"Maaf mba, apakah anda keluarga dari Nyonya Sara?" Tanya perawat yang menghampiri Agnes.
"Ah, ia sus saya. Ada apa ya sus?" Tanya Agnes yang masih linglung dengan keadaannya.
"Maaf mba, untuk saat ini ibu anda sudah kami pindahkan ke ruangan, mohon ikuti saya ke bagian administrasi untuk melengkapi data ibu anda" jelas perawat tersebut.
"Baik sus, saya kesana" ujarnya dengan pikiran yang tak menentu.
'Hufttt, apa yang harus aku lakukan sekarang?'
'Apa harus hubungi papa sekarang? Ah, nggak mungkin orang kayak papa yang berani ninggalin aku sama mama sendiri mana ada dia mikirin semua ini'
'Biaya operasi belum lagi biaya kuliah astaga mau dapat darimana uang sebanyak itu?' Batin Agnes dilema dan berjalan hingga depan meja administrasi.
"Ayo, mba silahkan dilengkapi data-data pasien ya" ujar perawat yang sontak membangunkan Agnes dari lamunannya.
"Ia sus, ehm tapi sus saya mau nanya untuk total dan batas pembayaran operasi mama saya berapa dan kapan ya sus?" Tanya Agnes dengan nada pelan dan hati-hati kearah perawat.
"Untuk totalnya Rp.100.000.000,- dan untuk tenggat waktunya paling lama satu Minggu ini mba, jika memang mba melakukan pembayaran secepatnya maka operasinya pun akan segera dilakukan" jelas perawat ke Agnes.
"Ha? Oh My God serius nominalnya segitu sus?" Tanya Agnes yang tidak percaya saat mendengar total angkanya.
"Ia mba," jawab perawat dengan senyum.
Tanpa Agnes sadari terdapat sosok yang sedang memperhatikan gelagatnya, namun orang tersebut hanya memerintahkan tangan kanannya untuk mengatur semuanya dengan Agnes dan berlalu pergi keluar dari rumah sakit tersebut.
Selesai menyelesaikan administrasi, Agnes pun berjalan dengan lesu ke arah ruang rawat ibunya dan pelan-pelan membukakan pintu tanpa mengganggu istirahatnya.
Melihat sang ibu yang masih menutup mata, Agnes pun berjalan pelan dan mengangkat kursi kemudian meletakkannya di samping tempat tidur lalu mulai memegang tangan ibunya.
"Ma, kenapa mama nggak pernah bilang sama Agnes kalau mama punya penyakit separah ini ma?" Tanyanya namun tak ada respon sama sekali dari sang ibu namun ia tak peduli setidaknya berbicara dengan ibunya bisa merasa tenang.
"Sekarang ini Agnes bingung ma, Agnes harus mendapatkan uang darimana untuk membayar biaya operasi mama?"
"Tapi mama jangan khawatir Agnes akan tetap berusaha agar mama bisa tetap sembuh, karena hanya mama yang Agnes punya" ucapnya dengan tangis yang tak tertahan.
Setelah merasa tenang, Agnes pun menaruh tangan ibunya kemudian menyelimuti tubuh sang ibu dan pamit untuk pulang.
Ia menutup pintu dengan pelan, saat menoleh untuk berjalan keluar rumah sakit Agnes dikagetkan dengan kemunculan seorang wanita muda.
"Maaf, apa betul dengan Mba Agnes?" Tanya wanita tersebut.
"Ia, saya sendiri. Maaf dengan siapa ya?" Tanya Agnes ragu-ragu.
"Kenalkan saya Lulu, ah ini kartu nama saya dan sebelumnya maaf telah mengganggu waktunya mba" ucap Lulu sambil memberikan kartu namanya ke Agnes.
Agnes mengambil kartu nama Lulu dan membaca tulisan di kartu nama tersebut dan berkata, "Oh ia Bu Lulu ada yang bisa saya bantu?"
"Mba Agnes saya ingin berbicara penting dengan anda, apakah anda punya waktu sebentar?" Tanya Lulu lagi.
"Boleh, ayo silahkan duduk dulu Bu" ucapnya dengan mempersilahkan Lulu untuk duduk di kursi depan ruangan ibunya.
"Maaf sebelumnya mba, mungkin kita bisa bicara sambil menikmati kopi di cafe sebelah rumah sakit agar lebih leluasa mba?" Ajak Lulu dengan sopan.
Dengan melihat keadaan sekeliling yang memang tak bisa untuk berbicara hal penting akhirnya Agnes pun setuju untuk mengikuti ajakan Lulu ke cafe sebelah rumah sakit.
DI CAFE
"Hallo, selamat datang di Garden Cafe" sapa pelayan cafe yang menyambut Lulu dan Agnes.
Keduanya pun masuk dan memberikan senyuman ke arah pelayan cafe tersebut dan mulai mencari tempat duduk yang paling pojok.
"Silahkan duduk Mba, sekalian mau pesan apa?" Tanya Lulu pelan.
"Saya pesan Choco Almond aja Bu" kata Lulu sopan
"Choco Almond satu dan Hot Chocolat satu ya" pesan Lulu ke pelayan cafe.
Selesai melakukan pemesanan minuman tanpa membuang waktu Lulu pun mulai dengan tujuan ia mengundang Agnes saat ini.
"Mba, sebelumnya saya minta maaf karena sudah mengganggu waktunya untuk pembicaraan saat ini" ujarnya pelan.
"Nggak apa-apa Bu, saya juga untuk sementara punya waktu luang namun sebelumnya saya mau tanya Bu Lulu mengenal saya darimana ya Bu?" Tanya Agnes dengan sopan.
Dengan tersenyum "sebenarnya saya juga baru mengenal Mba Agnes tadi saat di ruang administrasi, maaf kalau terkesan lancang Mba" imbuh Lulu dengan pelan.
"Ah, nggak apa-apa Bu saya juga sadar tadi suara saya agak kencang karena terkejut saat berbicara beberapa hal dengan perawat tadi" ujar Agnes dengan sungkan.
"Maaf, permisi ini minumnya" ucap pelayan dengan senyum.
"Ah ia Terimakasih" balas Agnes dan Lulu pada pelayan tersebut.
"Sebenarnya, saya disini mengajak Mba untuk bekerjasama dengan saya. Karena maaf dilihat dari kondisinya Mba saat ini sangat sesuai dengan kerjasama ini" jelas Lulu pelan tidak mau gegabah.
"Kerjasama?"
"Kerjasama seperti apa?" Tanya Agnes penasaran dan gugup.
"Kerjasama sebagai ibu pengganti"
"Saya tahu untuk saat ini Mba Agnes lagi memerlukan uang yang tidak sedikit jumlahnya untuk biaya perawatan ibunya Mba, namun Mba Agnes nggak perlu bingung karena apabila Mba menyetujui kerjasama ini maka semua biaya perawatan dan biaya lainnya akan kami tanggung" jelas Lulu panjang lebar.
"Ha? Ibu pengganti?" Tanya Agnes dengan nada tidak percaya.
"Ia Mba, jika Mba mau dan setuju saya akan memberikan surat perjanjian tanda setuju kerjasama ini untuk ditandatangani" ucap Lulu lagi dengan tenang sambil mencicipi minumannya namun tetap khawatir jika Agnes tidak menyetujuinya.
"Jika saya menyetujui apa benar semua yang anda katakan tadi?" Tanya Agnes dengan ragu-ragu dengan kerjasama ini, bagaimanapun orang yang duduk didepannya saat ini merupakan orang asing yang baru saja ia temui.
"Betul Mba, berikut isi surat perjanjiannya. Mba bisa baca terlebih dahulu dan tanyakan ke saya jika ada poin yang belum mba pahami." Jelas Lulu dengan sabar dan pelan.
'Ah, poin pentingnya harus memberikan anak dan tanpa mengetahui identitas dari lelaki yang ingin menjadikanku sebagai ibu pengganti. Apa aku harus menyetujui semua ini?'
'Diusia sekarang aku sudah harus menjadi seorang ibu, sedangkan aku masih menjadi mahasiswa bagaimana dengan masa depanku?' Batin Agnes yang berperang dengan pikirannya.
Setelah membaca semua isi surat perjanjian tersebut dan melalui serangkaian peperangan antara hati dan pikiran akhirnya Agnes pun menyetujui dan mulai menandatangani surat tersebut kemudian menyerahkan suratnya ke Lulu dan mengambil salinannya untuk dia pegang.
"Baik Mba, terimakasih untuk kerjasamanya. Oh ia selesai ini Mba boleh ikuti saya karena untuk sementara waktu kami akan menjaga Mba hingga anak tersebut lahir nanti." Jelas Lulu dengan senyum melihat Agnes.
"Baik Bu Lulu" jawab Agnes pelan kemudian mereka berdua keluar dari cafe.