Chereads / TWO OPPOSITES / Chapter 5 - Lie ... Pacaran Yuk!

Chapter 5 - Lie ... Pacaran Yuk!

Bel masuk berbunyi, semua siswa langsung berdesakan masuk ke kelas. Alasannya karena guru yang mengajar adalah guru paling killer di Trisakti-Bu Indah guru Senbud.

"Woy, duduk bareng sabi kali?" suara bisikan seorang siswa dari arah belakang tempat Cliera duduk.

Cliera menghembus nafas kasar saat mengetahui siapa yang baru saja mengejutkannya, rupanya si cowok mesum yang berbisik padanya. Apakah semesta tengah bercanda dengannya? Bisa-bisanya dia selalu dipertemukan dengan orang yang menyebalkan seperti si Rayhan ini.

Tanpa permisi, Rayhan menarik lengan Abigail, duduk di kursinya, dan menyuruhnya untuk bertukar tempat. Abigail bersikeras menolak dan berdebat dengan Rayhan, karena dia benar-benar malas bila harus duduk dengan Gian.

Abigail memang menyukai Gian, tapi bukan berarti sebangku adalah pilihan terbaik untuknya bukan?

Gian salah satu cees nya Rayhan sekaligus musuh bebuyutannya dari SMP, Gian itu suka jailin Abigail dan menjadikan dia target bully-an dia dan teman-temannya setiap hari. Dengan sifat cueknya, Gian itu pemalas dan pelor, tapi tetap saja petakilan seperti Rayhan dan yang lainnya, sama-sama gila. Di kelas, kerjaannya Gian hanya molor, apalagi setiap pelajaran fisika, sampe pelajaran selesai pun si Gian masih stay di alam mimpinya.

Jika semua yang menyangkut Gian, Abigail membencinya, lantas dari sudut manakah dia mengagumi Gian?

Jawabannya, karena Gian ganteng.

"Heh, pindah gak!" tegas Rayhan dengan pelototan tajamnya.

Tapi bukannya terlihat menakutkan, justru Rayhan terlihat lucu dan menggemaskan. Memang sudah takdir wajahnya Rayhan

itu bukan tampang bad boy atau coolboy pada umumnya. Wajahnya yang baby face, selalu nampak tampan dan lucu diberbagai ekspresi.

Kalaupun Rayhan berusaha merubah mimik wajahnya menjadi sangar, orang-orang malah memakinya dan bilang, "najis banget muka lu, Ray! Kaya bocah cacingan yang nahan ambeien."

Fix! Rayhan musti operasi plastik kalo kaya gini terus! Dia akan merubah wajah tampannya seperti Manu Rios karakter yang sering teman-teman alay nya bicarakan.

"Ihhhh Rayhan... gak mau ah! Cari tempat

duduk yang lain aja!" balas Abigail tak kalah tajamnya.

Mereka sama-sama emosi, sampai-sampai tak menyadari kalau Bu Indah masih mengajar di kelas. "Pindah!"

"Gak mauuu..."

"Dih ngeyel. Dibilang pindah ya pindah! Lu bego ya?"

"Pokoknya gak mau! Maksa banget sih jadi cewek!"

"Gue cowok, nyet!"

"Sejak kapan Io ganti kelamin?"

"Pake ngatain lagi lu!"

Cliera kembali menyumpal telinganya serta mengeluarkan sumpah serapah nya pada Rayhan dan Abigail yang begitu mengganggunya.

"RAYHAN! ABIGAIL! KENAPA KALIAN?" teriak Bu Indah.

"Rayhan maksa saya pindah, bu!" adu Abigail pada Bu Indah.

"Nyuruh, bukan maksa!"

"Tapi saya di pelototin, Bu!" tambahnya lagi.

"Idih, Gausah ngadi-ngadi woy!" bantah Rayhan.

"Tuh kan Bu, dia bentak saya!"

"Elo nya budeg! Makannya periksa dulu kuping lo ke THT!"

"RAYHAN!!!!" teriak Abigail. Dia menjambak rambut Rayhan dengam sekuat tenaga, untung saja Rayhan gondrong, Abigail jadi mudah botakin rambutnya.

"Bangsat! Lepasin woy!" Rayhan mengaduh kesakitan.

Semua orang langsung tertawa terbahak-bahak melihat Rayhan dan Abigail yang tiada hari tanpa bertengkar. Mereka seperti Tom and Jerry nya sekolah, setiap bertemu pasti gak pernah akur.

"KALIAN SEMUA DIAM!" bentak Bu Indah. Tawa mereka berhenti, kelas menjadi hening kembali.

Melihat Rayhan yang selalu berulah seperti

ini memang sudah menjadi hiburan, tersendiri bagi penghuni kelas XI IPA-3,

banyak yang bilang kalau kelas IPA anaknya pada alim dan baik, tapi berbeda dengan kelas XI IPA-3, banyak murid yang kelakuannya absurd. Contohnya Rayhan.

Meskipun memiliki otak diatas rata-rata, tapi Rayhan juga tidak kutu buku.

Dia remaja normal pada umumnya. Pergaulannya juga tidak terlalu bebas,

masih ada batasannya, walaupun sering bolos, tapi perihal raport tidak pernah merah.

Rayhan juga bukan most wanted boy seperti di novel-novel teenfiction pada umumnya. Rayhan juga bukan tipe badboy tajir tujuh turunan. Rayhan hanya Rayhan, dengan segudang humor receh yang dimilikinya.

Baru beberapa jam di sekolah ini saja Cliera rasanya tidak kuat lagi. Kehadiran Rayhan seakan selalu mengusik ketenangan Cliera, Rayhan tak henti-hentinya mengoceh dan mengajak Cliera berbicara. Rayhan terlalu berisik dan banyak bicara, mana omongannya gak jelas semua lagi, bikin Cliera jengah dan ingin pindah saja.

Ya, Rayhan berhasil menang lagi dari perdebatannya dengan Abigail. Entah mempunyai jurus atau mantra apa, sepertinya keberuntungan selalu berpihak padanya.

Tapi tidak dengan Cliera. Duduk berdampingan dengan Rayhan, merupakan sebuah bencana baginya. Sebisa mungkin Cliera menahan emosinya, mengabaikan

Rasya yang tak luput dari berbagai macam akal agar Cliera mau berbicara dengannya. Walaupun Cliera diam tak merespon, tapi Rayhan terus saja megoceh. Menyebalkan!

***

Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, Clara kini tengah membaca novelnya di perpustakaan karena Abigail, Aruna dan Keyla sedang pergi ke kantin untuk mengisi hasrat lapar mereka.

Saat tengah fokus membaca, tiba-tiba saja seseorang malah mengagetkannya.

"Cliera!"

"Astaga!" Cliera membuang nafas kasar sambil mengelus dadanya, saat menoleh Cliera langsung membelalakkan matanya.

"Ekhem!" Rayhan berdehem keras.

"ELO?!"

"Iya gue. Gimana? Gue masih ganteng kan? Atau... tambah ganteng?"

"Gaje! Lo ngapain disini? Lo ngikutin gue ya?!"

"Idih geer! Siapa juga yang ngikutin lo, orang gue sering kesini kok."

Cliera mendelik tak percaya, "masa sih trouble maker kaya lo sering ketempat ginian?"

"Kenapa? Gak percaya?" tanya Rayhan. "Lo denger ya Cliera, gak selamanya anak nakal itu jahat. Lo gak bisa selalu menilai sesuatu dari covernya doang, lo juga harus tau isinya."

"Lie!" panggil Rayhan dan langsung mendapat respon dari Cliera.

"Iya? Eh?"

Kenapa Rayhan tau nama panggilan Cliera? Padahal kan yang boleh memanggilnya Lie hanya orang terdekatnya saja.

"Gue boleh manggil lo Lie?" Cliera terdiam sejenak, tak lama mengangguk ragu. "Iya. Terserah lo!" Cliera kembali membaca bukunya.

Rayhan menarik kursi yang ada bangku sebelah, membuat posisi duduknya dengan Cliera sangatlah dekat. Rayhan menopang wajahnya dam menelaah setiap sudut wajah Cliera, dari ujung rambut sampai ujung dagunya. Pengennya sih sampai ujung kaki, tapikan mereka lagi duduk, gak keliatan.

"Lie, kok lo cantik sih?"

Blush! Pipi Cliera menyemburkan senja, untung saja segera Cliera tutupin pake buku yang sedang ia baca, kalau sampai Rayhan tau habislah Cliera, Rayhan akan mengejeknya dan bilang kalau Cliera suka padanya.

Entah apa yang membuatnya jadi seperti ini, padahal tak ada yang salah dari ucapan Rayhan tadi, mungkin Rayhan hanya sekedar formalitas saja, dia kan banyak fans ceweknya, harusnya Cliera bersikap biasa saja dan tidak terpesona oleh Rayhan.

"Yaiya lah, gue kan cewek!" ketus Cliera.

"Jadi lo beneran cewek?"

Rayhan sialan. Untung saja tadi Cliera hanya merespon cuek, jadi tidak terlihat kalau dia tadi sempat baper.

"Lie, lo lagi baca buku apaan sih? Liat dong! Penasaran gue, sekece apa itu buku sampe bisa ngalahin ke-kecean gue."

Masih sama, Cliera sama sekali tak merespon.

"Li, gue ini lagi ngomong sama lo, dijawab kek, atau paling enggak di dengerin kek, jangan diem aja! Lie, lo gak bisu kan?"

Dahi Cliera bergelombang saat mendengar ucapan Rayhan barusan. Rayhan menghina atau apa sih sebenarnya?

"Tapi, kalo di tambah L di belakangnya jadi Bisul dong? Hahaha..."

"Eh, tapi lo gak bisul kan? Please Lie, kalau bisul bilang gue, nanti gue beliin kapsida deh!" lanjutnya.

"UP TO YOU!"

Cliera berjalan pergi meninggalkan Rayhan, namun Rayhan berhasil mencekal lengannya dan membuat Cliera berhenti terdiam. Rayhan tersenyum jahil sambil mengedipkan matanya berkali-kali, itu membuat Cliera parno bila sewaktu-waktu Rasya mendadak gila.

Rayhan mengikis jarak lalu mendekatkan wajahnya pada Cliera hingga jarak diantara keduanya sangat dekat. Cliera memejamkan matanya ketika Rayhan mendekatkan bibirnya ke telinga Cliera dan berbisik,

"Lie.. Pacaran yuk!"