Chereads / TWO OPPOSITES / Chapter 14 - Ketika Yang Tersakiti Beraksi

Chapter 14 - Ketika Yang Tersakiti Beraksi

Rasanya bahagia saat kita bisa selalu dekat dengan orang yang kita suka, bahkan sayang. Tapi bagaimana perasaan, jika nyatanya dia malah mengabaikan dan tidak memperhatikan. Sakit bukan? Itulah yang Maya rasakan kini.

Mengepal marah lalu beranjak meninggalkan Rayhan dan teman-temannya.

"Eh, mi ayam mau kemana?" tanya Reyhan sekenanya. "Mau keliling ya?"

"Muka lu kek mau mengintimidasi penjual baso boraks, May!" celetuk Gibran.

"Apaan sih lu pada, gak lucu!" Jeffry melempar tatapan datar pada Reyhan dan Gibran. "Mau kemana, May?" tanyanya pada Maya.

"Bukan urusan lo!" sinis Maya.

Jeffry tersenyum miring, "judes amat, lo! Gue kan nanya baik-baik!" sewotnya.

"Terserah gue dong! Mulut-mulut gue juga, kenapa lo yang sewot? Ada masalah?!"

"Jelas ada dong, masalahnya gue gak suka!" sarkas Jeffry.

Rayhan, Gibran, Reyhan, dan Kiko saling melempar pandang, Nata pergi entah kemana, sedangkan Gian memilih menelungkup kan wajahnya di atas tangan, obrolan mereka unfaedah semua!

Maya melengos begitu saja, meninggalkan Jeffry yang menganga tak percaya. Dalam hati Jeffry mengumpati gadis sombong itu! Sialan, kenapa dia sempat menyukai gadis tidak tahu diri seperti Maya?

"SONGONG LU!" teriak Jeffry.

"Lu napa sih Jep? Gak biasanya." heran Rayhan.

"Oh, atau jangan-jangan lu udah move on ya dari Runa, makannya sekarang lu lagi pedekate sama Ayam?" timpal Gibran.

"Jadi udah ganti cerita nih?" Reyhan tersenyum menyeringai, "yakin gak mau flashback? Keliatannya, lo masih anu..."

"Anu apa?! Gak ada ya! Dalam kamusnya Jeffry, gak ada yang namanya kata balikan! Putus ya putus!"

"Gue robek juga tuh kamus norak!" ucap Rayhan sambil terkekeh.

"Tapi kalo menurut gue, kan gak ada salahnya balikan sama mantan. Iya gak?" ujar Gibran.

"Justru itu! Mantan adalah sampah, gue gak mau mungut barang bekas!"

"Mulut sampah!" sinis Kiko. Cowok itu kalo ngomong gak ada manis-manisnya, heran!

"Apa lu bilang?!" sewot Jeffry.

"Sampah! Lu bilang mantan itu sampah kan? Berarti lu itu sampah dimata Runa!" Kiko sengaja menekan kata pada kata sampah.

Mampus!

"Aaa... Babang Kiko gada duanya!" pekik Gibran yang langsung memeluk lengan Kiko.

"Apa sih lu anjing!"

***

Dengan nafas yang memburu, Maya menghampiri meja yang Cliera dan Abigail tempati, disusul Nani yang entah sejak kapan mengikutinya.

Maya menggebrak meja dan membuat seisi kantin memusatkan perhatian padanya.

"HEH MURID BARU!" Cliera, Abigail dan Keyla terlonjak kaget saat seseorang tiba-tiba menggebrak meja mereka. "GAK USAH SOK KECENTILAN DEH LO!"

Cliera mengernyit bingung, "maksud lo? Gue gak ngerti-"

"Alah, gak usah pura-pura bego deh Io! Dasar cewek centil, sok cantik, murahan banget sih lo!"

Hati Cliera rasanya teriris saat mendengar ucapan Maya barusan. Baru kali ini dia mendapat hinaan yang begitu menyakiti hatinya, Maya tidak berhak menjudge dirinya seperti itu. Apakah dia tidak sadar diri?

"Maksud lo apa?!" Cliera melempar tatapan datar pada Maya, sebisa mungkin dia tidak terbawa emosi, bisa kacau kalau sampai dia berulah disekolah milik papa nya sendiri, Cliera tidak mau jika harus pindah lagi.

Maya tersenyum miring, "kenapa? Lo tersinggung?" Maya meledek. "Tapi apa yang gua omongin bener kok! Lo itu mur-"

"JAGA YA OMONGAN LO!" bentak Abigail.

"Cliera gak kaya gitu! Justru, yang murahan itu elo! Gak tau malu! Udah jelas-jelas Rayhan nolak lo, masih aja lo ngejar dia. Apa itu namanya bukan murahan?" sindir Abigail.

Maya mengepal marah. Dia tidak terima, Abigail seperti menginjak-injak harga dirinya. Seorang Maya, tidak rela direndahkan seperti itu!

"Mulut lo!" Maya bersiap melayangkan tangannya ke wajah Abigail, namun segera dicekal oleh Cliera.

Sementara yang lainnya malah bersiap mengabadikan momen langka seperti ini. Dimana Cliera si murid baru yang terkenal cuek dan Maya si cewek hits tengah dalam kobaran api pertarungan.

"Lepasin!" Maya menghempas kasar tangan Cliera. "Gak sudi gue dipegang sama lo!"

Cliera menepuk tangannya seperti membersihkan debu, dia juga tidak sudi menyentuh Maya.

"Ternyata, selain gak tau diri, lo juga gak tau malu ya?" ucap Cliera dengan santai.

"Maksud lo apa? Hah?!"

"Lo. Gak. Tau. Malu. Asuuu!" tekan Abigail.

"Lo diem ya?!" Nani yang tadinya diam kini ikut meladeni Abigail.

"Apa lo?!" tantang Abigail. "Mau gue kasih jurus nyinyir gue lo, hah?!"

"Udah, Bi!" lerai Cliera. Namun Abigail malah bersikukuh menantang Nani. "Diem, Lie! Ini gak bisa dibiarin! Duo cabe goceng ini harus dikasih pelajaran, biar mereka gak seenaknya kaya gini!" sinis Abigail.

"Pegangin, Key!" titah Cliera pada Keyla, Keyla yang peka langsung memegang kedua tangan Abigail agar berhenti memberontak. "APAAN SIH LU, PENTOL?!"

"DIEM!"

Abigail kicep. Keyla jika sudah ngamuk seremnya ngalahin Bu Indah.

Keyla meraih tangan Abigail, menariknya menjauh dari kerumunan. Disusul Cliera yang nampak santai meninggalkan kerumunan, dan tak lupa tatapan tajamnya yang seolah meledek Maya.

Riuh nya suara tepukan tangan menambah ramai suasana kantin. Tapi hanya sebentar, semuanya kembali hening karena pelototan seseorang yang sangat mereka takutkan.

"ADA APA INI?!"

Hening. Satupun dari mereka tidak ada yang berani menjawab amukan Bu Indah.

"Saya tanya sama kalian, ADA APA?!"

"Itu Bu, anu... si Maya tadi-" ucapan salah satu siswi tiba-tiba terpotong.

"Maya kenapa?!" potong Bu Indah.

"Gak apa-apa kok, bu! Ya'kan gays?" Maya menatap sinis mereka satu-satu. Jika sudah seperti ini, tidak ada yang berani melawannya. Mereka takut karena Maya adalah gueen bullying, sesiapa yang berani padanya, lambat laun mereka akan musnah dari sekolah ini.

***

"Clara! Lo kok malah bawa gue ke sini sih? Gue kan masih pengen ngehajar mulut Dajjal nya si Ayam sama si nano-nano!" gerutu Abigail.

Mereka bertiga tengah berada di perpustakaan yang lumayan sepi, karena sebagian menghabiskan waktu istirahatnya di kantin.

"Lo gak liat, Bi?" tanya Cliera.

Abigail mengernyit bingung, "liat apa?"

"Bego!" desis Keyla.

Sudah mereka duga, Abigail tidak pernah

melihat sikon seperti apa. Untung saja mereka gerak cepat dan tidak ketahuan.

Cliera dan Keyla duduk di bangku yang tersedia di perpus, diikuti Abigail di dihadapan mereka. "Bu Indah tadi otw ke kantin, makannya Kekey narik tangan kalian pergi dari sana! Kita bisa dihukum kalo sampe kepergok sama dia, Bi!" papar Keyla.

Abigail menepuk jidatnya sendiri, "yaampun pentol, bilang dong!"

"Ini kan Kekey bilang!"

Abigail hanya nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala yang terasa sedikit gatal. Ah, dia lupa keramas rupanya!

Senyum Abigail mengempis saat melihat seseorang menghampirinya. Gian dan... Nata?

"Natayang?" sapa Keyla dengan cengiran tak berdosa nya. Dia masih dalam keadaan jiwanya setengah sadar karena sosok Nata nyata disampingnya.

Gian dan Nata kemudian duduk berhadapan dengan mereka bertiga karena sebelumnya Abigail telah berpindah tempat. Dan jangan lupakan Keyla yang senyum-senyum sendiri karena adanya Nata. Manusia satu ini perlu di rukiyah.

Cliera menoleh kearah laki-laki di depannya dengan wajah yang masih datar, dan Abigail yang terlihat salting saking gugupnya, sedangkan Keyla justru malah tersenyum memandangi wajah Nata. Sungguh, indahnya pemandangan...

Abigail diam-diam mencuri pandang Gian. Dia tersenyum saat melihat Gian yang tersenyum manis seperti itu, apalagi sampai memperlihatkan matanya yang hanya menyisakan garis karena sipit membuat Gian semakin menggemaskan. Mati gaya dah gua!

"Yaampun... Natayang makin ganteng ae, jadi makin lope-lope deh..." Keyla berbisik pada seraya memandangi makhluk tampan ciptaan Tuhan satu ini.

Begitu juga Abigail, dia sampai ingin muntah mendengarnya. "Muka mupeng kaya Nata dibilang ganteng?"

Keyla mencebikkan mulutnya, "bodo! Eh, Abi katanya temenan sama Nata udah lama ya? Comblangin dungs!" pinta Keyla dengan raut wajah memelas.

"Iya, nanti gue comblangin!" jawab Abigail malas.

Mata Keyla berbinar senang, "janji ya?"

"Hm," jawab Abigail malas.

"Inget, janji adalah hutang. Jadi Abi ngutang sama Kekey, oke?"

"Gak sekalian BH aja?!" celetuk Abigail sekenanya, kayanya dia udah tertular virus mesumnya Rayhan.

"ABI!!" pekik Keyla.

"Iya pentol!"