Chereads / Miss Ceo VS Cowok tengil [On going] / Chapter 23 - Sila maling

Chapter 23 - Sila maling

Setelah mengatakan itu, vania langsung pergi meninggalkan Jordan sendiri di taman. Jordan ingin mengejar vania tapi, percuma saja jawabannya akan tetap sama. Jordan hanya menatap punggung vania yang semakin jauh.

"Aku pasti dapatin kamu lagi al"batin Jordan yakin.

***

Rapat meja bundar baru saja selesai, Arga menguap berkali-kali karena merasa ngantuk. Rasanya ingin cepat pulang ke rumah dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk.

Sebagian orang juga sudah ada yang keluar dari ruangan, Tinggal vania, yona dan arga. Arga berdesah, sembari menidurkan kepalanya di atas meja," Aduhh!! dengerin pidato udah kayak ngedongeng. Bikin bosen sama ngantuk" Gumam arga kesal.

Ponsel milik arga berdering. Tapi, rasanya arga enggan banget, untuk mengangkat. Jadi, ia biarkan saja. Tapi, Semakin di biarkan semakin menjadi. Arga mendengus, ia mengambil paksa ponselnya yang berada di dalam saku celana. "Adohhhhh, siapa sih anjing!!" Ucapnya geram.

Arga menekan tombol, menjawab panggilan. Tapi, tiba-tiba saja berhenti. Matanya membulat melebar , dengan refleks arga menggebrak meja sembari berjengit, " BANG GARA!" Pekik Arga, Suara arga sangat terdengar nyaring. Bahkan vania yang sedang sibuk berkutik di depan layar laptop saja menjadi sangat terganggu.

"MATI GUE! Mati, mati, mati" Arga menepuk dahinya. Mengucapkan kata " Mati" berkali-kali.

"Aduh, angkat nggak, angkat nggak" Arga membuat pilihan seraya mondar-mandir. Sebentar-sebentar berhenti, sebentar-sebentar jalan.

"Lah, cepet banget udah jam 18:00 aja. Astaga gue lupa pulang" Kata arga, Anak laki-laki itu menjadi sadar ketika melihat jam sudah menunjukan waktu sore.

Dari jauh vania memperhatikan arga sedari tadi. Keningnya menyipit, merasa heran melihat tingkah arga." Sedang apa sih dia?" Batin Vania sedikit penasaran. Tapi dia kembali sama aktivitasnya.

Arga mematikan data seluler ponselnya, ia melirik ke arah vania dan juga yona. Yona berada di sebrang meja, kayaknya sedang sibuk. Sementara Vania? arga bergegas menuju meja duduk Vania." Tante" Panggilnya.

Vania sengaja tidak menjawab, ia sibuk pada keybourdnya.

"Ish"

"Tante" Panggil arga lagi. Tapi, tetap saja vania memang sengaja untuk tidak merespon.

"Tante manis!!!" pekiknya.

Vania mendongak hanya memperlihatkan alisnya yang setengah naik," Apa?" katanya.

"Punya aplikasi grab?" Tanya arga santai, Sumpah ya arga kayak lagi bicara sama temen sendiri. Padahal, vania itu kan Seorang Ceo. orang penting dalam perusahaan Zulvan.

"Hmm"Sahut vania tanpa melihat wajah arga.

Senyum arga mengembang," Pesenin grab" Minta arga.

"Hah!!" Vania terkejut bahkan yona seorang sekretarisnya juga melakukan hal yang sama." Anak ini! Nggak ada takut-takutnya sama saya" Batin vania.

Yona berkelebat saat mendengar Arga meminta atasanya untuk memesankan sebuah grab." Ke-kejadian langka"

"Tann?? Helloo?" Arga melambaikan tangan tepat di hadapan Vania," Yee, malah bengong" Katanya.

Vania tersadar dari lamunannya, bukan lamunan biasa. Vania benar-benar tercengang bahkan menjadi susah untuk berpikir. "Hah? Apa? Kenapa?"

Arga menghelas nafas," Pesenin gue grab tan" Ucapnya lagi.

"Buat apa?" Tanya vania.

"Buat pulanglah tan, masak buat ngojek"Jawab Arga.

"Kamu sendiri kan ada, kenapa harus saya?" Vania melanjutkan kesibukannya.

"Ini situasinya yang nggak bisa di jelasin tan, sangat-sangat darurat. Pesenin gue grab entar gue ganti" Kata Arga lagi memohon.

"Nggak"

"Ish, tante pelit banget sih."

"Mending kamu pulang, jangan ganggu saya. Saya masih kerja, kamu tidak lihat?" Arga mendengus," justru itu, gue minta pesenin grab, mau pulang!!"Ucap arga masih berdiri di hadapan vania.

"Nggak" Tolak vania lagi.

Arga mengacak rambutnya kasar," Gimana ya" Arga tampak berpikir," Ibu vania yang terhormat, Wanita tercantik yang pernah gue lihat, pesenin grab ya. Entar gue bayar" Ucap arga memohon.

Vania tidak merespon, ia hanya geram. Anak kecil bisa-bisanya buat kata-kata manis untuk dirinya.

"Tante manis plisss!! Tolongin gue. Kali ini aja, pesenin gue grab yah, yah" Ucap Arga sembari menunjukan wajah puppy eyesnya.

Vania menghela nafas, lagian kenapa harus dirinya sih. Vania memberikan ponselnya pada arga dan menyuruhnya untuk memesan sendiri.

"Pesan sendiri" Katanya.

Arga langsung mengambil ponsel itu dari tangan vania," Nahh!! gitu dong" Ujar arga senang.

Arga segera memesan grab untuk menjemputnya. Setelah selesai ia belum mengembalikan ponsel vania. Arga sedikit mengintip ke arah vania yang masih sibuk di depan laptop. Senyum nakalnya merekah, sebenarnya arga sengaja, karena hanya ingin mengambil nomor handphone vania secara diam-diam.

Arga memasukan nomor handphone nya di ponsel vania. Lalu, ia memanggil nomor tersebut." YESSS" Batin Arga. Arga segera menyimpan nomor vania di ponselnya, ia mengetik nama (Tante manis).

Arga memberikan lagi pada vania," Makasih ya tan hehehe."

"Iya"

Arga menarik kursi di samping vania, sambil nunggu grabnya datang ia pengen gangguin vania. Tapi, keburu ada yona.

"Bu vania" Panggil Yona.

"Ada apa yon?"

Yona memberikan selembar kertas dan menyuruh vania untuk menanda tangani surat tersebut.

"Silahkan di periksa bu" Katanya.

Tingg

Pemberitahun pesan dari ponsel vania masuk, pesan itu, dari Om grab yang arga pesan.

"Tan, grab nya udah sampe?" Tanya arga.

"Kamu lihat sendiri" Vania memberikan ponselnya.

"Siap-siap ngadepin perang dunia"Kata arga dalam hati.

"Yaudah, makasih tante cantik" Arga melambaikan tangannya ke arah vania dan berlari keluar.

***

Arga sudah duduk di dalam mobil grab, beruntung si davin tadi ngasih arga uang. Coba kalau enggak. Yang terpenting sekarang, bagaimana arga selamat dari perang maut nanti.

Sedari arga pulang sekolah, sampai sore ini dia belum ada pulang ke rumah. Bahkan tidak ada mengabari kakaknya, dia habis dari mana. Beberapa menit perjalanan akhirnya sampai juga di rumah. Arga turun sembari memberikan uang pada supir grab. Tapi, ternyata sudah di bayar.

"Sudah di bayar lewat gopay dek" Katanya.

"Hah? Serius" Supir itu mengangguk.

"Alhamdulillah!! Makasih mas" Kata arga senang, uang yang di berikan davin masih utuh.

Arga segera masuk ke rumah. Sebelum masuk, arga membuang nafas pelan dan menariknya dalam-dalam. Dengan berani ia melangkahkan kakinya, ternyata tidak ada siapa-siapa. Arga terselamatkan, akhirnya bisa bernafas lega.

Arga menutup pelan pintu dan ingin berbalik, Suara milik bas gara mengejutkan Arga hingga ingin berteriak.

"Dari mana lo?"

Arga menelan salivanya, ia melirik ke belakang"Huwaaaa!!! Bang Gara ngagetin aja sih" Kata arga sedang mengatur nafasnya. Benar-benar membuat arga jantungan, ampun deh kalau sudah berhadapan dengan abang satunya ini.

"Kalau di tanya itu, di jawab. Bukan diam" Gara berdiri, sembari melihat arga dengan tatapan hujam.

"I-iya bang"

"kemana aja lo?"

"A-nu... Acara bang" Jawab arga.

"Acara apaan?"

"Acara sama temen"

"Harus pakek acara kabur? Nggak bisa ijin? Perbanyak belajar dari pada main. Mama sama papa dari tadi khawatir sama lo. Yang repot jadinya siapa?" Suara gara mengeras.

"I-iya bang sorry"

"Yaudah sana"

Arga berlari melewati tangga, bersyukur selamat, Biasanya si gara bakalan ngomelin arga lebih lama. Tapi, untung saja ini hanya sebentar.

Arga membuka pintu kamar. Tapi, ia tersadar saat melihat kakak sulungnya berada di kamar arga, Sila sedang mencari-cari sesuatu di kamar arga. Arga membulat, dan berteriak kencang.

"LO NGAPAIN DI KAMAR GUE? MAU MALING YA!" Teriak arga.

Sila menoleh,"Lo kali yang maling"

"Maling maling maling maling" Teriak Arga, membuat seisi rumah semua berlari ke lantai atas.

"Mana yang maling?" Tanya Bashan sembari membawa senapan.

"Tuh! Si teteh yang maling. Maling kemera di kamarnya arga" Ujar arga bersidekap.

"Eh, gue nggak maling ya. Gue cuma ambil kamera yang lo pinjem berbulan-bulan dan nggak balik-balik" Jawab sila ikut memanas dan tak terima.

"Kalau lo nggak maling, berarti lo mau cabul?" Tuding arga semakin menjadi.

"Lo kali yang tukang cab—"

"Arga! Jaga ucapan kamu. Dia kakak kamu, paham."Lina membuat semuanya terdiam.

"Sil, mending lo balik ke kamar" Suruh gara.

"Awas lo!" Sila menatap tajam, ia menghentakkan kakinya di depan arga. Baik keduanya masih sama-sama memandang, seolah ada peluru yang akan menembus mereka berdua.

Arga membuang mukanya.

"Kamu juga arga, dari mana kamu sehari ini baru pulang? Kabur dari kakak kamu, pakai bohong segala." Tegur bashan.

"Arga ada acara pah"Jawabnya.

"Acara, acara. Kayak orang penting aja kamu"

"Kan calon orang penting pah"

"Arga! Jawab terus ya kamu." Bashan menghelas nafas," Habis ini, temui Papa di ruang kerja, Gara juga" Ucap Bashan, kemudian keluar dari kamar putranya bersama lina.

"Iya pah" Lemas arga.