Chereads / Mungkinkah Bersama? / Chapter 3 - Kegelisahan Dalam Persiapan

Chapter 3 - Kegelisahan Dalam Persiapan

'Apa keputusan yang aku ambil ini benar?'

'Kenapa terasa berat ya?'

'Ini jalan yang aku pilih dan mulai dari sekarang hingga 10 bulan kedepan aku nggak akan lagi ke kampus, memilih untuk hidup baru dengan mama aku nantinya.'

'Berat? Ya, sangat berat tapi inilah jalan inilah langkah yang aku pilih. Berharap sama papa? Bagi aku papa aku sudah mati.'

'Memilih untuk memberikan satu-satunya barang berharga yang aku jaga untuk lelaki yang bahkan aku nggak kenal sama sekali. Takdir macam apa yang sedang menghampiriku ini?'

'Apa nantinya yang aku katakan ke mama tentang semua ini? Ingin rasanya aku memutar ulang waktu dan memilih untuk tidak dilahirkan ke dunia ini, tapi sekarang aku bisa apa? Hanya bisa bersyukur, melangkah kedepan dengan setiap keputusan yang aku ambil untuk hidupku sendiri.'

Perang batin dan pikiran yang membuat Agnes merasa gelisah dengan keputusan yang dia ambil untuk menyelamatkan ibunya tergambar jelas diraut wajahnya yang lelah dan tampak frustasi. Namun, dia bisa apa hanya menjalankan semua sesuai dengan isi perjanjian yang telah ditandatangani olehnya.

"Mba Agnes kita sudah sampai, untuk sementara Mba akan tinggal disini sampai anaknya lahir. Ayo, Mba saya antarkan ke dalam" ucap Lulu membangunkan Agnes dari lamunannya dan dijawab dengan anggukan kepala dari Agnes dan mereka mulai melangkah masuk ke apartemen yang telah disiapkan sebelumnya.

'Besar juga apartemennya' batin Agnes saat masuk dan melihat ke arah sekelilingnya.

"Ehm, Bu Lulu maaf sebelumnya" ucap Agnes ragu-ragu.

"Eh, ia Mba ada apa?" Tanya Lulu saat balik badan dan berhadapan dengan Agnes.

"Ehm itu, ini kan saya selama 10.bulan kedepan saya akan tinggal disini tapi saya nggak ada baju ganti sama sekali Bu, saya juga nggak membawa barang apapun" jelasnya ragu.

"Oh, untuk masalah itu anda nggak usah khawatir karena untuk semua perlengkapan selama 10 bulan kedepan sudah dipersiapkan di kamar." Jelas Lulu dengan senyum di wajahnya dan kembali hanya mendapatkan anggukan kepala dari Agnes.

"Ayo, saya antar ke kamar anda Mba" ucapnya dengan mengajak Agnes untuk langsung melihat isi kamar yang tadi telah dijelaskan.

'Oalah, kamarnya lebih besar dari kamarku di rumah' batin Agnes yang kaget dengan pemandangan yang ada di depan matanya.

"Mba, ini semua adalah pakaian anda nantinya selama 10 bulan kedepan dan untuk makanan bernutrisi buat tubuh anda dalam menyiapkan kondisi saat hamil dan melahirkan nanti telah tersedia di dalam kulkas, sampai sini ada yang ingin anda tanyakan Mba?" Jelas Lulu mengarahkan Agnes tentang semua fasilitas yang telah disiapkan untuknya kedepan.

'Ah, banyak sekali' batinnya dengan melebarkan mata melihat isi lemari tersebut.

"Oh ia, apa mama saya sudah bisa mendapatkan perawatan sampai sembuh Bu?" Tanya Agnes yang memang sampai sekarang masih mengkhawatirkan mamanya di rumah sakit.

"Anda jangan khawatir, sejak surat perjanjian telah ditandatangani oleh anda, semua proses penyembuhan ibu anda sudah kami urus. Untuk saat ini anda hanya perlu menyiapkan kondisi tubuh anda agar stabil karena prosesnya akan dimulai pada esok hari." Ucap Lulu menjelaskan.

"Baiklah jika begitu saya juga nggak punya pertanyaan lagi Bu" jawab Agnes dengan senyum namun hatinya sungguh masam.

"Baik kalau begitu saya juga sekalian pamit Mba, namun disini akan ada beberapa orang yang akan membantu anda selama 10 bulan kedepan dan besok hari saya akan kembali untuk menjemput anda ke rumah sakit untuk melakukan proses bayi tabung." Jelas Lulu dan dijawab dengan anggukan kepala dari Agnes tanda dia paham dengan setiap aturan yang telah dibuat oleh Lulu untuk dirinya.

Selesai mengatur Agnes, Lulu pun segera pamit dan keluar dari apartemen tersebut. Namun, ketika hendak menaiki mobilnya terdengar suara ponselnya yang berdering. Lulu pun tanpa membuang waktu langsung menerima teleponnya setelah melihat id pemanggil nyonya besar Johnson yang memanggilnya.

"Halo nyonya" jawab Lulu

"Lulu bagaimana keadaannya? Apakah dia telah menyetujui perjanjian tersebut?" Tanya Linda di seberang.

"Semuanya aman nyonya, anda tidak perlu khawatir. Mba Agnes telah menyetujui dan menandatangani surat perjanjian tersebut, saya baru saja keluar dari apartemen yang telah disiapkan untuknya dan sesuai dengan instruksi saya juga sudah menyampaikan prosedur yang akan dilalui besok hari nyonya." Jelas Lulu pada Linda yang memang khawatir tentang perjanjian ini karena telah berjanji pada anaknya untuk mengurus masalah ini.

"Baiklah Lulu, pastikan besok tidak terjadi masalah apapun dan tetap kontrol semua yang perempuan itu butuhkan selama kurun waktu ini, saya tidak mau anak yang dihasilkan kurang dari apapun" ucap Linda lagi dengan menghembuskan nafas pelan dan kemudian mengakhiri panggilan tanpa menunggu respon dari Lulu.

Lulu pun memasukkan kembali ponselnya kedalam tas dan meluncur ke arah rumahnya. Namun, ditengah perjalanan ponselnya kembali berdering setelah melihat id penelepon dan ia pun menyalakan bluetooth yang tersambung dengan mobil dan menerima panggilan tersebut.

"Hallo Nyonya" jawab Lulu

"Lulu kamu dimana?" Tanya Linda dengan nada cemas.

"Saya dalam perjalanan untuk pulang Nyonya, apa ada yang mau saya kerjakan?" Tanya Lulu dengan pelan saat mendengar nada suara Linda yang cemas.

"Uhm, kamu balik lagi ke apartemen dan siapkan kepindahannya ke Hongkong, William akan berangkat ke sana selama sebulan jadi ia meminta semuanya di lakukan disana" perintah Linda.

"Maaf Nyonya, lalu bagaimana dengan ibunya Mba Agnes? Karena syarat untuk menyetujui perjanjian ini ia masih dapat melihat kondisi ibunya Nyonya" tanya Lulu dengan pelan tanpa menambah kecemasan Nyonya-nya.

"Pindahkan juga kesana," jawab Linda kemudian seperti biasa mengakhiri panggilan telepon tanpa menunggu respon dari Lulu.

Lulu pun tak mau membuang waktu, ia pun berbelok arah dan kembali ke apartemen secepatnya untuk mengatur kembali keberangkatan Agnes dan ibunya ke Hongkong.

Agnes yang baru selesai mandi dan beristirahat sejenak didepan meja rias dengan melamun dan memikirkan hidup yang akan dia jalani kedepannya dikejutkan dengan bunyi ponselnya tanda adanya pesan masuk dari Miko.

[Nes, bagaimana kabarmu?]

[Baik Ko, kamu gimana?]

[Aku nggak Nes, aku khawatir sama kamu Krn seharian ini gelagat kamu gak kyk biasanya Nes, kamu knp sebenarnya?]

Melihat isi pesan dari Miko, Agnes tak kuasa menahan air matanya. Ia pun menangis dalam diam di depan meja rias hingga terdengar dari luar suara ketukan pintu.

Buru-buru ia membersihkan wajahnya dan menjawab "Ia sebentar".

"Bu Lulu" sapanya saat membuka pintu dan kaget dengan munculnya Lulu karena ia baru pamit beberapa waktu lalu.

"Ia Mba Agnes, maaf mengganggu saya kesini lagi karena ingin menyampaikan bahwa besok kita akan berangkat ke Hongkong" jelas Lulu dengan pelan tanpa masuk ke apartemen.

"Ha? Kenapa ke Hongkong? Lalu bagaimana dengan mama saya Bu?" Tanyanya dengan bingung atas apa yang terjadi, khawatir sesuatu terjadi dengan mamanya hingga harus ke luar negeri.

"Tenang saja Mba, semua kebutuhan ibu anda dan juga anda semua sudah disiapkan. Ibu anda juga ikut berangkat ke Hongkong dan malam ini sedang dalam perjalanan kesana. Hanya itu yang dapat saya sampaikan, anda silahkan beristirahat karena besok perjalanan sangatlah panjang." Ucap Lulu kemudian pamit tanpa mendengar respon dari Agnes.