Chereads / TWO OPPOSITES / Chapter 12 - Udah Ditolak Dari Awal

Chapter 12 - Udah Ditolak Dari Awal

Cliera mengernyit bingung, "sabar kenapa?"

"Tunggu sampai gue siap, sampai gue berani ngungkapin perasaan gue sama lo. Dan saat itu tiba-"

"Gue gak peduli!" ketus Cliera.

Rayhan tersenyum kecut. Sudah dia duga, Cliera pasti berbicara seperti itu. Belum apa-apa, Rayhan sudah mendapat penolakan, gimana nanti?

"Btw, makasih," ucap Cliera membuyarkan lamunan Rayhan.

"Buat apa?"

"Buat yang tadi pagi."

"Yang mana?"

Cliera membuang nafas kasar, jengah dengan orang dihadapannya ini. Apakah Rayhan memang sengaja ingin mempermalukannya?

Rayhan yang sadar akan perubahan raut wajah Cliera, dia mengurungkan niatnya untuk menggoda Cliera lagi. Ah, rencananya bikin Cliera baper selalu gagal.

"Ohh itu! Selow ae sih. Kalo lo butuh sesuatu, kasih tau gue aja. Gue kan calon suami lo," celetuk Rayhan.

"Bisa gak sih, lo gak alay di depan gue?"

"Gak bisa. Bawaannya alay mulu kalo deket kamu."

'Degh'

Cliera merasa jantungnya berdegup kencang. Ah sialan, Rayhan berhasil membuat Cliera salting mulu.

"Eh iya, jaketnya jangan lupa dicuci ya calon istri," ucap Rayhan dengan cengiran tak berdosa nya.

"Maksud lo siapa sih?!"

"Ya Io lah! Emangnya ada orang selain Io yang gue ajak ngobrol?"

"Dih, males banget gue jadi istri lo!" tegas Cliera dengan tatapan sinis nya.

Rayhan terkekeh geli mendengar jawaban Cliera, setelah menormalkan raut wajahnya, Rayhan tersenyum miring. Ah, niat jahat sepertinya akan muncul.

"Siapa yang bilang lo istri gue sih? Gue kan bilangnya calon istri. Segitu ngarepnya ya lo sama gue? Ngaku lo!"

"GAK! KEPEDEAN LO!"

Rayhan kembali dibuat tertawa ngakak. Memang lebih seru melihat Cliera ngamuk daripada sok cantik, yang ada satu sekolah naksir dia. Dan Rayhan jadi jones abadi.

"Dih, malah ketawa. Dasar Gila!" ketus Cliera yang mengerucutkan bibirnya.

"Lucu." lirih Rayhan, dia tersenyum simpul dan menatap lekat wajah Cliera.

"Hah?"

"Lo budeg? Gue bilang lo lucu. Kurang jelas? LUCU! CLIERA LUCU!" teriak Rayhan.

Tanpa disadari, bibir Cliera melengkung membentuk senyuman simpul. Ini sih lebih dari lucu. Manis, pikir Rayhan.

Cliera tak sengaja melirik ke arah wajah Rayhan yang masih stay tersenyum padanya, mereka bertatapan cukup lama. Sampai Cliera tersadar dari ke khilaf-an nya.

"Umm, lo ngapain masih disini?" ujar Cliera yang mencoba mengalihkan tatapannya.

"Ngopi dulu sabi kali?"

"Lo haus?"

Rayhan mengangguk "iya nih, haus." ujar Rayhan seraya mengelus-elus tenggorokannya.

"Minum dong!"

"Minumnya mana?"

"Ya beli lah! Masa mau minta sama gue sih?" ketus Cliera.

Cantik-cantik nyebelin. Duh Cliera, bawaannya pengen nyubit kamu mulu deh, gemes banget Rayhan liatnya.

"Gak ada niatan buat bikinin minum gitu Lie? Atau mampir dulu kek, basa-basi gakpapa kali." cibir Rayhan.

"Dih, siapa lo? Gak usah sok akrab!"

"Jahat banget, akunya diketusin mulu." Rayhan menunduk lesu.

"Bodo! Gak peduli gue! Mening pulang sono!"

"Jadi ngusir nih ceritanya?"

"Nyatanya, buka ceritanya. Udah sana balik." Cliera mengibaskan tangannya menyuruh Rayhan pergi namun tak digubris olehnya.

"Ngapain masih disini sih?!"

"Mau mastiin, kalo ini beneran rumah lo atau bukan. Soalnya gue masih ragu lo anaknya konglomerat, bisa aja kan Io cuma numpang lewat abis gue pergi lo juga pergi." celetuk Rayhan.

Sial.

"Terserah!" Umpat Cliera tepat di hadapan wajah Rayhan. Ah, ingin rasanya Cliera menyumpah serapahi Rayhan, tapi tak ada waktu. Dia juga masih merasakan sakit di perutnya, mungkin efek hari pertama.

Cliera membuka gerbang rumahnya, tak perduli lagi dengan Rayhan. Mau dia disana sampe malem kek, sampe subuh sekalipun gue gak peduli!

"GAK ADA NIATAN BALAS BUDI? TRAKTIR MAKAN KEK?!" teriak Rayhan.

"GAK ADA, LAIN KALI KALO SEMPET!" jawab Rayhan.

"SEMPETIN!!"

"BODO, RAY!"

"KATA SIAPA RAYHAN PINTER?!"

Rayhan terkekeh sambil menatap punggung Clara yang kian menjauh dari hadapannya. "Ah, jutek, jutek. Gemesin banget sih tau, jadi makin suka deh."

Sadar akan gumamnya, Rayhan menepuk-nepuk kepalanya. Sial, dia berpikiran yang tidak-tidak tentang perasaannya pada Cliera. "Enggak, Rayhan! Lo gak boleh suka sama dia!"

***

Dengan segala tingkah konyolnya, Rayhan and the geng malah membuat ricuh satu kelas. Saat ini tengah jamkos karena guru-guru sedang rapat. Dan Cliera? Dia menatap jengah keempat cowok absurd itu. Tidak betah berlama-lama di kelas yang ricuh seperti ini.

Apalagi melihat Bargedoz yang tengah konser dadakan. Rayhan yang heboh memukul-mukul meja layaknya gendang,

Reyhan yang asik memetik gitarnya, Jeffry yang entah sejak kapan membawa batang bambu yang ia mainkan menyerupai kentongan, Ada Maya dan Nani yang jadi vokalis dengan suara astaghfirullah nya.

Yang lainnya ada sebagian ada yang mengiring tepuk tangan, ada juga yang ketawa melihat kocaknya aksi mereka.

Gian? Jangan tanya, si Gian justru merasa dinyanyiin lagu nina bobo, dia molor seperti biasa.

Sementara Gibran dan Kiko mereka berbeda kelas, lebih tepatnya mereka berdua memilih mengambil jurusan IPS karena otak mereka yang tidak sanggup memadai rata-rata.

Sedangkan Nata sendiri, dia memang sengaja masuk kelas Unggulan 11 IPA-1 karena otaknya yang genius.

"Dosa apa gue 3 tahun nahan mental?!" teriak Abigail dengan raut wajah kesal.

Entah sejak kapan Abigail, Aruna dan Keyla duduk di sebelahnya, penyebabnya pasti karena gak tahan sama mereka. Cliera melirik tapi tak merespon. Percuma juga, suaranya tidak akan terdengar karena kelas yang terlalu berisik.

"Dosa apa gue gak bisa liat doi?" Keyla membuang nafas panjang.

"Dosa apa gue punya mantan gak waras?" desis Aruna.

"IYA TAU YANG LAGI GALON!" serempak mereka.

Aruna hanya terkekeh kecil.

"Kalo gue yang punya yayasan, udah gue tendang tuh orang-orang gila!"

Tepat sekali. Setelah Abigail mengucapkan kalimat itu, Cliera jadi teringat dirinya yang merupakan anak dari pemilik yayasan sekolah. Jangan pikir Cliera akan terhasut omongan Abigail, Cliera tidak sejahat itu. Dia juga tidak ingin menggunakan kekuasaan ayahnya demi kepentingan pribadinya.

"Run, temenin Kekey yuk!" ajak Keyla.

Aruna menoleh, "kemana?"

"Biasa."

Abigail menghela nafas, "hilih! Kaya gak ada kerjaan aja mejeng di kelasnya Nata! Inget, Key, tugasnya perempuan itu dikejar, jangan jadi kaya si Ayam lah!" cibir Abigail.

"Abi ngomongin diri sendiri ya?" Abigail gelagapan.

"ya... Intinya jangan terlalu dikejar. Jangan nyusahin diri Io sendiri, Key!"

"Iya Abi..."

Abigail mengacungkan jempolnya. Tanpa dia sadari, Keyla berlari keluar kelas, tak lupa menyereg Aruna.

"DASA PENTOL!!"

Cliera yang mendengar teriakkan Abigail hanya bisa mengelus dadanya. Sabar... Punya temen gini amat!

"JANGAN SAMPAI KAU LEMAH" teriak Maya dengan suara toa tahu bulatnya.

"WOY AYAM! KALO FALS MENDING GAK USAH NYANYI BEGO!" umpat Abigail pada Maya.

"Bilang aja sirik sama suara gue yang merdu ini!"

"Dih, sorry ya! Suara lo itu gak jauh beda sama Sirine dadurat!"

"Lo pikir gue ambulance apa?"

"Bukan ambulance, tapi mobil jenazah!"

"Ninu..ninu..ninu.." Jeffry menirukan suara mobil jenazah.

Suara tawa seketika pecah. Begitu juga Cliera. Walaupun hanya kekehan kecil, tapi puas sekali mendengar hal-hal konyol yang di lakukan Abigail pada Maya. Dia berani menghadapi mulut precon seperti Maya.

"Udah woy, udah! Mending gue aja yang nyanyi," lerai Rayhan.

Setelah itu, Rayhan memulai aksi menyanyinya. Semua penghuni kelas hening. Ini karena mereka takut pada suara jeleknya Rayhan, atau mungkin ingin menikmati suara merdunya Rayhan? Kemungkinan nomor 2 seperti mustahil. Dari logat bicara saja, suara Rayhan cempreng. Apalagi bernyanyi?

Benar-benar diluar dugaan. Suara Rayhan patut diacungi jempol. Ralat, 2 jempol, kalo perlu 4 sama jempol kaki. Semua jempol penghuni kelas kalau bisa. Hitung saja 1 orang 4 jempol, kalau satu kelas? Rayhan tajir jempol!

Senyum Cliera kembali mengembang. Cliera terpana dengan suara Rayhan. Cliera terpaku melihat Rayhan yang bernyanyi sambil mencuri-curi pandang padanya. Demi bikini bottom, Cliera baper. Rayhan seakan menyanyikan lagu tersebut untuk Cliera.

Rayhan menatap lekat wajah Cliera, dan membuat teman-teman satu kelasnya mengikuti arah pandang Rayhan. Ternyata Cliera!

Cliera yang sadar dirinya jadi pusat perhatian memilih untuk menenggelamkan kepalanya di atas meja, berpura-pura tidur, dan menyembunyikan rasa malunya. Rayhan benar-benar menyebalkan!

"RAYHAN GILA!" pekik Cliera dalam hati. Ingin rasanya Cliera mengubur Rayhan hidup-hidup!