Chereads / Mungkinkah Bersama? / Chapter 7 - Dipenjarakan

Chapter 7 - Dipenjarakan

Jam makan malam pun tiba, pelayan pun menghampiri Henry untuk memberitahukan bahwa makanan telah siap disediakan. Henry yang baru saja selesai dengan segala pekerjaannya pun akhirnya bisa merenggangkan tubuhnya.

Setelah melihat jam tangan, ia pun segera membereskan kerjaannya dan bergegas memanggil tuannya untuk segera makan malam.

Sebelum Henry mengetuk pintu kamar William, pintunya telah terbuka dari dalam dan William pun keluar.

"Makan malam Tuan, makanan telah disiapkan" ucap Henry yang kaget melihat tuannya yang keluar kamar dengan tiba-tiba.

"Ok, ayo Henry makan denganku" jawab William sambil berjalan ke arah ruang makan.

"Baik Tuan" ucap Henry dengan mengikuti William dari belakang.

"Ayo silahkan makan"

"Selesai makan, kita bahas hasil kerja kerasmu hari ini." ucap William kemudian menikmati makan malamnya.

Ditengah menikmati hidangan makan malam ponsel Henry berdering menandakan telepon masuk.

"Permisi Tuan, saya angkat telepon dulu" ucap Henry kemudian segera menjauh dan mengangkat teleponnya.

William hanya menganggukkan kepala tanda menyetujuinya, tanpa terganggu sedikit pun ia tetap melanjutkan makan malamnya.

"Selesaikan makanmu kemudian ikut aku ke ruang baca" ucap William saat selesai makan dan melihat Henry yang telah selesai menelepon hendak kembali ke meja makan.

"Baik Tuan" jawab Henry melanjutkan makannya.

William yang duduk di ruang baca sedang melakukan pemeriksaaan pada laporan yang dikirimkan melalui emailnya mendengar suara ketukan pintu dari luar.

"Masuk" ucapnya dengan masih menatap layar laptopnya.

Henry pun masuk ke ruang baca dan tetap berdiri di samping meja kerja William.

"Duduklah dan jelaskan semuanya satu per satu, aku ingin mendengar hasil investigasinya" kata William masih tetap memandang ke arah laptop.

"Ini laporannya Tuan, dalam laporan ini benar seperti yang Tuan duga sebelumnya bahwa ada hal yang tidak beres dengan bagian keuangan"

"Dari yang saya lihat bahwa Kepala Divisi Pemasaran Tuan Frank, telah melakukan pencucian uang bahkan pembocoran informasi pada perusahaan Gunawan Group Tuan"

"Sudah saya cek sebelumnya, Tuan Frank merupakan teman yang di anggap sebagai saudara oleh Tuan Besar Gunawan. Dan untuk setiap bukti sudah saya kirimkan melalui email Tuan, mohon untuk dilakukan pengecekan Tuan agar bisa ditindaklanjuti segera" jelas Henry sesuai dengan hasil investigasinya.

"Oh ia Tuan, tadi saya baru mendapatkan kabar dari orang suruhan saya bahwa untuk saat ini polisi sedang melakukan pemeriksaaan terhadap Gunawan Group dikarenakan adanya tindakan sabotase dalam proyek yang mereka tangani baru-baru ini" ucapnya lagi dengan nada pelan.

"Ok, saya sudah melihat bukti yang kamu kirimkan. Segera kirimkan bukti-bukti ini ke kantor polisi agar Tuan Besar Gunawan dan juga Frank bisa dipenjarakan sesegera mungkin"

"Satu lagi, untuk sementara kosongkan dulu tempat Kepala Divisi bagian Pemasaran hingga kita kembali ke kota A. Perintahkan satu bawahan yang telah lama bekerja di divisi itu untuk sementara mengambil bagian Kepala Divisi." Tegas William dengan wajah dingin dan suram.

"Baik Tuan saya lakukan sekarang, kalau begitu saya permisi dulu Tuan" jawab Henry kemudian pamit untuk melaksanakan tugas yang diberikan.

'Uhm, menarik' batin William berpikir dengan mengelus dagunya.

Waktu terus berlalu hingga tak teras waktu 2 Minggu pun menghampiri Agnes yang tidak tenang dengan kondisi tubuhnya.

Pasalnya 1 Minggu setelah proses pentransferan benih ke rahimnya, tubuhnya agak lemas dan cepat lelah. Selama 2 Minggu pun Agnes tidak melakukan apapun, semua tugas rumah bahkan makan pun dilayani oleh pelayan dan perawat yang ditugaskan oleh Lulu.

Agnes yang sementara duduk beristirahat di kamar sambil asyik bermain ponsel tiba-tiba dikagetkan dengan pemberitahuan berita yang berasal dari kota kelahirannya kota A.

Matanya membulat sempurna dan menutup mulut dengan tangannya seketika saat melihat berita bahwa ayahnya Lucky Gunawan telah ditangkap terkait kasus pencucian uang. Tak kalah syoknya ketika yang ia lihat bukan saja Lucky tetapi juga Frans teman Lucky yang sudah Agnes kenal.

"Benarkah ini?"

"Ini bukan mimpi kan?" Tanyanya sambil melihat ponsel dan tampak serius untuk membaca berita tersebut.

'Ha? Tindakan pencucian uang?' batinnya dengan mata yang semakin membulat melihat isi berita.

"Nona, makan malam sudah siap" terdengar ucapan pelayan dari luar sambil mengetuk pintu kamar Agnes.

"Ah, ia bi saya keluar" jawab Agnes dengan tergesa-gesa untuk keluar makan malam.

"Ayo bi, suster makan bersamaku" ajak Agnes kepada 2 orang yang selalu menemaninya akhir-akhir ini.

"Nggak nona terimakasih, kami nanti di belakang saja," tolak keduanya berbarengan.

"Nggak apa-apa kalian jangan sungkan, aku nggak pernah anggap kalian orang lain. Karena hanya kita bertiga disini mungkin kita bisa menjadi teman kedepannya" ajaknya lagi dengan kekeh.

Si pelayan dan perawat pun saling melihat satu sama lain dan akhirnya mengangguk untuk menerima ajakan Agnes.

"Nona harus makan yang banyak, karena akhir-akhir ini saya lihat nona agak pucat dan kurang bersemangat" kata pelayan pada Agnes tentang apa yang dia lihat.

"Ia bi, aku juga nggak tahu kenapa"

"Selepas dari rumah sakit bawaannya itu hanya ingin istirahat saja tanpa melakukan apapun" jawab Agnes dengan menarik nafasnya lesu.

"Mungkin itu efek sampingnya non, karena sesuai prosedurnya kesehatan dan kondisi tubuh si ibunya harus baik dan stabil" jelas perawat mengenai apa yang ia tahu.

"Ia juga kali ya hehehe" ujar Agnes dengan cengengesan.

"Ngomong-ngomong besok kan ya non harus melakukan tes kehamilan?" Tanya perawat mengingatkan.

"Ah, ia aku hampir lupa hehehe."

"Sus, ini pertama kalinya aku pakai alat tersebut. Minta bantuannya ya sus untuk mengarahkan" ucap Agnes dengan senyum.

"Itu memang sudah tugas saya non dan untuk alatnya selesai makan nanti akan aku ajarkan cara penggunaannya, agar besok saat bangun pagi langsung bisa digunakan non" jawab perawat juga dengan tersenyum.

"Makasih ya, aku selalu berpikir ketika aku disini aku akan sendiri" ucapnya lesu sambil menikmati makan malamnya.

"Jangan khawatir non, kalau merasa bosan kita bisa ngobrol" ucap pelayan menyemangati Agnes.

"Ayo jangan bersedih lagi kita harus makan dengan kenyang" ucap Agnes dengan riang hanya di wajah namun hati tetap sendu memikirkan hidup yang di hadapinya sekarang.

Selesai makan, Agnes di bawa ke kamarnya oleh perawat kemudian si perawat memberikan alat tes kehamilan padanya dan menjelaskan secara detail cara penggunaan alat tersebut.

Mereka layaknya seperti teman biasa, karena dalam memberikan penjelasan mereka saling menggoda dan bercanda.

Perawat telah keluar dari kamar Agnes untuk membiarkannya beristirahat. Tapi, sedikitpun mata Agnes tak bisa untuk terpejam karena memikirkan hari esok. Bukan hanya Agnes yang malam ini tak bisa tidur tapi William juga merasakan hal yang sama memikirkan hari esok apakah prosedur yang dilakukan 2 Minggu lalu berhasil atau tidak.