Motor yang mereka tumpangi berhenti di tengah jalan, ini sudah menjadi hal biasa. Terkadang Arga menyuruh Pandu untuk menservice motornya. Tetapi, pandu bilang tidak perlu karena dia terlalu banyak membantu dirinya. Pandu jadi tak enak hati terhadap Arga.
"Kenapa lagi motor lo?" Tanya Arga, arga turun dari motor dan membantu Pandu mendorongnya di kepinggiran jalan dekat trotoar.
Ini masih pagi, jam masih menunjukkan pukul 07:10, ada beberapa kendaraan yang lalu lalang pulang pergi, entah itu berangkat kerja atau pulang kerja. Kalau sudah lebih jam 08.00 pasti jalanan menjadi macet dan mereka berusaha menghindar dari kemacetan itu makanya mereka berencana dari awal memakai motor.
Pandu mulai mengecek motornya, kalau saja ada kerusakan biar cepat di perbaikin.
"Udah belum pan?" Tanya Arga mulai gelisah. Ia melihat arloji di tangannya sebentar lagi mau jam 08.00. Dan acara pertemuanya di jam 08:00 pas.
"Bentar, gue lagi ngecek businya"Sahut Pandu.
Ketika pandu mengecek kembali ternyata tidak ada tanda-tanda kerusakan. Tapi, mengapa berhenti tiba-tiba. Pandu juga sudah melihat busi motornya tidak ada yang aneh.
Pandu menggeleng pasrah ke arah arga.
"Bensin, bensin udah lo isi kan?" Tanya Arga.
"Udahlah, semalam motor gue di pinjem sama om darto. Terus, dia bilang udah di isi penuh tangkinya"Jawab Pandu.
"Terus apa nya yang rusak ya??"Pikir arga dan ikut mengecek motor butut pandu.
" Gue curiga bensin lo yang abis pan"
"Kagak mungkin ga, tu motor udah di isi penuh sama om darto. Setelah itu nggak pernah gue bawa kemana-mana tuh motor" Kata pandu sembari berkacak pinggang. Pandu melihat Arga yang sedari tadi berkutik di bawah, melihat sesuatu penyebab mogoknya motor mereka.
Arga sedikit tau tentang motor, bahkan dulu dia pernah hampir masuk ke SMK otomotif. Karena, memang arga bidangnya di mekanik. Tapi, orang tuanya tidak mengijinkan arga untuk masuk di SMK.
Arga mencoba menyalakan stater motor pandu, seribu kali di coba tetap saja tak mau menyala. Padahal, arga sudah memperbaiki tempat yang menjadi pengaruh mogoknya motor pandu.
Arga berdiri, ia menghela nafas sembari menatap motor pandu.
"Kayaknya bensin lo deh pan, lo beneran udah isi atau belum sih?" Tanya pandu lagi.
"Udah anjir, gue cek ya. Kagak percayaan banget sih lo"Pandu mengambil kunci di dasbor motornya. Lalu membuka kunci di tangki motornya.
"Tuh lia—"
Pandu terdiam, ia melotot karena isi tangkinya benar-benat habis tak ada bensinnya.
"Mana, Mana pan? abis kering kek gitu lo bilang penuh. Pantesan mogok" Kata arga kesal.
"Eh, kok nggak ada ya ga?" Tanya Pandu ke arga. Arga mengedikkan bahunya tak tau,"Ya, gue nggak tau lah begok. Kan motor lo"Jawab arga.
Pandu berdecak," iss. Tapi, semalam om darto bilang udah di isi ga" Katanya.
"Emang lo liat, dia ngisi bensin motor lo?"Pandu menggeleng.
Arga menghela nafas,"Oon banget sih lo pan, itu namanya lo di kibulin secara halus."
"Udah mending kita dorong aja sampe depan sana tuh. Entar, pulangnya kita ambil. Nunggu beli bensin kelamaan. Udah mau jam nih"Ucap Arga memperlihatkan arloji di tangannya. Yang memang waktu sudah hampir mepet.
"Ya kan gue nggak tau, awas aja tu om darto berani-beraninya boongin gu—"
"Udah cepetan ayo"Arga menepuk bahu pandu supaya mengingat waktu.
Motor kesayangan pandu di Tempatkan di pinggir jalan, berharap tidak ada yang mengambilnya. Karena ini motor satu-satunya pandu.
"Terus kita naik apa pan?"
"Apa ajalah serah, yang bisa di naikin pokoknya"Ucap Pandu.
"Cewek?"
Pandu memukul bahu Arga keras, sampai-sampai anak laki-laki itu meringis.
"Apansih? Kan gue nanya"
"Jorok banget sih pikiran lo, sekarang jam berapa?" Tanya pandu.
Mereka berjalan di dekat jalan raya, sambil menunggu taxi lewat.
"07:30"
"30 menit lagi, Lo ada paket nggak? Buat pesen grab!"Kata Pandu, Arga menggeleng memang dia tidak pernah membeli paketan data. Dengan alasan di rumah sudah memakai wifi dan kalau di sekolah Arga lebih minta hospost sama temennya
"Kebiasaan sih lo hospostnya sama trisal"Caci Pandu mulai mengecek ponselnya.
"Lo gimana?"
Pandu menggeleng pelan,"Yahh sama aja dong"Kata arga kecewa.
"Udahlah kita naik bus aja"Arga menarik lengan pandu mengajak berlari di pinggir trotoar jalan.
"Eh, gila lo! Halte bus masih jauh men. Kita mau lari sampe sore juga belum tentu nyampe" Omel Pandu.
"Lebay banget sih lo, timbang lari doang"
"10 menit harus sampe halte bus" Kata arga yakin.
Mereka pun akhirnya berlari di sepanjang jalan, baju seragam yang mereka kenakan juga sudah tersembur air keringat yang membasahi baju mereka.
"Woi, itu busnya mau berangkat" teriak Pandu.
"Cepatan lo larinya pan"
Mereka berdua mempercepat kecepatan langkahnya. Hingga akhirnya sampai di menit terakhir, tinggal satu orang lagi naik bus.
"Mas, mas ini tujuan bus nya kemana?" Tanya arga.
"Cihampelas dek"
Arga menoleh ke arah pandu,"Sama nggak?"Tanyanya.
"Sama sama"Jawab pandu cepat.
"Yaudah cepetan, mas masih bisa kan?"
"Bisa dek, bisa tapi uangnya dulu ya"Kata Mas kernet bus itu.
"Ini udah gawat banget mas. Kagak bisa nanti dulu apa uangnya"Protes Pandu.
"Ya, memang sudah seperti itu ketentuanya dek"
Mereka berdua berdecak,"Yaudah, lo dulu yang bayar ga"Suruh pandu.
Arga mengangguk, ia mengambil uang sakunya yang ia sering selipkan di kantong celana. Mata arga membulat lebar ketika mencari Uang selembar uang ratusan tapi, nggak ada. Sudah sampai dalam-dalam arga nyarinya.
"Udah belum ga?"Tanya pandu, soalnya sudah di tunggu juga sama mas-masnya.
"Bentar,bentar" Arga kembali mencari uangnya di kantong celana, sampai-sampai di kantong baju seragam, tas sekolah, semuanya nggak ada. Apalagi, dompet. Dompetnya yang warna hitam juga ikut ketinggalan.
"Kayaknya duit gue ketinggalan deh" Kata arga pelan.
"Hah, ketinggalan!! Pakek duit gue aja"Pandu mengelurkan dompetnya, tapi isi dompetnya bener-bener kering kayak nggak ada kehidupan,"Eh iya, saku celana" Pandu langsung merogoh uangnya tapi, ia teringat sesuatu ketika mereka sedang berlari di trotoar. Ternyata uangnya jatuh di jalan, uang untuk beli bensin hasil nyuri uang Emaknya
"Anu... anu ga. Kayaknya duit gue jatoh pas kita lari"
Arga menggusar wajahnya,"Ahh!! Hari ini kayaknya apes banget, weton lo apaan dah, Perasaan sial mulu gue kalau sama lo"Ujar Arga.
"Ngapa jadi ke weton sih, Kagak nyambung. Udah ah, yang paling penting sekarang adalah gimana caranya kita bayar tuh bus" Pandu menunjuk-nunjuk ke arah bus yang sudah mau berangkat.
"Ngutang aja gimana?" Saran arga
"Lo pikir naik bus kayak lo beli gorengan tempat bu iem bisa di utangin. Yang bener dong ga"Jawab Trisal.
Arga terkekeh,"hehe."
"Ini gimana dek? Jadi naik busnya nggak? Sudah mau berangkat nih"Suara mas-mas kernet mengalihkan pandangan mereka berdua.
"JADI!" Jawab mereka serempak.
"Yau—"
"TUNGGU!"
Kenapa arga sama pandu jadi galak gini?
"Aduh, gimana kita bayarnya ga?"
"Pakek duit mainan aja lah, palingan juga masnya nggak bakalan tau kalau ini duit asli atau palsu" Kata arga lagi membuat trisal geram, pasalnya selalu memberikan saran yang aneh-aneh.
Di tengah diskusi mereka berdua, pandangan mata mereka teralihkan pada sosok wanita cantik paruh baya yang umurnya sudah menginjak usia 35 tahun.
Walaupun umurnya sudah hampir mendekati berkepala 4, wanita itu masih terlihat sangat muda. Apalagi, tubuhnya yang mungil hanya memakai Sepatu hils tinggi saja tetap membuatnya tampil elegan.
"Bu, apa tidak sebaiknya kita pesan grab saja?" Kata seorang wanita yang berjalan di belakangnya. Sepertinya itu salah satu bawahanya.
"Sebentar lagi ada pertemuan Yon, apa kamu tidak melihat waktu"Sahutnya, wanita itu masih berjalan sampai berhenti di dekat halte bus.
"Baik bu"
"Mas tujuan bus nya kemana?" Tanyanya.
"Cihampelas neng"
"Tapi, bayar dulu ya neng"Katanya.
Wanita itu mengerti, ia membuka dompet warna hitam legam yang di hiasi emas perak. Wanita itu memberikan selembar uang ratusan pada mas-masnya.
"Sekalian bayarin dua anak ini ya"Ucapnya sembari menunjuk ke arah arga dan pandu, yang sedari tadi tak melepaskan titik pandanganya dari wanita cantik di hadapanya.
Seolah tau tentang nasib buruk yang terjadi pada dua bocah SMA, yang sejak tadi hanya memperdebatkan masalah uang. Kini seperti ada sebuah keajaiban, seorang malaikat cantik datang untuk menolong hidup mereka.
"B-bidadari"Ucap Arga pelan yang masih bengong.
"Woi, mau sampe kapan lo berdiri di situ?" Teriak pandu yang sudah masuk ke dalam bus.
Arga tersentak, karena hanya dirinya yang masih ada di luar. Arga segera masuk ke dalam bus.
Di dalam bus, diam-diam arga memperhatikan wanita yang tadi menolongnya. Wanita itu berdiri karena memang tempat duduknya yang penuh.
Kalau di lihat dari penampilannya, wanita ini bukan lah orang biasa. Terlihat seperti pengusaha sukses.
"Tante itu cantik banget ya, manis lagi,"Batin arga.
"Ga, lo udah bawa berkas-berkasnya?"Tanya pandu.
Tetapi, arga masih saja bengong. Pandu mengikuti arah pandangan Arga yang tertuju pada wanita mungil yang menolong mereka tadi.
Pandu melambai-lambaikan tanganya di wajah arga,"Bangun, oii! Lagi berfantasi ta lo?"Tuding pandu.
"Ngacok lo"Jawab arga ketus setelah tersadar dari lamunanya.
"Eskpresi wajah lo udah bisa di tebak ga, beda banget pas lo lagi sama Angel"Ucapnya.
"Sotoy lo"Arga mengalihkan pandanganya. Tapi, sekali-sekali mencuri pandangannya di saat wanita itu tidak tersadar.
"Menurut lo, dia umur berapa sih?" Tanya arga sama pandu.
"Siapa?" Pandu melihat dari tunjuk mata arga.
"Oh, Tante itu?" Arga mengangguk.
"Hum" Pandu tampak berpikir, mengadahkan jarinya di dagu.
"Dari bentuk tubuhnya, kayaknya anak kuliah deh. Eh tapi , dari mukanya kayak anak udah kerja. Tapi, dari penampilannya—"
"Kebanyakan tapi lo"Kata arga menyergah ucapan Pandu.
"Langsung aja lah"
"Umur 25 an sih"
"Iya sih, gue juga mikirnya gitu. Orangnya pendek ya mana mungil lagi, jadi gemes gue"
"Lo naksir sama tu tante?"Langsung dapat plototan tajam dari arga,"Nggak lah ya kali"Jawabnya.
Setelah beberapa lama akhirnya bus yang mereka tumpangi berhenti di tempat tujuan.