Altea terdiam sejenak setelah mendengar seseorang yang berusaha untuk membuka pintu kamar, dia memikirkan bagaimana caranya untuk ke luar. Dia tahu jika orang yang ada di luar sana adalah orang yang ingin menghabisi pria tua itu. Dia pun menyapu seluruh ruangan untuk mencari jalan rahasia yang akan membawanya ke luar dari sana.
"Apa kau memerlukan bantuan dariku?" tanya seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu menggunakan pintu rahasia.
Altea menatap seorang wanita yang sama sekali belum pernah ditemuinya, dia kembali mengingat apakah wanita yang ada di depannya itu adalah salah satu dari wanita Hector. Dia tidak bisa percaya dengan wanita yang selalu ada di sisi pria tua itu.
Wanita itu tersenyum lalu dia kembali berkata, "Aku tahu kau tidak akan percaya padaku. Namun, kau harus bisa memilih apakah akan mati di tangan mereka yang ada di luar sana atau ikut denganku."
"Mengapa kau melakukan semua ini?" Altea balik bertanya pada wanita itu.
Wanita itu melihat ke arah Hector yang sudah tidak bernyawa, dia menatap pria tua itu dengan tatapan penuh dengan kebencian. Dia merasa puas dengan hanya melihat jasad dari pria tua itu karena sudah lama dia ingin melihatnya.
"Aku melakukan semua ini karena kau sudah membunuhnya," Wanita itu menjawab dengan nada yang sangat tenang.
Kembali terdengar suara seseorang yang sedang memberi perintah untuk mendobrak pintu kamar. Altea melihat ke arah pintu itu yang sudah mulai bergerak dan ada kemungkinan akan terbuka.
"Semua keputusan ada di tanganmu," Wanita itu berkata lalu dia berjalan menuju pintu rahasia yang tadi dia gunakan.
Tanpa berpikir lagi Altea pun langsung berlari menuju ruangan rahasia itu, pintu rahasia itu perlahan tertutup. Dia berjalan mengikuti wanita itu tetapi tingkat kewaspadaannya masih tinggi sebab dia tidak tahu siapa wanita itu sebenarnya.
Wanita itu hanya tersenyum saat merasakan jika Altea mengikutinya dan di dalam benaknya pun tidak terlintas untuk melawan Altea. Karena baginya siapa saja yang sudah membunuh Hector maka dia akan membantunya.
Altea terus menelusuri lorong yang pencahayaannya tidak terlalu gelap karena ada lampu yang menempel di dinding. Sehingga memudahkannya untuk melihat jalan yang dilewatinya.
"Mengapa kau sangat membencinya?" Altea bertanya pada wanita itu.
"Dia sudah membunuh suamiku dan membawaku ke rumah yang membuatku muak," jawab wanita itu.
Wanita itu sudah sangat muak dengan perlakukan Hector padanya dan dia juga sudah berusaha untuk membunuhnya. Namun, setiap rencana yang dibuatnya selalu saja gagal dan pria tua itu selalu menghukumnya dengan cara yang menjijikkan.
Altea mendengarkan apa yang diceritakan oleh wanita itu dan dia paham dengan rasa dendam yang ada di dalam hati wanita itu. Sebab dia juga memiliki rasa dendam yang sudah ada sejak dia masih kecil.
Semua hal yang sudah dialaminya dan penderitaan setelah kematian kedua orang tuanya. Ditambah lagi semenjak dia tahu jika kematian kedua orang tuanya merupakan sebuah rencana yang didalangi oleh seseorang, sehingga rasa dendam itu semakin besar.
"Sekarang terserah jalan mana yang akan kau lewati," ucap wanita itu setelah berhasil ke luar dari kamar Hector.
Altea melihat sekeliling dan saat ini dirinya sudah berada di sebuah taman, dia juga melihat wanita itu berjalan meninggalkannya. Di dalam hatinya berkata dan berharap semoga wanita itu bisa menemukan ketenangan serta bisa kembali menemukan kebahagiaan.
"Setiap orang berhak untuk bahagia dan aku tidak tahu apakah aku bisa merasakan hal itu," Altea berkata lalu dia mulai berjalan untuk mencari kendaraan yang bisa dia gunakan.
Dia berjalan dengan sangat hati-hati karena masih mendengar suara tembakan, dia merasa jika dirinya pun dalam bahaya jika terlihat oleh mereka. Altea menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik sebuah dinding.
"Bos menyuruh kita untuk membunuh setiap orang yang ada di rumah ini termasuk para wanita," ucap seseorang pada rekannya.
Setelah mendengar itu Altea pun memutuskan akan menghabisi siapa saja yang ingin membunuhnya. Dia tidak akan memberikan kesempatan bagi siapa saja yang sudah memiliki niat untuk membunuhnya.
"Apa kau sudah siap mati?" tanya seseorang sembari mengarahkan senjata ke arah kepala Altea.
"Seharusnya aku yang mengatakan itu," timpal Altea sembari membalikkan tubuhnya untuk melihat orang yang sudah mengarahkan senjata ke arahnya.
Altea melihat seorang pria dengan senyum meremehkan dan senjata yang saat ini sudah ada tepat di keningnya. Dia tanpa basa-basi langsung menyerang bagian vital pria itu dan setelah itu dia lari untuk menghindar sebab dia belum yakin dengan jumlah musuh saat ini.
"Wanita sialan … kejar dia!" pekik pria itu sembari menembakkan peluru ke arah Altea.