Rayhan berjalan menghampiri Pak Duloh yang sedang memeriksa tugas di mejanya, dan Rayhan meminta izin untuk mengantar Cliera ke UKS. Setelah Pak Duloh memberikan izin, Rayhan langsung menggenggam tangan Cliera.
"Yaudah yuk, ke UKS sekarang."
Cliera lagi-lagi mengangguk. Dia beranjak dari duduknya dan merasa ada sesuatu yang mengalir begitu saja. Mampus!
Ini hari pertamanya! Cliera yang kala itu semakin panik malah meminta bantuan pada Rayhan yang jelas-jelas lawan jenisnya. Ya sudahlah maklum, namanya panik. Cliera membisikkan sesuatu pada Rayhan.
"Ray, lo bawa jaket kan?"
Rayhan mengangguk. "Bawa kok ada di dalam tas, kenapa?"
"Pinjem dong."
"Lo sakit perut atau meriang sih, Lie?"
Banyak bacot!
"Udah jangan banyak nanya! Buruan pinjem!" pekik Cliera yang semakin geram, Rayhan banyak bacot. Setelah ini tunggu pembalasan Cliera.
"Tapi gak gratis."
"Banyak mau ya lo! Gue pinjem Iyan aja deh."
"Eh, jangan lah! Masa milih pinjem punya dia sih, gunanya gue apa dong?"
"Lo tuh gak guna!" sarkas Cliera.
"Jangan marah ya, kan becanda. Ya udah nih jaketnya, bekasnya langsung dicuci ya, biar ada kenangannya." Rayhan tersenyum lebar hingga menampilkan sederet gigi putihnya.
Cliera menerima jaket tersebut dan melilitkannya di pinggang.
Rayhan mengernyit bingung, "Ra, Io mau dance ya?"
Cliera membuang nafas kasar, si alay ini banyak omong! "Berisik banget sih lo! Mending lo bilang ke Abigail buat nyusulin gue ke UKS, sekalian bawa roti buat gue!"
"Gue aja yang beli rotinya." pinta Rayhan dengan mengatupkan kedua tangannya.
"Gak! Pokoknya suruh Abigail, atau Aruna, atau Keyla, argh! Pokoknya temen cewek lainnya deh. Jangan lo!"
"Lo masih marah sama gue? Punya hobi yang beneran dikit napa, hobi kok marah!" cibir Rayhan.
Cliera menggeram kesal, "hih, lo tuh ngeselin banget sumpah!"
"Lo juga gemesin banget sumpah!"
Sialan. Emang bisaan bikin anak orang baper.
"Au ah, makin gila gue deket-deket sama lo!"
Cliera berjalan seorang diri ke UKS, menghiraukan Rayhan yang bersikeras ingin mengantarnya, tapi Cliera menolak dan mengancam "kalo sampe Io ngikutin gue, liat aja gue gak akan mau ngomong sama lo lagi!"
Pak Duloh keluar kelas, segeralah Rayhan berniat ke bangku Abigail yang berada di barisan paling belakang bersama Gian.
Rayhan dengan cepat berjalan menghampiri Abigail, sesuai dengan perintah Cliera. Dia menyuruh
Abigail untuk menyusul ke UKS dan membawakannya roti, entah roti apa yang Cliera maksud. Tapi setahu Rayhan tadi Cliera bilang namanya roti Jepang, emang ada ya?
Dan kenapa juga harus nyuruh Abigail? Apakah karena roti Jepang
Padahal kan kalau ingin roti Rayhan bisa belikan, ya walaupun bukan yang bermerek sari roti paling roti warna ijo yang dijual seribuan. Maklumlah, jiwa pelitnya gak akan pernah musnah. Namanya juga Rayhan.
"Woi, Abimanyun!"
Abigail membuang nafas kasar, "apaan sih? Dateng-dateng nyari ribut!"
"Malesin amat nyari ribut sama lo! Gak level!" ujar Rayhan dengan mengibaskan tangannya pada Abigail.
"Orang gila!"
Rasya terkekeh kecil, "weka wekaa... Disuruh Cliera ke UKS noh."
"Ngapain?" tanya Abigail seraya memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Senam lansia!" jawab Rayhan ngasal.
Abigail menoleh dengan tatapan tajamnya. "Lo kira gue manula apa?!"
"Banyak tanya lo, udah sana cepetan! Istri gue butuh pertolongan pertama!"
Abigail berdecih, "mual gue dengernya! Emangnya gak ada guru jaga atau PMR gitu disana?"
"Mana gue tau! Udah sana susuin, eh susulin!"
"Bacot lo!"
Belum sempat Abigail beranjak, Rayhan menahan tangannya namun dengan cepat Abigail tepis. "Eh bentar, gue lupa. Lie juga nyuruh lo bawa roti, laper kali tuh anak."
"Roti?"
"Iya, emangnya roti apaan sih? Penasaran gue, padahal kan gue cuma pengen jadi suami yang berbakti sama istri yang membutuhkan. Gini-gini juga gue mampu kok buat nafkahi dia, apalagi cuma beli roti!" Rayhan memberengut kesal.
Makin ngawur omongannya orang gila satu ini.
Abigail mengobrak-abrik isi tasnya, paham dengan kondisi Cliera, untung saja dia selalu siaga membawanya.
Karena dua cowok laknat memperhatikannya, Abigail memasukkan barang tersebut kedalam kresek hitam bekas yang terselip di tempat minum tasnya Gian. Bodo amat, masalahnya harga diri.
"Wah wah... lo kok nyolong kresek gue sih?" todong Gian.
"Kresek doang, bukan duit ini!" ketus Abigail.
Daripada membuang waktu, Abigail segera pergi meninggalkan Rayhan dan Gian yang saling menatap penuh tanya.
"Si manyun lebay amat, masa roti doang pake dikresekin sih?" cibir Rayhan.
"Maksudnya roti apaan sih?" tanya Gian.
Rayhan mengendikkan bahunya, "au tuh, gue juga bingung."
"Bingung kenapa?" tanya Jeffry yang tiba-tiba nongol bersama Gibran dan Nata, entah dari mana asalnya.
"Dede Ucul sakit ya? Sakit apa?" tanya Jeffry pada Gian.
Gian mengendikkan bahunya, "tanya Rayhan aja, gue gak tau!"
Jeffry berbalik menghadap Rayhan, "sakit apa, Ray?"
"Pertama, si Lie sakit perut. Kedua, dia minjem jaket gue terus gegayaan diikeet di pinggangnya kaya mau konser aja!"
"Terus?" Jeffry semakin penasaran.
"Nah terus, ketiga dia minta roti, dan harus Abigail yang bawain. Aneh gak sih?" tanya Rayhan dengan polosnya.
Gibran berdecak kesal, "lah, itu mah gak aneh! Wajar kali, si Cliera kan cewek. Lo ngerti maksud gue kan?"
Rayhan berdecak lalu mencebikkan mulutnya, "tapi gue selalu menganggap Lie itu bukan cewek!"
"Terus apa?"
"Bidadari..." racau Rayhan yang berunjung mendapat jitakan dari teman-temannya.
"Temen laknat lu pada!" umpat Rayhan yang masih mengelus-elus dahinya.
"Lo naksir sama Lie? Gak lupa kan sama omongan lo tempo hari?" Jeffry tersenyum miring.
"Omongan? Duh yang mana ya, Jep? Gue kan banyak omong!"
Jeffry menarik sudut bibirnya, "perlu gue ingetin?"
Rayhan memutar otaknya. Omongan apa yang Jeffry maksud? Tentu saja tentang janji itu. Janji masa lalu yang selalu Jeffry ungkit-ungkit.
"Gak perlu! Gue inget kok Jep, tenang aja gue gak akan baper sama Lie!" ujar Rayhan.
Jeffry mengangguk-anggukkan kepala nya.
Tanpa mereka sadari, seseorang mengepal marah mendengarnya.
"Gue gak terima! Tunggu pembalasan gue!"
***
Setelah kejadian tadi di UKS, Rayhan mengajak Cliera untuk pulang bersama, katanya takut Cliera kenapa-napa di jalan. Ingin rasanya Cliera menolak, tapi mau bagaimana lagi. Gian gak bisa nganterin pulang karena udah janji sama Abigail, juga dia malas jika harus bertemu dengan keluarga Cliera. Akhirnya mau tak mau Cliera mengiyakan ajakan Rayhan. Rayhan mengantarnya pakai mobil Reyhan.
Rayhan sudah sampai di rumah Cliera dan mengantar gadis itu pulang dengan selamat.
"Ini rumah 10?" tanya Rayhan, cowok itu masih menganga tak percaya melihat rumah Cliera yang... sudahlah!
Cliera mengangguk singkat, "iya."
"Lo anak pemilik rumah ini?" tanya nya lagi.
"Kenapa sih emangnya?" Cliera lagi-lagi dibuat kesal, sudah tau hari pertama malah dibikin badmood melulu.
"Enggak, gue pikir Io anaknya pembantu yang tinggal disini, soalnya muka lo gak sinkron aja gitu. " celoteh Rayhan.
Dia hanya ingin bermain-main terlebih dahulu dengan Cliera.
"Secara gak langsung, gue anggap lo ngehina gue kere!"
"Hehe, ya maap. Dua jari deh." Rayhan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Gak jelas!"
"Jadi minta diperjelas nih?" Rayhan menggodanya lagi.
"Apaan sih?!" Cliera nampak gelagapan seperti orang salting.
"Dih, salting." Rayhan tersenyum jahil ketika melihat Cliera memalingkan wajahnya, mungkinkah Cliera tengah menyembunyikan rasa malunya?
"JANGAN SOTOY!" bentak Cliera.
"Sabar ya, Lie."
Cliera mengernyit bingung, "sabar kenapa?"