"Gue ganti kok, Lie."
Cliera mencoba menahan tawa, ternyata Rayhan benar-benar memasukkan omongan mbak sendal tadi ke hatinya.
"Sumpah, gue bener-bener gak ada niatan buat manfaatin lo! Gue bukan cowok matre, Lie."
"HAHAHA..." tawa Cliera meledak, tidak bisa dipungkiri ekspresi Rayhan begitu menggemaskan.
Rayhan mencebikkan mulutnya, "Lo kok malah ketawa sih? Emang ada yang lucu ya?"
Tawa Cliera mereda, "Io bener-bener ambil hati ya omongan mbak tadi?"
Rayhan mengangguk.
"Santai aja kali, cuma sendal jepit doang, lagian kan sendal lo rusak gara-gara gue, jadi udah seharusnya gue ganti!"
"Enggak kok, itu tuh sebenernya sendalnya Ehan. Emang udah rusak dari sananya, dia tiba-tiba aja nyolong sepatu gue karena katanya malu mau jalan sama Rani. Dia aja malu, bagaimana dengan gue? Yaudah, mau gak mau gue pake sendal bututnya dia. Udah butut, murah lagi sendalnya." maki Rayhan.
Sementara disembarang sana, seseorang yang tengah memotret pacarnya bergidik geli karena telinganya tiba-tiba berdengung.
"Anjir! Siapa nih yang berani ghibahin gue?"
"Kenapa, Han?"
Reyhan tersenyum kikuk, "gak apa-apa, kok."
Kembali ke Cliera dan Rayhan.
"Lo itu terlalu tolol!" sarkas Cliera.
"Iya, gue tolol! Gue bodoh! Gue bego! Yang jelek-jelek semuanya ada di gue!"
Cliera semakin mengencangkan tawanya, "baru kali ini gue ketemu cowok tolol yang ngaku dirinya tolol," ucap Cliera dengan tersenyum simpul, "dan gue suka sama cowok tolol itu." gumam Cliera dalam hati.
"Es krim? Gue traktir!"
"Mau!" Cliera benar-benar tidak bisa menolak, karena tujuan awalnya memang
membeli es krim.
"Let's Go!"
***
"Kita mau kemana lagi?"
"Kemana ya? Terserah deh."
Layaknya sepasang kekasih, mereka berdua berjalan beriringan mengitari area game zone, sampai akhirnya mereka berhenti melangkah karena Cliera yang tiba-tiba saja menantang Rayhan untuk memenangkan permainan di mesin capit raksasa berisi banyak boneka. Walaupun sedikit ragu, tapi mau tak mau Rayhan menyanggupi.
"Lo mau yang mana?" tanya Rayhan, Cliera berpikir sejenak sambil menikmati es krimnya, sampai akhirnya memilih salah satu boneka Stitch berukuran sedang.
"Oke, itu mah kecil!" ujar Rayhan menyepelekan.
Tanpa ngomong apa-apalagi, Rayhan pun langsung memasukkan koin yang sudah dia beli tadi bersama Cliera sebelum memutuskan untuk bertaruh.
Rayhan mulai ngambil boneka yang Cliera minta di mesinnya dengan teknik strategis yang sudah dia tonton di YouTube. Tapi ternyata usahanya masih belum membuahkan hasil, bonekanya malah terjatuh lagi dan lagi saat rasanya berusaha menepikannya.
"Bisa gak? Kalo gak bisa lebih baik gak usah deh, tinggal bilang nyerah dan terima hukuman dari gue." ucap Cliera dengan angkuhnya, kembali lagi menjilat es krimnya. Gak ada yang bisa ngalahin enaknya vanilla ice crime!
"Gak akan! Gue gak akan nyerah, ini masih permulaan!"
Cliera berdecih, "permulaan kok sampe koinnya abis!"
Rayhan mendesah, bagaimana mesin laknat ini tidak bisa dia menangkan. "Kok ga bisa sih?" keluh Rayhan emosi sambil memukul mesinnya.
"Nanti rusak bege!"
"Gue gak akan nyerah, Lie! Gue akan buktiin kalo gue bisa dapetin boneka itu!" keukeuh Rayhan, Cliera hanya bisa pasrah dan membiarkan Rayhan melanjutkan kembali permainan konyol itu. Sebenarnya ini juga salah Cliera, kenapa juga dia menyuruh Rayhan memainkan permainan itu?
"Sialan, siapa sih yang buat mesin ini? Lama-lama Indonesia bisa miskin karena duit mereka sia-sia buat menangin ketidakjelasan mesin laknat ini!" pekik Rayhan geram. Sok puitis lu!
"Udah sih, sampe lebaran monyet juga lo gak bakal bisa menang!"
"Tapi kan lo mau bonekanya!"
"Gak apa-apa, gue iseng aja kok, gak terlalu pengen juga."
"Tapi kan tetep aja, Io pasti kecewa karena gue gagal."
Cliera menghela nafas, "enggak sama sekali! Lagian, apa alasannya gue kecewa sama lo? Gak penting juga!"
"Kalo gue nyerah berarti gue dihukum dong? Gak mau ah!"
Cliera menghela nafas, lagi, "yaudah deh, gue gak akan kasih hukuman apapun. Tapi mainnya udahan ya? Kaki gue pegel nih!"
Rayhan terdiam sejenak, "tunggu bentar." Rayhan berlarian kecil meninggalkan Cliera. Tak lama dia kembali membawa sebuah boneka bantal leher bermotif kucing, lalu diserahkannya boneka itu pada Cliera.
Cliera cengo. "Apaan nih?" tanya Cliera.
"Donat raksasa, jangan lupa dimakan." jawab Rayhan santai.
"Gue serius!"
"Lo lahir di jaman apa sih sampe kaga tau ginian?"
Cliera mendengus kesal, bukan itu maksudnya! Ah, bicara dengan Rayhan lama-lama Cliera sakit jiwa.
"Ini... Io beli?"
Rayhan menggelengkan kepalanya, "enggak! Gue nyolong!" jawab Rayhan sekenanya.
"Yang bener!"
"Yaiyalah beli, masa ngebangsat sih?"
Cliera mendengus kesal, "Jelek banget!"
Bohong! Padahal dalam hati dia sangat menyukai bantal leher itu.
"Ngomongnya jangan kenceng-kenceng! Ntar kalo kedengeran sama penjualnya gimana?"
"Bodo amat!"
"Lo boleh ngomong gitu, tapi seenggaknya hargailah karya orang lain. Mereka buat ini susah payah. Jangan sepelekan semua hal, Lie."
"Kok gue merinding ya?"
"Maksudnya?"
"Lo kesurupan jin apa sih, Ray?"
Rayhan berdecak kesal, "suka-suka lo!"
Cliera terkekeh menahan tawa, "tapi kan gue maunya boneka, bukan bantal leher kaya gini!"
"Sama aja, Lie!"
"Ya beda lah!"
"Sama! Sama-sama empuk dan terbuat dari busa. Asal lo tau ya, Lie, bantal sama boneka itu sepupuan!"
"Dari mana sejarahnya bantal sama boneka sepupuan?"
"Lo gak tau? Nenek moyang mereka kan adik-kakak."
"Semerdeka lo aja!"
Lagi dan lagi, Rayhan hanya tertawa. Dasar orang gila!
"Sekarang, gue cuma mampu beliin ini buat lo. Tapi tenang aja, nanti kalo lo udah jadi istri gue, gue beliin Io boneka yang banyak, sama pabriknya kalo lo mau!"
"Apa sih, gaje!" Cliera ikut tertawa.
Cliera tak dapat lagi mendeskripsikan seberapa besar bahagianya dia, entah sengaja atau tidak dia dipertemukan dengan laki-laki unik seperti Rayhan, tapi intinya Cliera benar-benar bersyukur bisa mengenal dan dekat dengan Rayhan, walau kenyataan Cliera masih tak berani menunjukkan perasaannya.
"Rayhan, makasih ya udah hadir ditengah-tengah kisah gue. Lo cowok gaje pertama yang selalu berhasil membuat gue
tertawa."
Hanya bisa bergumam dalam hati, masih gengsi untuk mengatakan yang sejujurnya.
"Lo manis kalo lagi blushing."
Sial!
"Nih, makan nih manis!" Cliera menyodorkan es krimnya pada Rayhan, membuat mulut Rayhan belepotan karena terlalu banyak memakan es krim.
Cliera tertawa, begitu juga Rayhan. Mereka terlihat bahagia, berharap semuanya akan terus baik-baik saja seperti ini, setidaknya sampai ending nanti.
***
Kecewa. Melihat keadaan rumah yang lagi-lagi sepi.
Cliera berlari menaiki tangga menuju kamarnya, menggebrak pintu sekeras mungkin hingga membuat Bi Siti dan Ulin yang sedang si dapur terlonjak kaget. Mereka tahu, Cliera pasti sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Mereka memilih diam, membiarkan Cliera tenang. Bagaimanapun Cliera hanya gadis biasa yang bisa merasakan sakit hati atas perlakuan orang tuanya yang bahkan terlihat tidak perduli padanya.
Cliera berjalan menuju kamar mandi, bersiap untuk pergi menenangkan pikirannya sendiri. Mungkin jalan-jalan cari angin sedikit membantu menghilangkan rasa bosannya.
Cliera sudah siap dengan setelan Hoodie dan celana training lengkap dengan sandal gunungnya. Dan yang paling penting adalah tanpa polesan make up! Karena wajah Cliera sudah cantik dari masih janin.
"Neng Lie mau kemana?" tanya Ulin yang sedang ngopi bersama satpam rumahnya Cliera.
"Joging!"
"Ini kan udah malem neng, emang kalo lari malam disebut joging ya?"
"Lu pikir ae sendiri! Udah ah gue mau cabut. Pak Ruli bukain gerbangnya dong!"
"Siap non, tapi nanti pulangnya jangan terlalu larut malam ya non!"
"Subuh boleh dong ya?"
"Jangan atuh non. Nanti saya kena omel tuan."
"Hehe iya, bawel. Cepet bukain."
Baru menginjak luar rumah, tapi lagi-lagi langkah Cliera terhenti oleh ulahnya Ulin.
"Mau saya anterin? Takutnya ada apa-apa di jalan kan bahaya."
"Gak usah! Ribet amat sih idup lu. Lagian gue mau jalan kaki aja, cuma cari angin bukan cari bahaya!"
Berlebihan, padahal Cliera hanya ingin keliling komplek saja. Sebenarnya Cliera tahu kalau Ulin bukan sekedar supirnya saja, melainkan dia di tugaskan untuk menjaga Cliera alias jadi bodyguardnya.
Cliera melihat sekeliling jalanan ramai. Dia berjalan menuju taman bermain tempatnya dulu bertemu Gian untuk pertama kalinya. Suasananya masih sama, hanya sedikit berbeda karena beberapa perbaikan dan pastinya jauh lebih indah.
"Gak kerasa ya Iyan, kita udah sedewasa ini sekarang?
Cliera duduk pada ayunan sambil bersenandung kecil.
Dari arah belakang, seseorang rupanya mendengar suara orang bernyanyi. Bulu kuduknya merinding, dia melihat sosok perempuan rambut panjang sedang duduk di ayunan. Tanpa pikir panjang orang tersebut langsung menjerit histeris ketakutan.
"KUTIL... EH KUNTII..."
"TOLONG, ADA KUNTI LONTONG!"
Cliera yang merasa terganggu menumpuk kepala orang tersebut dengan batu kerikil yang berserakan di sekitarnya.
"Berisik woy!"
"Aw, kunti nya galak amat. Pasti mati karena korban kdrt nih!" Orang tersebut masih mengelus-elus kepalanya yang tertimpuk batu.
"Ishh, sembarangan lo ngatain gue kunti!"
"Buset dah, itumah bukan kunti, tapi bidadari hehe."