Davin membuka pintu dan mempersilahkan arga masuk duluan. Baru saja arga masuk sudah di suguhi oleh pelayan. Ternyata, Davin tidak tinggal sendirian di apartemen.
"Selamat siang tuan muda" Sapa kepala pelayan.
"Selamat siang tuan" Sapa bawahnya.
Davin mengangguk, Davin mengajak arga ke kamarnya. Jujur, arga baru kali ini main ke tempat davin biasanya hanya ke rumah Trisal, pandu, sama angga.
"Tumben sekali tuan muda bawa teman"Batin Jake kepala pelayan
Baru setengah jalan, langkah davin terhenti ia menoleh ke bekalang, "Jake, kamu sudah menyiapkan makan siang?" Tanya davin.
"Sudah tuan, mau saya siapakan sekarang?"Davin menggeleng,"Nanti saja" katanya.
"Baik tuan" Jake menundukan kepala
Saat cukup lama barulah jake mengangkat kepalanya, melihat punggung belakang tuan muda dan temannya yang sudah masuk ke dalam kamar.
"Jarang sekali ya, tuan muda bawa teman"Bisik salah satu dari mereka.
"Biasanya juga tidak pernah" Tambahnya.
"Aku kira tuan muda itu anaknya pendiam—"
"Sedang apa kalian?" Tegur jake yang sudah berdiri di belakang mereka, jake menatap datar ke arah mereka bahkan memberikan tatapan tajam khasnya.
"T-tidak ada tuan jake" Kata mereka.
"Baiklah. Kembali ke tempat kerja masing-masing" Suruh jake tegas.
"Baik tuan" Jawab mereka serentak dan segera mengerjakan pekerjaan yang belum terselesaikan.
***
Arga menghempaskan bokongnya di sofa berukuran panjang. Arga masih saja tercengang dan terpesona melihat seisi ruangan kamar davin. Kamar arga aja tidak semewah ini.
Apartemen saja sudah seperti ini, bagaimana dengan rumahnya coba.
Di kamar davin terdapat walk in closet pribadi, kasurnya juga berbentuk king size. Semua tempat tertata rapi berbeda dengan kamar arga yang berantakan dan malas merapikan kalau bukan Mama atau sila.
Arga memang tergolong anak emas tapi masih di bawah standar.
Davin memberikan baju kaos pada arga dan menyuruhnya untuk berganti pakaian," Ganti, dulu. nanti kita makan" Katanya sembari menyalakan remote Ace.
Arga membulat lebar, mengambil kaos dari tangan davin," Ini kan baju merek Tasi!! Mas davin, bajunya bermerek semua ya, gila-gila orang kaya mah bebas"Ucap arga.
"Kamar mandi dimana mas?" Tanya arga.
"Ganti baju di situ aja" Davin menunjuk ke arah walk in closet.
"Oh, oke" Arga segera masuk ke dalam ruangan yang di tunjuk.
Arga masuk ke dalam ruangan yang barusan di tunjuk sama davin, lagi-lagi arga terpukau melihat walk in closet milik davin benar-benar sangat lengkap dan rapi bahkan terlihat luas dan elegan.
"Mas davin sebenarnya sekaya apa sih anjir?? Tau gini minta traktiran terus gue, sampe jadi kakek juga kagak bakal habis tuh warisan"Decak Arga yang masih belum berganti.
"Ga" Panggil davin dari luar.
"Iya mas?"
"Gua nunggu di ruang makan"Katanya.
"Oke" Sahut arga.
Arga segera memakai kaos pemberian davin dan juga celana pendek milik davin. Arga keluar dari kamar dan ingin menemui davin.
Saat membuka pintu kamar arga melihat pelayan yang berjalan melewatinya, arga memanggil pelayan itu.
"Mba,mba" Panggil arga berjalan mendekatinya.
"Ada apa den?" Tanyanya.
"Mas davin dimana ya?" Tanya arga sambil melihat keselilingnya.
"Mas davin?"Pelayan itu berkerut,"Oh, Tuan muda? Tuan muda sedang berada di ruang makan. Mari saya antar" Katanya langsung mengantar arga.
Sesampainya di ruang makan terlihat davin sedang menyuapi beberapa suapan nasi. Arga berjalan menuju tempat davin, ia menarik kursi dan duduk di samping davin.
"Makan" kata davin.
Arga kembali takjub sama menu makanan yang terhidang, ini sih kayak menu makanan restoran mewah.
"Nggak dimakan?" Tanya davin yang melihat arga melamun dari tadi.
"Eh, i-iya"
Arga langsung mengambil menu yang ingin dia makan, Arga menoleh melihat davin yang memakai kaos hitam dan celana pendek, lalu ia tidak memakai kacamata seperti biasanya. Penampilan davin terlihat sangat berbeda dari sebelumnya, Davin terlihat tampan kalau seperti ini, tidak seperti kutu buku. Bahkan mungkin kalau di bandingkan dengan abangnya gara, Davin lah pemenangnya.
"Mas davin ganteng banget ya, mana tajir lagi. Kalau siswa siswi di sekolah tau, davin orangnya gimana, nggak lama bakalan jadi populer" Batin arga masih menatap davin.
Davin yang menyadari sedang di tatap melirik, tatapan mereka bertemu, arga buru-buru membuang muka dan langsung melahap makanan yang ada di piring.
"Ke kantor zuvan jam 3 kan?" Tanya davin.
"Iya. Makanya, gue ikut lo pulang. Kalau bareng sama abang gue bisa sampe malam di omeli papa" Jawab arga sembari meneguk air putih dingin.
"Mau gue antar?" Tawar davin.
"Nggak usah, gue berangkat sama grab"Jawab arga.
Davin beroria sembari mengangguk.
Setelah selesai makan mereka berdua kembali ke kamar. Seraya menunggu jam 15.00 arga istirahat dulu di apartemen davin. Sementara, itu davin melanjutkan tugas sekolahnya yang belum selesai ia kerjakan.
Arga rebahan di atas kasur davin, ia melihat tumpukan buku yang tersusun rapi di rak buku. Arga beranjak dan beralih pada rak yang berada di samping meja belajar davin.
"Banyak banget bukunya, pantes kutu buku" Ucap arga sambil memilah selembar kertas.
"Itu, buku ilmuan, mending lo baca biar tau" Sahut davin.
Arga berdecak pelan,"Ck,Gue bukan orang yang pengen pinter kayak lo. Bosen baca buku beginian"Kata arga langsung menutup buku.
Arga berbalik, ia bersidekap dan menyenden di meja belajar sembari menoleh ke arah davin.
"Penampilan lo beda banget sama yang di sekolah" kata arga membuat aktivitas davin terhenti.
"Beda gimana maksud lo?"
"Ya beda, lo yang di sekolah kutu buku, khas banget sama kacamata yang lo pakek. Tapi, di rumah lo keliatan makin cakep apalagi kalau nggak pakek kacamata"Jawab arga.
Davin masih menatap arga, lalu menyendenkan tubuhnya di kursi. "Cuma, lo! yang tau penampilan gue kayak gini"Ucap davin.
"Kenapa nggak lo rubah aja? Lo, yang kutu buku aja banyak cewe yang suka, gimana penampilan lo ubah jadi begini, gua jamin ke populeran lo bakalan ngelebihin abang gue"Kata arga sambil memperagakan tanganya.
"Gua kagak gila populer. palingan, juga entar, lo jual foto-foto gue kayak abang lo itu"Davin melirik arga.
Arga terkekeh,"Ya nggak lah. Masa gue jual temen gue sendiri." Katanya, arga kembali melihat davin, ia menopang dagu sambil memikirkan sesuatu. " Eh, tapi, lo pakek kacamata masih bisa liat gue dengan jelas kan?" Tanya arga.
Pertanyaan arga membuat davin mendengus, di kiranya davin rabun?
"Gue cuma mines, bukan buta atau rabun. Lo ada-ada aja deh ga"
Tawa arga memecah,"Kirain, abisnya lo serius banget" Ucap arga.
"Btw, lo keturunan apa sih? Kalau gue liat-liat ya ..." Arga mendekati wajah davin sambil memperhatikan dari jarak dekat,"Humm... ada jawanya,terus china, sama Ing—"
Ucapan arga terhenti saat matanya bertemu dengan davin, arga meneguk salivanya dalam-dalam. Mata arga langsung tertuju pada bibir davin yang terlihat merah merona. Arga membulat langsung menjauhkan tubuhnya.
"Pikiran gue kotor banget, Astaga!!!"Batin arga." Sadar, sadar mas davin cowo, ya kali gue jadi gay." Arga membuang jauh-jauh pikiranya dan mengumpat dalam hati.
"Kenapa ga?" Tanya davin.
"A- nggak"
Davin tersenyum tipis," Gue keturunan Turki, Daddy gue orang timur tengah, Mommy gue orang yogya" Jawab Davin.
"Pantes anaknya cakep banget"Batin arga.
Arga melihat arloji di tangannya sebentar lagi mau jam 15:00. Arga ingin cepat-cepat pergi dari sini, karena suasananya menjadi canggung. Arga mengigit bibir bawahnya," G-gue berangkat ya" Kata arga langsung beralih pada ranselnya yang ia letakkan di sofa.
"Buru-buru banget? Masih jam 14:30" Kata davin mulai beranjak.
"I-iya mas, eh, anu... iya soalnya yang bikin lama kan di jalan"Jawab arga tanpa melihat wajah davin.
"Mau di antar?" tawar davin lagi.
"Kalau pakek grab lu bayar. Tapi, sama gue nggak. Gimana?" Tanya davin.
Ini penawaran yang memang bagus banget, pada dasarnya arga memang tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun. Soalnya uang sakunya kurang buat bayar grab.
"Oke deh, Mas—"
"Manggil mas" Batin davin tersenyum.
"Kenapa?" Davin berbalik.
"Gue pinjem celana panjang lo, ya kali gue ke kantor zuvan pakek ginian" Kata arga melihat celana yang ia kenakan.
"Ambil aja, gue tunggu di luar" Kata davin.
"Oke"
Arga membuka lemari dan melihat beberap koleksi milik davin." Busett dah, sultan emang beda ya" Batin arga.
Arga langsung mengambil asal dan segera menggantinya. Davin duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Ia menoleh saat arga sudah keluar dari kamarnya.
"Ayo" Ajak arga.
Davin mengangguk, kemudian beranjak dari duduknya. Mereka keluar dari apartemen Davin dan kini sedang berada di basement.
"Nanti, lo pulangnya naik grab?" Tanya davin memasang seatbelt sembari melihat arga.
Arga mengangguk," Iya, kenapa?"
Davin membuka dompet dan mengambil lembaran uang merah, lalu memberikan pada arga. Arga berkerut sorot matanya seolah mengatakan untuk apa?
"Buat bayar grab" Katanya dan langsung menjalankan mobilnya.
Arga mengambilnya," Temanan sama davin terus bisa hedon hidup gue"Batin arga.
"Gue ngutang kagak nih?" Tanya arga, takut aja kan.
"Nggak. Lo kayak sama siapa saja"
"Kirain. Eh tapi, beneran ni nggak papa?" Davin berdehem.
Di pertengahan jalan, hanya ada keheningan, Arga melirik dan melihat Davin. Anak laki-laki itu tidak memakai kaca mata seperti biasanya. Bahkan penampilan rambutnya juga berbeda.
"Kenapa?" Tanya davin menoleh karena sadar sedang di perhatikan oleh arga.
"Lo risih nggak sih gue panggil mas? Tapi, emang muka lo tu cocok. Kayak dewasa gimana gitu"Katanya.
"Nggak sih, kan bukan cuma lo yang manggil"Ucap davin.
"Kalau mau manggil, manggil aja lagi" Katanya.
Arga berkelebat, dia menondong tangannya ke arah davin." Jangan-jangan lo suka lagi sama gue" Tuduh arga. Takut saja kan, karena arga ini masih normal.
Davin terdiam, ia langsung beralih melihat lurus ke depan. Davin menggeleng dan tersenyum, semakin buat arga takut dan mikir yang aneh-aneh.
"Kok, lo senyum?"
"Lo!"Arga membulat.
Davin menjitak kepala arga pelan," Otak lo sempit, lo mikir gue gay?" Arga mengangguk pelan.
Tawa davin memecah, "Gue masih suka liat cewek cantik."
"Tap—
"Lo, trisal, pandu, angga. Semua gue perhatikan karena, kalian semua sahabat gue. Jadi, jangan mikir gue gay karena gu perhatian sama lo" Jawab davin.
Arga bernafas lega," Syukur deh"
Setelah perbincangan singkat, mobil milik davin masuk ke dalam gerbang. Davin memberikan Kartu gold dan langsung di persilahkan masuk oleh satpam, yang sebelumnya melarang Arga dan pandu masuk.
"Gitu doang??" Tanya arga tak percaya.
"Kenapa ga?"
"Nggak papa"