Seorang gadis bersurai panjang itu tengah mengutak-atik laptopnya malas. Menyalakan televisi dengan volume keras sehingga pemilik rumah merasa terganggu, sengaja dia ingin berbuat rusuh.
"Non Lie, buka pintu nya non, dari kemarin nonton Lie belum makan, nanti sakit loh non?" teriak seorang wanita paruh baya dari balik pintu kamarnya.
Sementara sang empunya acuh tak acuh saja. Dia malah semakin mengeraskan suara televisi, hingga asisten rumah tangga tersebut menutup telinganya rapat-rapat. Bagaimana dengannya? Tentu saja dia tidak merasa berisik, karena telinganya tersumpal earphone. Licik.
"Non Lie buka pintu nya non!"
"APAAN GAK DENGER?!" jawab Cliera sambil terkekeh menahan tawa.
Cliera memejamkan matanya, menikmati irama musik dari balik layar televisinya, ya, Clara sedang memutar album biasnya.
"Non Lie makan dulu! Nanti Non Lie Clie sakit"
"BI SITI GAK USAH LEBAY DEH! LIE SAKIT JUGA MEREKA TETEP AJA GAK PERNAH PEDULI!"
"CLIERA WIDYA JAYA, BUKA PINTUNYA?!"
Tidak. Itu bukan suara Bi Siti, melainkan suara lantang milik laki-laki yang tidak pernah perduli pada Cliera. Papa nya.
"Lie buka dong nak," panggil seseorang lagi yang diyakini sebagai mama nya.
Percuma. Percuma sekarang mereka menyuruh Cliera untuk makan, percuma mereka perhatian, tapi pada akhirnya mereka kembali meninggalkannya. Sungguh menyebalkan.
"Bacot!" lirih Cliera.
Dia memilih untuk menenggelamkan wajahnya di bawah selimut berharap perasaannya tenang. Cliera benar-benar tidak bisa menahan tangisnya.
"Bukan ini yang Lie pengen."
Cliera menangis sejadinya, memukul-mukul rajang tidurnya, dan melempar batal guling nya ke sembarang arah. Alhasil kamarnya berantakan.
Namanya Cliera Widya Jaya. Anak sulung dan satu-satunya dari pasangan Arjun dan Aisyah. Berasal dari keluarga berada. Memiliki wajah diatas rata-rata, kulitnya putih bersih, tubuh ideal yang diinginkan para gadis, serta banyak dikagumi oleh kaum adam. Itu semua tak menjadikan Cliera besar kepala dan menjadi gadis yang sombong, mungkin?
Cliera tergolong pintar dikalangan remaja seusianya. Dulu saat masih SMP Cliera selalu mendapat peringkat 10 besar, jarang dia dapat rangking 1, mungkin mustahil.
Sifatnya yang cenderung pemurung membuat Cliera tidak mempunyai siapa-siapa. Dia terbiasa sendiri, mengurung diri di kamar adalah aktivitas kesehariannya.
Kalian tahu? Menurut Cliera, sosialisasi
hanya untuk orang yang boros. Ya, boros waktu, tenaga, apalagi jika orang itu royal sudah pasti boros uang! Cliera hanya gadis rumahan yang pemalas, mageran, ansos, temannya hanya buku dan ponsel. Kebiasaannya hanya nge-game, tidur, makan, nonton, boker, begitu saja seterusnya. Bisa dibilang
hidup Cliera monoton, itu-itu saja. Bosan?
Tentu saja. Tapi apa boleh buat? Kebiasaan Cliera hanya itu.
Kisah cintanya? Cliera tidak pernah merasakan cinta. Jangankan cinta dari lawan jenisnya, cinta dari orang tuanya saja mustahil Cliera dapatkan. Miris sekali bukan?
Tapi inilah Cliera! Inilah hidupnya! Dia akan berusaha merubah segalanya, merubah jalan hidupnya yang hitam, putih, dan abu-abu menjadi pelangi yang berwarna.
***
Seorang laki-laki yang masih bertelanjang dada dan hanya memakai handuk, terlihat misuh-misuh mengacak lemari pakaiannya.
"BUNDA, SEMPAK RAYHAN TARO DIMANA SIH?" teriaknya pada sang bunda.
"Ya mana bunda tau? Bunda kan gak pernah make sempak kamu," jawab sang bunda.
"Ayah." Dia menatap sang ayah yang tengah asik membaca koran di teras depan.
"Hmm."
"Hayo ngaku! Pasti ayah kan yang pake sempak Rayhan lagi?"
"Enak aja! Jangan sembarang fitnah kamu!"
Menghentakkan kakinya karena kesal, lantas dia kembali memasuki rumah. Kembali berteriak lagi.
"RANI! NGAKU LU! INI PASTI KERJAAN LU KAN?" teriaknya pada gadis bernama Rani.
"Sembarang kalo ngomong! Gak ada kerjaan banget gue ngumpetin CD lo!" sewot gadis itu.
"Alah! Gak usah sok polos deh! Gue tau Io itu cabul sebenernya!"
"Mulut lo minta di tampol ya?" geram Rani.
Tak mau membuat Rani mengamuk, Rasya secepatnya berlari menghindar menuju ruang tengah.
"Rina, bantuin gue nyari sempak!" teriaknya pada seorang gadis kecil yang tengah selonjoran di atas sofa sambil menonton televisi.
"Mager, keburu pewe!"
Rayhan menghela nafas, "goceng?"
Rina melirik sekilas lalu menggeleng acuh.
"Gue traktir makan deh, gimana?"
"Makanannya apa dulu nih?"
"Odading mang oleh, mau?"
"Kok kaya baru denger. Emang rasanya gimana?"
"Rasanya anjing banget!"
"Bang Rayhan! Rina bilangin ayah mau?"
"Tolol! Kudet sih lu. Odading mang oleh rasanya emang gitu, anjing banget!"
"Ya tapi bilang anjingnya biasa aja dong, gak usah muncrat bisa?"
Rayhan hanya cengengesan.
"Ayolah, sehari aja jangan pada ngeselin. Masa nanyain sempak aja musti diintrogasi satu-satu?"
"Masalah nya kenapa harus sempak?!" jawab mereka serempak.
"Ya karena itu sempak baru! Limited edition, ada TTD nya Nanon Korapat kembaran Rayhan!"
"HALAH BACOT!" ujar mereka lagi.
"Dosa apa gue ama keluarga gini amat?!"
Dia Rayhan Briwata, semua orang biasa memanggilnya cowok Bar-bar. Dia tengil, biang onar, tukang madol, tapi dibalik sifat nakalnya Rayhan itu humoris. Dia selalu membuat orang disekitarnya terhibur dan tertawa dengan humor receh nya. Rayhan pelit, medit, semua menyangkut uang Rayhan telaten. Dia tidak boros, dan menghambur-hamburkan uang orang tuanya.
Rayhan itu jenius, pintar, dan cerdik tapi sifatnya yang tengil dan rada slegean membuat orang-orang tak mempercayai kepintarannya. Setiap Rayhan dapat rangking orang-orang pasti menyebutnya pinter nyontek! Nyogok guru! Atau Pake ilmu hitam! Dipikir Rayhan cucunya dukun apa? Memang perlu di lakban mulut mereka.
Dia merupakan anak penengah dari tiga bersaudara dan satu-satunya anak laki-laki dari pasangan Satya dan Lusi. Ayahnya yang berprofesi sebagai polisi, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga yang mempunyai bisnis kue online jika ada yang pesan saja.
Rayhan juga tidak haus kasih sayang, tapi bukan berarti dia manja, justru Rayhan dituntut dewasa supaya sewaktu-waktu orang tuanya tidak ada, dia bisa merawat kedua saudaranya.
Rani Dewita dan Rina Sistiawati, mereka berdua adalah saudaranya. Lebih tepatnya saudara yang paling menyebalkan.
Rani selalu jutek pada Rayhan, padahal Rayhan sendiri tidak mengerti dia pernah melakukan kesalahan apa pada Rani? Rasti seperti membencinya. Mungkin dia iri karena Rayhan terlahir ganteng sedangkan dia tidak. Yailah diakan cewek.
Rani dan Rayhan hanya selisih satu tahun, lebih tua Rayhan karena gadis itu kini menginjak kelas XII, satu sekolah dengan Rayhan tapi tak banyak yang tau hubungan mereka karena takutnya Rani digencet fansnya Rayhan, dan Rani meminta agar Rayhan tidak mengakuinya sebagai kakaknya, siapa juga yang mau punya kakak galak kaya lo!
Sedangkan Rina, dia masih kelas
1 SMP tapi narsisnya kebangetan.
Bisa dibilang Rina itu tergila-gila oleh followers, bertambah satu saja dia pasti akan heboh. Rina itu manja, semua keinginannya harus dituruti, maklumlah namanya juga anak bungsu. Jika ayah dan bundanya tidak menuruti keinginannya, Rina akan beralih memelas pada Rayhan, karena Rina tau abangnya tidak akan tega padanya. Selalu bisa memanfaatkan keadaan. Dosa apa gue, punya adik matre kaya gini?
Jadi intinya, meskipun Rayhan pelit, tapi masih sayang keluarga terutama kedua saudaranya. Plakk