Pagi-pagi Agnes bangun seperti biasa, ia masih berharap semua yang terjadi kemarin hanyalah bunga tidurnya saja. Namun, semua menjadi nyata saat ia melihat ke sekeliling tempat dimana ia berada. Ya, apartemen mewah yang disiapkan untuknya hidup selama 10 bulan kedepan.
Tanpa membuang waktu ia pun segera turun dari tempat tidur dan membersihkan dirinya kemudian ke dapur untuk membuat sarapan pagi.
Tak lama setelah sarapannya jadi terdengar suara ketukan pintu dari luar dan membuat Agnes sontak buru-buru ke depan untuk melihat siapa yang datang.
"Apakah laki-laki itu?"
"Ah, gak mungkin dalam surat perjanjian jelas ia nggak mau menunjukkan identitasnya" gumam Agnes sambil melangkah ke arah pintu untuk di buka.
"Bu Lulu" ucap Agnes dengan nada kaget.
"Selamat pagi Mba, apa anda sudah siap?" Tanya Lulu langsung ke intinya.
"Siap? Untuk apa?" Tanya Agnes bingung, tentu saja dia lupa jika akan melakukan penerbangan pagi ini karena masih beranggapan ini hanyalah mimpi.
"Ia Mba, sesuai yang saya katakan semalam bahwa pagi ini kita akan melakukan perjalanan ke Hongkong, apa Mba Agnes lupa?" Tanya Lulu dengan mengernyitkan dahinya.
"Ah, masuk dulu Bu"
"Maaf saya belum sadar sepenuhnya, silahkan duduk dulu saya bersiap-siap sebentar Bu" ucap Agnes dengan gelagapan dan langsung menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
DI KAMPUS
"Ko, ssttt.." panggil Lefran dengan menyenggol Miko yang duduk disebelahnya.
"Uhm, ada apa?" tanya Miko tanpa melihat ke arah Lefran dan fokus dengan pelajaran yang diberikan.
"Miko, tumben kok Agnes nggak masuk hari ini?" tanya Lefran penasaran.
"Aku juga nggak tahu, semalam WA aku pun nggak di balas sama sekali olehnya. Aku merasa ada sesuatu yang ia tutupi dariku Ran" ucap Miko dengan lesu dan bingung sambil menatap layar ponselnya.
"Apa selesai kuliah ini kita ke rumahnya saja gimana?" tanya Lefran mengusulkan ide.
"Itu ide yang baik tapi aku nggak tahu alamat rumahnya yang sekarang, setiap aku mau antar atau jemput selalu di tolak olehnya" ucapnya datar.
"Susah kalau begini, aku rasa kalian seperti nggak pacaran sama sekali hehehe" kata Lefran sambil cengengesan.
Mereka berdua pun kembali fokus dengan pelajaran yang dikelas. Namun, ponsel Miko bergetar tanda adanya pesan masuk, ia pun mengambil ponselnya dan melihat layar tersebut seketika senyumnya merekah karena yang mengirim pesan adalah Agnes.
[Ko, maaf ya baru bisa blz chat kamu. Semalam aku ketiduran, kamu gak mrh kan? :p]
[Gpp kok, oh ia kamu dimana knp gak masuk kelas hari ini?]
[Ko, mungkin selama beberapa bulan ini aku gak akan masuk lagi krn ada bbrp urusan pnting]
[Oh ia, hari ini aku dalam perjalanan keluar negeri. Maaf aku baru bisa kasi tau kamu untuk skrg ini]
[Kamu kemana Nes? kok tiba"?]
[Udah dulu ya Ko, aku harus segera berangkat. Aku rasa kedepannya kamu gak perlu khwatir lagi dgnku dan kamu juga bisa mendapatkan kebahagiaan yang lebih. Terimakasih untuk segalanya Ko}
[Nes, apa maksudmu?]
Senyum di wajah Miko pun berubah menjadi suram dengan terus melihat ke layar ponselnya. Pesan terakhir yang dikirimnya pun hanya centang satu yang artinya tidak terkirim sama sekali ke penerima.
'Apa maksudnya semua ini?'
'Apa ini artinya kita putus?' batin Miko dengan mulai menerka-nerka.
DI APARTEMEN
Selesai mandi dan merias diri dengan tipis terlihat natural, Agnes pun mengeluarkan kopor berisi pakaian dan beberapa perlengkapan lainnya yang ia butuhkan ke arah ruang tamu. Lulu yang telah selesai dengan ponselnya pun ikut berdiri.
"Sudah siap Mba?" tanya Lulu dengan senyum ke arah Agnes.
"Sudah Bu," jawab Agnes pelan.
"Ya sudah, ayo kita berangkat" ucap Lulu dengan mengangguk memberi kode untuk Agnes mengikutinya.
Setelah sampai di depan Apartemen, koper Agnes di angkat oleh supir dan diletakkan di bagasi mobil. Lulu dan Agnes pun masuk ke dalam mobil dengan Lulu yang duduk di kursi penumpang sebelah supir dan Agnes yang duduk di belakang.
Agnes teringat semalam ia belum membalas pesan yang Miko kirimkan untuknya, segera ia pun mengambil ponselnya dan benar saja banyak panggilan dari Miko semalam. Seketika ia pun tersenyum sambil melihat layar ponselnya, tetapi senyumnya pun kembali sirna tatkala mengingat kondisi dan statusnya sekarang yang mana sebentar lagi akan menjadi ibu dari anak yang sama sekali tidak diketahui identitas ayahnya.
Ia pun berencana untuk membalas pesan Miko dengan meminta maaf, memberitahukan kondisinya yang akan berangkat dan mengucapkan kalimat perpisahan pada Miko cinta pertamanya.
Raut wajahnya pun menjadi sedih ketika bertukar pesan dengan Miko, tanpa terasa buliran kristal dimatanya yang hendak ditahan pun tak kuasa jatuh memenuhi wajahnya. Dengan menyenderkan kepala ke arah pintu mobil yang sedang berjalan ke bandara dan mengangkat tangannya ke kaca jendela mobil seakan tak kuasa berpisah dengan kota bahkan Miko yang berada di kota tersebut.
'Miko maafkan aku, maafkan semua yang aku lakukan ini'
'Ku harap suatu saat nanti kau mengerti kenapa aku memilih jalan ini, merelakan semua masa mudaku, merelakan semua impianku bahkan impian kita'
'Ini jalan yang aku pilih, keputusan yang ku buat hari ini benar'
'Aku harus kuat untuk mama yang masih membutuhkanku' batin Agnes dengan wajah tertunduk dan menangis dalam diam namun terus berusaha untuk tegar menerima semua keputusan yang ia ambil.
Jalan terasa begitu panjang sehingga suasana di dalam mobil pun diam membisu. Tiba-tiba ponsel Lulu pun berdering, ia melihat ID pemanggil adalah Nyonya besar pun segera mengangkat teleponnya.
"Hallo Nyonya" ucap Lulu saat terhubung dengan Linda
"Lulu, hari ini William akan satu pesawat dengan kalian pastikan mereka berdua tidak sampai ketemu. Aku juga sudah menginfokan semuanya ke William nanti kamu koordinasi dengan Henry untuk masalah ini." perintah Linda dengan suara pelan.
"Baik Nyonya, akan saya kerjakan sekarang" ucap Lulu kemudian menutup ponselnya dan menhubungi Henry untuk koordinasi.
Henry dan William yang baru sampai di Bandara pun segera berjalan menuju pesawat pribadi milik keluarga Johnson. Henry yang berada dibelakang William pun mulai maju dan menjelaskan hasil koordinasi antaranya dengan Lulu asisten pribadi Nyonya Besar.
"Tuan, Lulu dengan nona yang menjadi ibu pengganti akan berada satu pesawat dengan kita dan mereka dalam perjalanan menuju bandara tuan" ucap Henry dengan pelan tapi pasti namun khawatir karena apapun yang terjadi ia sedang menyuruh William untuk menunggu dan Henry tahu betul sifat William yang tidak ingin menunggu atau menunda sesuatu.
William pun berhenti sesaat dan melihat tajam ke arah Henry, "Apa kau menyuruhku untuk menunggu Henry?" tanyanya tegas.
"Maaf Tuan, apa saya menyuruh mereka untuk naik pesawat umum saja tuan?" tanyanya lagi dengan wajah memelas dan tak berdaya.
"Satu menit Henry, telat dari itu aku tak peduli" jawab William tegas dan lanjut berjalan tanpa menunggu respon dari Henry.
Henry pun segera menghubungi Lulu dan menyuruh mereka untuk cepat sesuai dengan instruksi dari William.
Lulu yang mendengar hal tersebut tanpa membuang waktu lagi langsung menyuruh supirnya untuk cepat bergegas menuju bandara dan mengarahkan Agnes agar berlari ke pesawat keluarga Johnson.