.

"Wah.. wah.. wah.. putus sepihak nih ceritanya, tapi ngomong-ngomong kalian berdua ini sebenarnya jadian nggak sih?" Tanya Lefran bingung dengan hubungan Miko dan Agnes.

"Kau yang paling tahu kisah kita Ran, aku rasa ada sesuatu yang dia tutupi. Posisi aku belum kuat untuk membantu dia, makanya dia enggan untuk bercerita atau enggan untuk menyusahkan aku. Kamu tahu sendiri Agnes orangnya seperti apa, jika dia susah atau ada yang sengaja menyusahkannya pasti dia akan mengalah atau mencari cara untuk menghadapi semua sendiri."

"Sekarang pun mungkin sama, sehingga harus mengambil keputusan seperti ini" jelas Miko dengan menarik nafas kasar.

"Ia juga sih, tapi apa kamu nggak mau cari tau dari si Anjel Ko? Siapa tahu ini semua ada hubungannya dengan dia dan keluarganya." Sahut Lefran memberika ide.

"Nggak Ran, aku tahu sifat Anjel jika itu sudah mengenai Agnes. Pasti satu kelas bahkan satu kampus ini akan tahu apa yang dilakukan oleh Agnes" kata Miko sambil berdiri dan membersihkan badannya dari debu tanah di celana.

"Mau kemana kau Ko?" Tanya Lefran dengan mengikuti Miko yang berdiri.

"Toko buku, kau mau ikut?" Tanya Miko dengan lesu.

"Ok, ayo kita kesana" ucap Lefran dengan semangat.

Pesawat telah sampai di Bandara Udara Internasional Hongkong, Lulu dan Agnes pun bergegas untuk turun dan meluncur ke arah apartemen yang telah dipersiapkan untuk Agnes selama 10 bulan kedepan.

"Mba, silahkan anda untuk beristirahat karena besok saya akan kembali lagi untuk mengantarkan anda melakukan proses bayi tabung" ucap Lulu saat sampai di apartemen sambil memberikan kunci ke Agnes.

"Ia Bu, ehm tapi apa boleh saya melihat kondisi mama saya sebentar Bu?" Tanya Agnes ragu-ragu

"Baiklah, tapi hanya 15 menit ya karena anda harus istirahat untuk mendapatkan kondisi tubuh yang benar-benar stabil. Setelah 15 menit saya akan menghubungi mba kembali, oh ia ini adalah orang yang akan menjaga anda selama masa kehamilan" jelas Lulu dengan detail dan memperkenalkan seorang perawat pada Agnes.

"Ia Bu, terimakasih" ucap Agnes tulus.

"Baik, kalau begitu saya pamit dan silahkan anda kesebelah dengan perawat ini" pamit Lulu dan mereka bertiga pun keluar secara bersamaan sehingga Lulu pergi dengan menaiki mobilnya dan Agnes serta perawat yang ditugaskan berjalan ke arah rumah sakit.

Karena jaraknya yang dekat dengan Rumah sakit dimana ibunya di rawat, Agnes pun langsung berjalan ke arah receptionis rumah sakit dan menanyakan kamar ibunya kemudian bergegas kesana untuk bertemu ibunya diikuti oleh perawat yang ditugaskan menjaganya.

'Klik' pintu kamar pasien pun dibuka dengan pelan oleh Agnes.

Saat melihat tubuh ibunya yang dipenuhi selang dan mata yang masih terpejam, Agnes pun tak kuasa untuk menahan air mata yang berusaha ia tahan.

"Ma, Agnes datang lihat mama" ucapnya dengan memegang tangan mamanya erat dan duduk disamping tempat tidur mamanya namun tak ada respon apapun dari sang ibu.

"Ma, Agnes punya urusan penting selama 10 bulan kedepan, Agnes nggak bisa temenin mama disini. Tapi Agnes janji setelah semua urusan Agnes selesai, Agnes langsung kesini lagi untuk menjenguk mama." Ucapnya pelan dengan air mata yang terus mengalir tanpa mau untuk berhenti dan tunduk disamping mamanya.

"Non, permisi sudah waktunya untuk anda balik ke apartemen" ucap perawat yang masuk dan menghampiri Agnes mengingatkan.

"Ah ia, sebentar saya pamit dulu ke mama saya" ucapnya ke perawat sambil mengangkat wajahnya dan melihat ke arah perawat tersebut.

"Ma, Agnes nggak punya banyak waktu temenin Mama, Agnes pamit dulu ya ma. Nanti Agnes kembali lagi saat semua urusan Agnes selesai" ucapnya dengan mencium kening mamanya dan kemudian mengikuti perawat itu ke apartemennya.

Ia pun tak lupa mengirimkan pesan ke Lulu agar Lulu tidak perlu menghubunginya lagi.