Cliera geram. Dua sahabatnya ini malah berbisik-bisik dan melupakannya. Mereka pikir Cliera patung apa? Ada namun tak dianggap! Hiks'(
"Gue nya dicuekin nih?"
Ah iya, mereka lupa kalau disampingnya ada Cliera juga. Gara-gara Keyla sih, alaynya sudah stadium akhir.
"Kita boleh gabung gak?"
Cliera menautkan kedua alisnya menatap Gian, kenapa juga cowok itu harus izin? Memangnya sekolah ini punya dia? Ah iya dia lupa, papa nya kan yang punya yayasan.
"Maaf, Io siapa ya?" tanya Cliera dengan wajah datarnya.
"Nyesel gue kenal sama lo!" desis Gian.
"Dih ngambek! Kaya cewek PMS lo!"
Mereka berdua bercanda ria, dan yang lainnya? Dilupakan.
"Oh iya, kalian ngapain disini?" tanya Gian lagi.
"Nyuci baju! Gak liat apa kita lagi ngapain?!" ketus Cliera. Jangan lupakan kejadian di kantin. Itu yang membuat Clara kembali ke mode judesnya.
"Selow ae sih! Kan cuma nanya!"
"Lo sendiri ngapain disini?"
"Yakali boker, baca buku lah!"
"Sejak kapan lo jadi rajin baca buku?" Cliera mendelik curiga.
"Sejak... tadi?" Gian malah terkekeh kecil membuat Cliera gatal ingin mendamprat cowok itu.
Berbeda dengan Keyla, dia hanya tersenyum melihat Nata, tidak perduli jika cowok itu mengabaikannya.
"Hai, Nat?"
Nata tersenyum simpul, "Hai, Key,"
"Gak rapat OSIS?" Keyla tau, akhir-akhir ini Nata sibuk dengan OSIS, karena sebentar lagi akan ambil alih jabatan karena Nata yang akan naik kelas 12.
Nata menggelengkan kepalanya.
Keyla membulatkan mulutnya, "umm, soal kemarin, Kekey-"
"Lupain."
Keyla mengangguk pelan, dia tau Nata sedang tidak ingin membahasnya.
Abigail? Jangan tanyakan dia sedang apa. Dia jadi nyamuk? Memang. Nyamuk terngenes!
Abigail berdeham keras dan tidak terima dikacangin.
"Lu kenapa, Bi?" tanya Nata melirik Abigail yang ada didepannya.
"Gak."
Mereka serempak ber'oh ria.
"Asu!" umpat Abigail pelan.
Tak lama kemudian Cliera beranjak dari duduknya untuk pergi.
"Cliera, mau kemana? Kok Kekey ditinggal sih?!" teriak Keyla pada Cliera yang semakin menjauh.
"SENAM!"
"Senam? Bukannya hari ini gak ada pelajaran penjas yak?" monolog Keyla.
Tak lama, Gian juga ikut beranjak pergi, "umm... gue duluan ya, bye..." pamit Gian.
Melihat Gian pergi, Abigail pun mengikuti. "Gue lupa, Runa nyuruh gue buat nyamperin dia ke toilet, gue duluan ya Key, Nat."
Keyla tersenyum samar. Tau saja kalau dia sedang ingin berduaan dengan Nata.
"Gue juga pamit," Nata ikut berdiri. "Eh, Natayang mau kemana?" cegah Keyla.
"Ada rapat OSIS!" jawab Nata langsung pergi setengah berlari.
"Lah, katanya tadi gak ada rapat OSIS, gimana sih?"
"Kenapa sih nasib Kekey gini amat, Gusti!?"
***
Weekend ini Cliera sudah menyiapkan beberapa list tempat yang akan dia kunjungi, mulai dari pergi ke pusat perbelanjaan, restoran yang terkenal di Jakarta, hingga ke beberapa tempat wisata seperti dufan, kebun binatang dan yang lainnya. Intinya hari ini Lie benar-benar ingin menikmati hari minggu nya dengan bersenang-senang.
"Coba aja disini ada papa sama mama, pasti akan bahagia banget."
Jika dihitung, sudah hampir satu bulan lamanya setelah keretakan hubungan antara orang tuanya. Belum pasti juga orang tuanya benar-benar berpisah, atau hanya sekedar menjaga jarak, intinya mereka terlihat sama-sama mengasingkan diri.
Sesampainya dufan, ternyata suasana di dufan sedang ramai. Mungkin karena weekend, orang-orang menghabiskan waktunya untuk liburan bersama keluarga, tidak seperti Cliera.
Jika ditanya Cliera dengan siapa? Jawabannya ya sendiri! Cliera tidak pergi dengan siapapun, dia hanya ingin menghabiskan waktu seorang diri, menenangkan pikirannya yang terlalu pusing karena memikirkan masalah orang tuanya.
Cliera hanya berjalan mengitari dufan, tidak berniat menaiki wahana apapun, melihatnya saja sudah membuat Cliera terpekik ketakutan. Melihat ada beberapa kedai es krim, Cliera tergiur melihatnya. Tak mau membuang waktu, Cliera segera berlari menuju kedai es krim tersebut, tapi tiba-tiba,
BRUK!!
"Jalan yang bener dong!" sewot orang yang menabrak Cliera.
Cliera mengelus bokongnya yang terasa sakit karena mencium aspal. "APA LO BILANG?!" Cliera langsung bangun dan bersiap untuk memaki orang yang menabraknya. "HEH, ASAL LO TAU YA! LU YANG NABRAK KENA-?!"
"Ra-Rayhan?" Cliera cengo. Sesempit itukah dunia sampai ditempat umum seperti ini pun Cliera harus bertemu dengan Rayhan?
Rayhan membelalakkan matanya tak percaya, "eh, ternyata Cliera. Gue kirain siapa, saking cantiknya sampe bikin gue pangling Iho, Lie!"
Bacot amat! Tadi aja ngomongnya ngegass!
"Ngapain lu ada disini?" ketus Cliera yang masih membersihkan sisa debu di bajunya.
"Lagi nyari jodoh, eh taunya ketemu disini. Apa kabar jodoh gue? Sehari gak ketemu rasanya aku pengen meluk kamu," ucap Rayhan dengan cengiran tak berdosa nya.
"Gak sudi gue!" sarkas Cliera dengan tatapan tajamnya.
"Yaelah Lie, belum juga dicoba. Lo denger ya Lie, dipeluk sama gue bikin ketagihan lho!"
"Gak nanya!"
"Kali aja Io penasaran, mau nyoba? Boleh kok, sini-sini gue peluk!"
"OGAH!" Cliera melenggang pergi meninggalkan Rayhan, tak disangka Rayhan justru tak mengejarnya.
Cliera menghentikan langkahnya sejenak lalu menengok kebelakang tepatnya tempat Rayhan berada, tapi yang dia lihat adalah Rayhan dengan senyum manisnya membuat Cliera mengurung niatnya dan menoleh kembali ke depan.
"Gue gak bakal ngejar Io, Lie." Rayhan menjeda ucapannya, "sendal gue putus."
Astaga! Bolehkah Cliera membuang Rayhan ke rawa-rawa? GEMAS SEKALI!!!
Entah apa yang ada dipikirannya sekarang, Cliera heran, Rayhan itu tolol, atau memang idiot sih? Masa ke tempat wisata seperti ini dia memakai sendal? Bolehkah Cliera memanggilnya katrok?
"Tapi tenang aja Lie, yang putus cuma sendalnya doang kok, hubungan kita gak akan putus."
Mulai lagi! Sepik lagi! Alay lagi!
"Gak ada niatan bantu gue, Lie?" tanya Rayhan memelas.
"Bantu apaan?" sewot Cliera.
"Pinjem sepatu lo."
"Terus gue pake apaan?!"
"Gue gendong." jawab Rayhan santai sambil menaik-turunkan alisnya.
Gila! Dipikirin ini tempat apaan? Apa Rayhan benar-benar berniat mempermalukannya?
Cliera berdecak, "nyeker aja!"
Rayhan memberengut kesal, "masa nyeker sih? Gue kan bukan binatang."
"Tapi kelakuan lo mirip binatang!" ketus Cliera.
"Sabarkan Baim ya Allah..." Rayhan mengelus dadanya yang terasa sesak, dihina Cliera memang menyakitkan!
***
"Harganya 12 ribu mas." kata tukang sendal.
"Lie, bayar." Rayhan menyuruh Cliera untuk membayar sendalnya, lebih tepatnya sendal barunya yang dibeli Cliera.
"Tibang 12 rebu doang lo nyuruh gue yang bayar? Gila ya lo!"
"Gue gak ada receh! Nanti disekolah gue ganti kok, santuy!"
"Nih mbak!" Cliera menyerahkan selembar uang berwarna hijau, tak lupa membawa kembaliannya.
"Mbaknya jangan terlalu bucin, jangan mau di suruh sama pacarnya, nanti ngelunjak loh mbak!" kata si mbak penjual sendal. "Masnya juga, jadi cowok kok gak bertanggung jawab banget, masa beli sedal jepit aja minta dibeliin pacarnya sih? Mas kan cowok, gak malu apa?" cibirnya.
Mendengus kesal sebelum menjawab hujatan si mbak penjual sendal itu. "Heh Mbak sendal, jangan sotoy deh jadi orang! Gue bukannya gak bertanggung jawab, emangnya lu gak denger ya apa yang gue bilang? Gue gak ada uang receh, bukan berarti gue gak punya uang. Lagian gue udah janji mau bayar kok, cewek gue aja gak masalah kenapa lu yang sewot?!"
"Tapi kan mas-"
"Tapi apa? Lu mau bilang gue cowok matre? Sorry-sorry aje nih ye, gue emang bukan orang tajir, duit aja masih minta orang tua, tapi sedikitpun gue gak pernah ada pikiran buat manfaatin cewek!" sarkas Rayhan yang kalut dalam emosi.
Cliera mencoba menengahi dengan membawa Rayhan menjauh dari si mbak sendal itu. Cliera tidak menyangka Rayhan akan bicara bijak panjang lebar seperti itu, seperti-bukan Rayhan saja.