Arga memasang earphone di telinganya sambil menyetel lagu, Nothing on you. Bell sudah berbunyi sejak 20 menit yang lalu tetapi, arga masih berada di sekolah.
"Ga hari ini kagak ngumpul dulu ya"Ujar Angga sama pandu yang berjalan berdampingan dengan arga.
"Yoi"
"Good luck untuk besok"Angga menepuk bahu Arga.
"Siap"Arga mengangguk.
Langkah arga terhenti, ketika mendengar suara pekikan Angel dari ujung koridor. Ya mau tidak mau Arga berhenti.
"Sayang hari ini pulang bareng yuk"Ajak Angel, tanganya langsung berglayut manja merangkul lengan arga di depan anak siswa-siswi yang melihat mereka.
"Eum—"
"Arga"Panggil seseorang dan orang itu adalah Salsa.
Ekspresi angel berubah saat kedatangan salsa, apa omonganya kemaren kurang ya? Masih aja suka gangguin Arga. Padahal kan dia tau Arga sudah punya pacar yaitu angel.
Arga menoleh, menatap salsa yang memang terlihat cantik apalagi kalau lagi tersenyum. Dua lesungnya yang membuat dia sangat manis.
"Arga, di suruh tante lina pulang bareng salsa"Katanya.
Kening arga tertaut dalam, apa benar mamanya menyuruh seperti itu?
"Maksud lo—
Dering ponsel milik arga berbunyi, Arga segera mengangkatnya setelah tau dari Mamanya.
"Hallo ma"Sapa Arga sembari melepaskan tanganya dari angel.
"Hallo, Arga?"
"Iya ma, kenapa?"Tanya Arga di balik telfon.
"Kamu lagi sama salsa?"Arga melirik melihat salsa yang berdiri di hadapanya.
"Iya ma"
"Syukurlah, kamu pulang bareng dia ya. Tante naya sama om alan lagi pergi keluar kota. Jadi, sementara waktu salsa tinggal di rumah"Jelas lina membuat arga terkejut.
"Jadi, maksud mama—"
"Iya sayang, kamu pulang bareng dia ya"
"Tapi ma—"
Sambungan telfon terputus, ia kembali melihat wajah Angel yang masih saja tersenyum ke arahnya. Dan beralih menatap Salsa yang berdiri di hadapanya, karena sudah seperti ini mau bagaimana lagi?
"Sayang, salsa ikut sama kita ya. Tapi, aku antarin kamu pulang dulu"Kata Arga.
Angel tersenyum kikuk, ia mengangguk pelan seraya menyembunyikan rasa cemburunya terhadap Salsa. Sampai saat ini Angel belum tau hubungan dan kedekatan salsa bersama pacarnya. Arga selalu menghindar ketika di tanya soal Salsa, katanya itu semua tidak penting.
Tapi, makin kesini Angel semakin curiga. Apalagi, angel merasa sepertinya Salsa sangat dekat dengan kedua orang tua arga.
"Nggak papa kan?"
"Iya, nggak papa"Jawab Angel.
"Yaudah, sal lo di belakang ya"Suruh Arga.
"Oke"
"Nggak papa deh di belakang, sebentar lagi juga di depan"Batin Salsa tersenyum lebar.
Saat mereka sampai di tempat parkir seperti biasa arga membukakan pintu mobil layaknya seorang putri.
"Makasih sayang" Arga mengangguk dan tersenyum tipis.
"Manja banget sih pakek di bukaain segala"Cibir Salsa yang sudah duduk di kursi penumpang.
"Jelaslah gue kan pacarnya."
"Baru juga pacar, belagu banget"Balas salsa.
"Dari pada lo calonnya pelakor, nggak ada yang ngundang lo buat duduk di mobil pacar gue. Sadar diri kor"Angel sudah mulai emosi, kalau perlu rasanya angel ingin memaki di depan wajah salsa. Supaya tau diri.
"Lo emang pacarnya tapi, gue lebih deket sama orang tuanya. Bahkan gue bisa lebih dari pacar sama arga"
Mobil yang di tumpangi mereka sudah melesat jauh dari lingkungan sekolah. Bahkan perdebatan mereka masih saja berlanjut, telinga arga sampai panas mendengar mereka mengoceh.
Perdebatan yang sama sekali tidak penting buat arga. Kalaupun arga di suruh pilih angel, atau salsa. Dia tidak akan memilih kedua-duanya. Karena, perasaanya terhadap Angel hanya sebuah mainan saja tidak benar-benar tulus. Arga hanya menginginkan harta dan kekayaan angel, kata manis dan rayuan itu hanya godaan semata buat angel supaya semakin jatuh ke dalam pelukan arga.
Kalau soal salsa, arga sama sekali tidak perduli. Mau dia dekat sama kedua orang tuanya atau pun karena terdorong oleh orang tua mereka. Tetap saja itu tidak akan mempengaruhi arga untuk berdekatan dengan salsa. Itu sama sekali tidak pernah terpikirkan dalam lubuk hatinya arga.
Yang lebih terpenting sekarang adalah, ketampanan, uang yang berlimpah, dengan begitu arga bisa hidup dengan aman dan mewah. Dia bisa saja membeli wanita atau gadis manis sesukanya, dengan menggunakan uang dia bisa melakukan apa saja. Itulah harapan dan impian yang selalu arga nanti.
"Kok arga nggak misahin kita sih?"Batin angel yang masih beradu mulut dengan salsa.
"Arga cuek banget"Batin salsa yang juga berpikir sama.
Tiba-tiba saja arga memberhentikan mobilnya di tengah jalan, ada beberapa menit ia terdiam setelah Angel dan salsa selesai berdebat.
"Kalian bisa diam nggak sih!"Kata arga menatap tajam ke arah keduanya.
Setelah arga mengatakan itu, dari angel maupun salsa semuanya terdiam. Tidak ada yang mengeluarkan suara di antara mereka. Akhirnya arga bisa menyetir dengan tenang.
Arga sudah mengantarkan Angel terlebih dulu, salsa keluar dari mobil untuk berganti posisi. Ia duduk di samping arga, kursi kemudi.
"Ga, lo kok mau sih pacaran sama angel? Mulut leber kayak nenek sihir gitu. Lo nggak ifil?"Tanya salsa.
Arga menoleh, ia masih menatap salsa dalam-dalam. Di lihat dari wajahnya, gadis itu seperti anak yang manis dan polos. Itu penilaian pertama arga untuk salsa saat pertama kali bertemu di acara rumahnya.
Arga mengira salsa adalah gadis yang tak pandai bermulut besar, bahkan arga sempat berpikir bahwa salsa itu seperti gadis desa yang akan sering di bully oleh teman-teman di sekolahnya karena penampilanya. Tapi jauh dari pikiran itu, ternyata arga salah. Salsa mungkin lebih pedas dari angel kalau bicara. Penampilan memang selalu bisa menipu semuanya.
"Nggak, kenapa? Ternyata gue salah ya menilai lo sal"Kata arga.
"Maksud lo?"
Arga menggeleng, ia kembali fokus menyetir tanpa menjawab pertanyaan Salsa.
***
Arga merebahkan tubuhnya di atas kasur, pandanganya tak lepas dari langit-langit kamar. Untuk melepaskan rasa penatnya, ia memejamkan matanya sebentar sembari Kedua tanganya ia pangku di belakang kepala. Tetapi, rasa kantuk mengalahkan segalanya ia tertidur pulas dengan dengkuran lembut.
Sudah dua jam lewat Arga menghabiskan waktunya untuk tidur siang. Tiba-tiba saja Arga tersentak dan berjengit. Ia terbangun dari tidurnya ketika melihat sosok gadis sedang berada di sampingnya. Memandangi wajah arga sambil tersenyum, dia adalah salsa.
Arga langsung berdiri, dengan eskpresi wajah terkejut, ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Arga kembali beralih menatap salsa heran karena sedang berada di kamarnya.
"Lo ngapain di sini?" Tanya arga dengan nafas memburu dan sedikit emosi.
"Gu-gue, Tante lina nyuruh gue buat ke kamar lo" Jawab Salsa.
Arga membuang nafas kasar,"Keluar!"Suruh arga tanpa melihat wajah salsa. Arga kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menutup wajahnya dengan bantal.
"Tap—"
"Keluar!"
Suara arga benar-benar mengeras bahkan seperti membentak salsa. Salsa yang takut akan hal itu cepat-cepat beranjak dan keluar dari kamar arga.
***
Seperti biasa bangun pagi berangkat siang, hari-hari yang di lakukan oleh arga setiap berangkat sekolah.
Arga benar-benar kesal dengan Salsa, karena untuk beberapa hari ke depan ia harus tinggal bersamanya satu atap. Untung saja bukan satu kamar.
Apalagi, soal salsa yang masuk ke dalam kamar arga tanpa bilang dan permisi. Kayaknya salsa terlalu over buat deketin Arga.
Arga menuruni anak tangga, ia berlari kecil sambil tergesa-gesa. Karena hari ini adalah hari pertemuan pertamanya dengan Pemimpin Perusahaan Zulvan yang akan menjalani kontrak kerja sama dengan Arga.
"Pagi" Sapa Arga
Semua menatap heran ke arah arga, biasanya dia kalau pagi-pagi itu paling heboh sendiri. Tapi, sekarang kayak ada yang berbeda dengan arga atau mungkin karena ada salsa di rumahnya.
"Mah, arga berangkat duluan ya"Kata Arga menyalimi kedua tangan Mama dan papanya.
"Nggak sarapan dulu?" Tanya lina.
Arga menggeleng,"Nggak, udah keburu di tunggu temen. Ada urusan soalnya" Arga mengambil roti selai seperti biasa untuk mengisi perutnya yang kosong.
"Berangkat bareng salsa ya"
"Salsa biar sama Bang gara aja, arga ada urusan"katanya, Arga berjalan tanpa memalingkan wajahnya.
Sebenarnya arga mau bertemu dengan pemimpin zulvan dengan alasan ada urusan dengan teman. Satu-satunya cara biar nggak ketahuan bolos sama mama,papanya.
Arga menunggu pandu di pinggir jalan rumahnya. Hari ini si pandu yang menjemput Arga, katanya pakai motor saja biar cepat dan terhindar dari kemacetan.
Dari kejauhan terdengar suara motor butut kesayangan milik pandu yang selama ini menemainnya berjuang. Asekk berjuang...
Suara khas kenalpot yang keluar dari motor pandu sangat di ingat jelas oleh Arga, bahkan hanya mendengar suaranya saja sudah bisa menebak bahwa itu pandu.
"Lama banget sih lo, kebiasaan" Kata arga langsung mengambil helm dari tangan pandu.
Biasanya sih yang bawa helm itu pandu. kalau arga mana ada helm, dia jarang naik motor soalnya.
"Sorry, brantem dulu sama nyak. gara-gara gue ngambil uangnya di dompet buat tambahan beli bensin" Jawab pandu.
"Kan ada gue, biar gue yang beliin bensin"
"Kagak enak lah masak lo terus yang beli"
"Yaelah, kayak sama siapa aja lu"Balas Arga.
Motor yang di tumpangi mereka berdua sudah pergi meninggalkan perkarangan rumah Arga, seperti biasa di tengah jalan mereka mengobrol, menggosip hal- hal yang tidak penting.
"Males banget dah ada salsa di rumah gue"Kata arga.
Pandu tertawa sembari mendekatkan wajahnya pada Arga,"Kayaknya si salsa suka deh sama lo ga."
"Ogah"
"Lah, kenapa? Salsa cantik lagi lebih cantik dari angel malah. Tapi, kalau soal dompet menangan angel sih"
"Cantik sih cantik tapi gue ifil aja sama dia, masa dia tiba-tiba ada di kamar gue. Merinding gue"Jawab arga memperlihatkan ekspresi takutnya.
"Hahaha, jangan gitu ga. Entar, lo suka lagi"
"Kalau di suruh milih mending gua pacaran sama tante-tante dah dari pada sama salsa"
"Iya, sama tante-tante. tapi, tante-tantenya yang tajir. Ya kan!!, gue udah tau isi otak lo"Kata trisal.
"Nah itu tau" Arga membenarkan.
Baru saja mereka setengah jalan dan masih asik mengobrol, motor butut yang mereka tumpangi tiba-tiba saja berhenti di jalan.