Chereads / TWO OPPOSITES / Chapter 8 - Gue Bukan Tuhan

Chapter 8 - Gue Bukan Tuhan

"Selamat pagi dede ucul." sapa Gibran.

"Cliera, mundur dikit dong!" titah Jeffry.

Cliera mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan ucapan Jeffry barusan.

"Cantiknya kelewatan, eakk..."

Sial!

"Garing woy garing!" Rayhan meledek.

"Rasanya seperti ingin menjadi iron man!" ujar Nata.

"Odading mang oleh..." Reyhan menjeda ucapannya.

"Rasanya anjing banget!" sambung Jeffry.

"Dasar, jelema gelo kabeh! (Dasar, orang gila semua!)" Gibran menggelengkan

kepalanya heran.

Gian menghela nafas. Kapan sih teman-temannya ini waras?

"Masuk aja, Lie. Omongan mereka gak usah ditanggepin." ujar Gian dibalas anggukan oleh Cliera.

"Duluan ya, Gian."

Gian hanya bergumam.

"Gila! Giliran Gian aja langsung dijawab. Lah, giliran kita-kita?" heran Jeffry.

"Itu mah maneh nya kudu sadar diri! Berarti maneh teh gak penting!" jawab Gibran.

"Bisa gak usah ngeselin gak, Gib?"

"Ah, sabodo teuing!" Gibran melenggang pergi, tak lupa menarik lengan Kiko untuk pergi bersamanya.

"LU BERDUA HOMO YA?!" pekik Nata.

Namun kedua cowok itu sama-sama tak menghiraukan ucapan Nata.

"Motor lo mana, Ray?" tanya Gian tiba-tiba.

"Disita bokap!" ketus Rayhan sambil mendelik tak suka pada Gian.

Dia masih sebal dengan kedekatan Cliera dan Gian yang bisa dibilang tidak wajar.

"Terus ke sekolah naik apa?" tanya Nata.

"Tamia!" jawab Rayhan sekenanya.

"Widih, pulang pergi naik mobil nih sekarang?" cibir Jeffry, dia juga tau kalau Tamia yang Rayhan maksud itu mobil bis.

"Bacot!" Rayhan menjitak dahi Jeffry.

Jeffry mengelus jidatnya, "aduduh, sepertinya idola sekolah turun kasta nih?" sambung Jeffry, mentang-mentang tajir tukang pamer, apalagi pamerin gebetan barunya.

"Gue sleding juga mulut lo!" sengit Rayhan.

Semua teman-temannya malah tertawa. Sudah mereka duga Rayhan pasti kena batunya. Biarkan saja dia menerima hukuman ayahnya, lagian selama ini otak dari suka bolos dan bikin onar adalah Rayhan. Teman-temannya? Tertawa jahat meledek Rayhan. Teman laknat contohnya ya mereka.

"Gimana rasanya dempet-dempetan dalam bis? Kasian amat adek ipar gue." ledek Reyhan.

Rayhan pura-pura meludah pada Reyhan. Ingat! Hanya pura-pura! "Cuih! Gak sudi gue punya abang ipar kaya lo! Gue sumpahin gak dapet restu dari bokap gue!" sembur Rayhan.

Senyum Reyhan mengempis.

"Nah loh! Rasain! Di tembak mati sama bokap nya Rani!" cibir Jeffry.

"Jangan gitu lah adek ipar, gue kan becanda."

"Dih, jangan harap Rani satu KK sama lo!"

"ANJIR SADIS!!" teriak Jeffry dan Nata di hadapan wajah Reyhan.

"Kalian semua jahat!" rengek Reyhan.

"Ehan gak sukak!"

***

Rayhan meneguk ludahnya susah payah. Menghadapi Cliera tidak semudah kelihatannya ternyata.

"Gue... boleh duduk di sini gak?" gugup Rayhan.

"Gak!" jawab Cliera dengan wajah sinis.

"Lie, lo marah ya sama gue?"

Tak di jawab. Ralat, tak di dengarkan. "Sorry, Lie. Tugasnya gue salin ulang ya?"

Tadi pas pelajaran matematika, Rayhan terus mengganggu Cliera dan mengusik konsentrasi belajarnya. Cliera itu bolot matematika, baru saja tugasnya selesai tiba-tiba Rayhan mengguncang tubuhnya dan jawaban Cliera tercoret.

"Lie, gue minta maaf. Tuhan aja bisa memaafkan hambanya, masa lo gak bisa maafin gue sih?" rajuknya.

"Gue bukan Tuhan!" sinis Cliera dengan tatapan tajamnya.

"Iya, Io Cliera. Calon istri sekaligus calon ibu dari anak gue nanti."

"Cowok gila!" batin Cliera.

Cliera tak menjawab karena dia sudah sangat salting sekarang, entah kenapa ada rasa senang ketika Rayhan mengeluarkan gombalan recehnya, padahal sebelum-sebelumnya Cliera biasa saja dengan semua laki-laki yang menggodanya dulu.

"LIE!" rengek Rayhan dengan wajah memelas nya.

"Berisik!" sinis Cliera, meskipun suaranya pelan tapi Rayhan bukan rakyat jompo, dia masih bisa jelas mendengarnya.

"Maka nya, pertanyaan gue dijawab dulu apa susahnya sih? Gue kan gak minta yang aneh-aneh. Gue cuman minta maaf, di maafin gak?"

Cliera semakin menatap sinis pada Rayhan. "Penting banget ya jawaban gue?"

"Penting! Apapun yang menyangkut lo, semuanya jadi penting bagi gue!"

"Apaan sih, alay!" sarkas Cliera.

"Alay gini, lo tetep suka kan?" Rayhan mengedipkan matanya disertai senyuman jahil.

"Najis!" desis Cliera.

"Lie kok jahat sih? Emangnya aku ludah anjing apa dibilang najis?"

"Bodo!" Cliera melangkah pergi meninggalkan Rayhan. Entahlah, kesabarannya sudah habis, dia butuh penenang dan satu-satunya orang yang bisa menenangkannya adalah seseorang yang tau tentang dirinya.

Rayhan kala itu mengikuti Cliera dari belakang, entah kenapa setiap yang menyangkut Cliera, Rayhan seketika berubah dan ingin tau, jadi seperti stalker.

Rayhan menyipitkan matanya, dari kejauhan terlihat Cliera berjalan menuju taman belakang sekolah.

"Tapi tunggu, ngapain Lie kesana?" monolognya.

Rayhan mulai mendekat, terlalu penasaran dengan orang yang sedang mengobrol dengan Cliera. Padahal setahu Rayhan, Cliera tidak mempunyai teman selain Abigail, Aruna dan Keyla mengingat dia itu anaknya ansos.

Sial. Rayhan melihat wajah Cliera tengah merengek pada si cowok bermata sipit itu.

"Iyan?"

"Ngapain mereka berdua disitu? Pake acara ketawa-ketawa lagi. So akrab banget, najis!"

Tangan Rayhan mengepal, rahangnya mengeras. Dan seketika hawa panas menyelimutinya. Tunggu, kenapa Rayhan emosi?

"Gue kenapa sih?" monolognya lagi.

"Gue cemburu?"

"Masa Rayhan yang ganteng ini cemburu sama remahan rengginang kek Iyan?"

"Gue pasti udah gila!"

***

Daripada gila menghadapi Rayhan, lebih baik Cliera mencari keberadaan seseorang. Dia berjalan menuju taman, menghiraukan kicauan netizen disepanjang koridor. Tujuan Cliera hanya satu, ingin tenang dari Rayhan.

Nampak seorang laki-laki bertubuh jangkung menghampirinya. Dengan berlari kecil Cliera menghampirinya, dan langsung menggandeng tangannya. Suasananya juga agak sepi, mengingat mayoritas siswa menghabiskan jam istirahatnya di kantin.

"Yan..." panggil Cliera.

Gian mendongak dan melihat cewek yang dengan berani menggandeng tangannya didepan umum.

"Iyan!" Iya, dia Gian.

Lo ngapain ngajak gue kesini?" tanya Gian.

"Kenapa? Gak boleh?!" ketus Cliera.

"Iya boleh, pake banget kalo perlu!" ujar Gian. "Ada apaan?" tanya Gian to the poin.

"Mau ngobrol berdua, empat mata!"

"Ngobrol apaan?" ujarnya seraya mendaratkan bokongnya pada kursi kaya yang tersedia di taman.

"Gue dibiarin berdiri aja nih, gak ditawarin duduk gitu?" Cliera jadi keki sendiri.

"Gak!"

Cliera yang tadinya berekspresi masam kini sedikit tercekang menatap wajah sinis cowok didepannya.

"Becanda elah! Serius amat muka lo!" tawa Gian pecah saat melihat ekspresi Cliera.

"Ihh, Iyan! Gue kira serius tau!"

"Kalo mau serius, bukan disini. Lo salah lapak!" Gian malah tersenyum hingga sederet gigi putihnya dan memperlihatkan hanya garis di matanya, mungkin karena matanya minimalis alias sipit.

"Au ah!" Cliera mulai mengeluarkan jiwa-jiwa manjanya. Cliera mengerutkan bibirnya dan membuang mukanya ke sembarang arah. Tidak ingin menatap Gian.

"Dih, jadi ceritanya Ie ngambek nih?" rayunya menoel-noel dagu Cliera, namun segera Cliera tepis.

"Gian! Gue kan udah bilang jangan manggil gue dengan sebutan itu, gue gak suka!" tuntut Cliera.

"Apaan sih, dulu biasanya juga fine-fine aja tuh?"

"Itukan dulu, pas gue masih ingusan!"

Gian berdecih, "sekarang juga lu masih ingusan kan? Apalagi kalau hujan, hidung lu ampe meler!"

Cliera memukul pundak Gian. "Apaan sih, Iyan?! Jijik tau!"

Mereka tertawa bersamaan saat menceritakan tentang masa lalu masing-masing, terlihat keduanya sangat akrab.

"Eh btw, sorry nih Lie, lo ada perlu apa ya? Gue ada urusan." Gian membusungkan dadanya dan tersenyum lebar membanggakan dirinya sendiri.

"Sok sibuk lu!"

"Dih, daripada lu, hidup lu gak ada gunanya, cuma makan tidur doang."

"Kalo gak makan sama tidur, bukan orang hidup namanya, pea!"

Gian terkekeh geli saat melihat Cliera marah seperti ini, dia merindukan Cliera yang ceria dan penuh semangat. Seperti dulu, mereka berteman dari sebelum masuk Taman Kanak-kanak, Gian tau Cliera itu terkenal pendiam dan kutu buku, itu sebabnya Gian selalu menemani kemanapun Cliera pergi agar gadis itu tidak sendirian.

Ya, Gian itu satu-satunya sahabat laki-laki

Cliera, jadi wajar saja keduanya sudah sangat akrab.