Giandra , teman ingusnya Cliera, mana mungkin Cliera lupa. Dulu mereka sangat dekat, tapi hubungan mereka sempat renggang karena Gian yang lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan melupakan Cliera.
Saat itu Gian bodoh, dia bergaul dengan anak-anak jahil yang suka mengganggu Cliera, sampai-sampai Gian juga terbawa jahat. Cliera membenci teman-teman Gian. Dia merasa jika karena mereka Gian berubah menjadi jahat, bahkan Gian lebih memilih mereka daripada Cliera sendiri yang dari kecil sudah menjadi sahabat nya.
Dia pernah disuruh nimpug kepala Cliera dengan bola kasti, dan dia juga pernah merobek BP (mainan Barbie kertas) milik Cliera. Menyebalkan saat itu, tapi tak lama Gian langsung meminta maaf dan menggantinya dengan komik horor, memang sialan.
Tapi setelahnya, Cliera dan Gian kembali berteman baik sampai SMP. Pernah dikabarkan keduanya menjalin hubungan lebih dari teman, tapi nyatanya itu hoax!
Yang asli ada badaknya, ehh.
"Oh iya, lo nyuruh gue kesini bukan buat bilang rindu kan?"
"Gue bukan Milea ya!"
"Ihh, Lie... makin gemes deh!" Gian memegang pipi Cliera dan mencubitnya sesuka hati. Menyebalkan!
"Sakit banget bangsat!"
"Eh, gak boleh ngumpat! Bilangin tante Aisyah nih..."
"Bodo ah! Beliin gue makanan dong Yan, gue laper nih belom makan masa?" rajuknya yang mengelus-elus perutnya.
"Gue ada janji, udah ditungguin juga kayanya." tolaknya lembut.
"Janjian sama siapa? Sama cewek ya?" selidik Cliera.
Gian menghela nafas, "bukan!"
"Terus sama siapa?"
"Bargedoz."
"Mereka lagi? Kenapa sih Iyan lo harus bergaul sama anak-anak nakal kaya mereka? Lo sadar gak sih, karena salah pergaulan lo jadi sering dihukum sama bokap lo. Lo juga sering bikin bokap lo khawatir, Yan!"
Ini yang Gian tidak suka dari Cliera, gadis itu selalu berpikir dangkal. Selalu menilai sesuatu sesuka hatinya.
"Gue ngerti, lo khawatir sama gue. Tapi gak usah berlebihan juga, Cliera."
"Siapa yang berlebihan? Gue ngomong fakta kok. Mereka emang bawa pengaruh buruk buat Io, Iyan!"
"Gue duluan, Lie."
"Loh, IYAN! GUE BELUM SELESAI NGOMEL!" teriak Cliera.
"GIANDRA!!"
Cliera mendengus kesal karena Gian yang pergi seenaknya saja, padahal kan Cliera hanya ingin ngobrol berdua lebih lama lagi.
"Apa gue berlebihan? Tapi kan faktanya gitu. Iyan berubah semenjak kenal mereka!"
Cliera membuang nafas kasar. Biarlah, terserah Gian saja.
"Kalian pacaran?"
"Hah?"
Cliera menoleh ke belakang, namun tak ada siapa-siapa. Dia juga menoleh ke kiri ke kanan, tapi nyatanya sepi. Nasib sudah.
Saat Cliera beranjak untuk pergi, tiba-tiba seseorang nongol di depan mukanya dengan ekspresi jokesnya.
"BAAA... nyariin ya?" ledek Rayhan disertai tawa konyolnya.
"ASTAGA, RAYHAN!" bentak Cliera. "Gak lucu tau!" Cliera mendelik tajam pada Rayhan.
"Iya sih, gue gak lucu. Tapi ganteng hehe," ucap Rayhan sambil menyisir rambutnya, biar tambah ganteng!
Cliera hanya mendelik tajam dan tak merespon ucapan Rayhan, moodnya yang sudah membaik kini rusak lagi gara-gara Rayhan mengganggunya.
"Lo pacaran sama Gian?" tanya Rayhan sekenanya.
"Bukan urusan lo!" desis Cliera.
"Jelas urusan gue lah!" jawab Rayhan tak mau kalah.
"Harus banget ya, lo itu tau tentang hidup gue?" sengit Cliera.
"Harus banget ya gue bilang berkali-kali kalo semua yang menyangkut lo itu penting buat gue!" balas Rayhan.
"Emang lo siapanya gue?" sewot Cliera.
"Laki-laki yang bakal nemenin lo sampe ubanan!" jawab Rayhan santai.
"Gila lo!"
***
Cliera tengah mengitari pasar malam seorang diri. Malam Minggu yang membosankan membuat Cliera nekat keluar malam-malam tanpa sepengetahuan orang rumah.
Melihat orang-orang yang terlihat bahagia, tertawa bersama keluarga mereka, tanpa sadar air matanya lolos begitu saja. Cliera sangat iri pada mereka, dia juga ingin merasakan hangatnya keluarga.
Hatinya semakin sakit saat mengingat kenyataan bahwa orang tuanya akan berpisah, peluang Cliera bisa bahagia makin menipis.
"Kapan gue bisa kaya mereka? Kapan papa sama mama nganggap gue ada?"
Cliera mengusap air matanya kasar, mencoba kembali tersenyum dan terlihat baik-baik saja.
"Cliera?"
Mendengar namanya dipanggil, Cliera menoleh mendapati Abigail dan Gian yang tengah berjalan kearahnya.
"Abi? Iyan? Kalian berdua kok bisa disini?" tanya Cliera.
Abigail tersenyum samar. "Emm... iya nih. Si Iyan maksa gue nemenin dia kesini, katanya mau liatin orang pacaran pas malming." jawab Abigail, namun Gian malah menoyor kepalanya.
"Ngaco! Gak kebalik tuh omongan?"
"Hehe.. becanda Iyan!"
Cliera berdehem kecil, "Please deh, kalo mau pacaran cari tempat sepi kek! Hormati nyamuk yang satu ini!"
Sekarang giliran Cliera yang ditoyor Gian. "Sembarang kalo ngomong! Lagian siapa juga yang pacaran?"
Cliera menghela nafas, kapan sih sahabat bolotnya ini peka?
"Aduh, Iyan, sekali aja gak usah tolol bisa gak? Lo itu jadi cowok bolotnya minta ampun ya?"
"Ngatain gue lagi!"
Cliera menepuk pundak Abigail. "Semangat, Bi. Menaklukkan cowok idiot kaya Iyan emang harus kuat mental. Sedikit aja Io nyerah, Io pasti gila!"
Abigail tertawa hambar, "gak akan dong. Buktinya sekarang, gue masih waras kan?"
Cliera mengacungkan jempolnya.
"Kalian berdua ngomongin apa sih?" tanya Gian. Sedikitpun dia tidak mengerti jalan pembicaraan kedua gadis ini.
"YANG TOLOL DIEM!" jawab mereka serempak.
Gian tersentak kaget. Bener kata google, makhluk paling aneh dan sulit dimengerti
adalah cewek.
"Lo kesini sama siapa, Liw?" tanya Abigail pada Cliera.
"Alone."
"Sok Inggris!" cetus Gian.
"Biarin, wlee!" Cliera menjulurkan lidahnya meledek Gian.
Abigail yang melihat kedekatan diantara mereka yang bisa tersenyum simpul. Senyuman terpaksa lebih tepatnya.
Dia cemburu? Sangat-sangat cemburu! Walaupun dia tau hubungan mereka hanya sahabat, tapi rasanya aneh saja. Abigail bukan cewek polos yang tidak tau apa-apa, dia tau sorot mata Gian pada Cliera itu berbeda.
"Lo gabung sama kita aja, boleh gak si?"
Abigail bingung harus menjawab apa. Di satu sisi, dia tidak suka jika Gian berdekatan dengan Cliera. Disisi lain, dia juga tidak berhak melarang.
Cliera yang sadar gelagat Abigail tersenyum memaklumi. Sahabatnya cemburu? Pada Cliera?
"Gak usah, Iyan. Gue emang sengaja keluar sendiri, lagi nyari ketenangan juga."
Gian mengernyit bingung, "nyari ketenangan ketempat ginian? Gak salah?"
"Emangnya kenapa?"
"Kalo pengen tenang itu di hutan, rumah
kosong, sekalian aja ke kuburan. Bukan ke pasar malam."
Iya juga sih. Cliera bego!
Gian merangkul pundak Cliera. "Udah, lo ikut gue aja!"
Gue aja? Jadi maksudnya, Abigail tak dianggap?
Cliera melepaskan rangkulan Gian, "Iyan, lo apa-apaan sih? Gue gak suka ya lo kaya gini!"
"Kaya gini? Gimana maksudnya?"
"Tau ah! Gue sebel sama lo!"
Cliera melenggang pergi meninggalkan Gian dan Abigail yang tersenyum simpul menatap Cliera. Abigail merasa bersalah telah cemburu pada Cliera, padahal selama ini yang paling mendukungnya adalah Cliera sendiri.
"Gue beruntung punya sahabat sebaik lo, Cliera," batin Abigail.