Chereads / Miss Ceo VS Cowok tengil [On going] / Chapter 22 - Om ngapain?

Chapter 22 - Om ngapain?

Sesampainya di tempat tujuan, Arga turun dan keluar dari mobil davin. "Makasih mas" Ujar arga sembari menutup, kemudian ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung zulvan.

Davin mengangguk. Namun, saat ingin memutar balikan mobilnya. Ponsel milik davin berdering dengan segera ia mengangkat. Tetapi, Matanya membeliak Ketika ia melihat tulisan Nama di kontak layar ponsel, tiba-tiba saja mimik wajahnya mendadak berubah.

[Daddy] : "kenapa telat?" Tanya Daddy Davin dengan suara tajam.

[Davin] : " Ada urusa—

[Daddy]: " DIGO! ini bukan waktunya untuk main-main, sadar dengan status kamu yang sekarang! Kamu, bukan lagi anak-anak SMA, yang kerjanya cuma main, dan belajar."

[Davin] : "I know dad. Tapi,"

[Daddy]: "Tidak menerima alasan!" Sambungan telfon langsung terputus, Davin memukul setirnya dengan kuat, Rahangnya mengeras.

"Dasar, tua bangka berengsek!" Umpat davin gondok dan langsung meninggalkan lataran gedung Zulvan.

***

Vania masih berada di ruang kerjanya, dari pagi sampai sekarang dia belum pulang. Masih memeriksa beberapa produk baru dari brand ZUVA yang baru saja masuk.

Sekertaris yona juga berada di sana, ia sedang membantu vania memilih koleksi ZUVA yang akan di promosikan besok hari.

"Bu" Panggil yona, yona berjalan mendekati Vania dimana dia duduk.

Vania mendongak," Ada apa?" Tanyanya.

"Saya mau usul pendapat bu" Ucap Yona.

"Oh, boleh-boleh. Mau usul apa yon?"

Yona menjelaskan tentang pendapatnya mengenai busana yang nantinya akan di pakai oleh model ZUVA. Ada sepuluh Barang yang akan di promosikan oleh perusahaan Zulvan, terkait produk yang lagi booming- boomingnya akan membuat barang melonjak naik. Tidak hanya model pria saja, model wanita juga ikut berpatisipasi. Karena Brand ZUVA tidak hanya mengeluarkan pakaian khusus pria tetapi, juga wanita.

"Usulan kamu bagus juga yon, oke. Saya terima"Kata Vania mensetujuinya.

Yona terlihat senang," Terimakasih bu" Yona menundukan kepalanya dan kembali ke tempat duduk.

"Oh iya, yona yona" Panggil vania, Yona berbalik " Kenapa bu?" Tanyanya.

"Para model sudah kamu beri tau tentang rapat hari ini?" Yona mengangguk," Sudah bu" Jawabnya.

"Oke. Sekarang jam berapa?"

Yona tampak melirik arloji di tangannya," 14:50 bu" Katanya.

"10 menit lagi kita ke ruangan" Ucap Vania.

"Siap bu"

***

Arga menunggu di loby sembari rebahan di atas sofa panjang. Ngadem dulu di depan ace, katanya. Arga memasang earphone dan membuka aplikasi Mobile legend. Tanpa rasa beban, dengan santainya arga menaikan satu kakinya, pandanganya hanya fokus menangkap ponsel.

Tawa arga memecah saat mendengar suara Trisal sama pandu lagi debat di Voice mic. Semua karyawan yang ada di sana refleks melihat arga yang tertawa terpingkal-pingkal sedang menahan perutnya yang sakit.

"AWAS AJA KALAU SAMPE GUE KALAH, GUA SUMPAHIN LOOO SEMUA MATI!!!!" Suara Pandu tampak mengancam , Arga, Trisal, dan angga.

"Pakek sumpah,sumpah lagi. Kalau mati mah mati aja. Berarti bukan rezeki lu" Sahut Trisal.

"Bacot banci" Jawab trisal.

"Sal, sal anjir lord mundur jangan buta map. Bisa main kagak sih!" Cerca pandu.

"Yang namanya lord itu otomatis digerakin maju, mana bisa mundur." Trisal membenarkan.

"Astga astga, pe-perut gue sampe sakit..." Arga memukul-mukul sofa dengan keras karena tak bisa menahan geli tawanya.

Sementara itu, arga tidak menyadari bahwa banyak karyawan yang sedang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Terlebih beberapa model senior yang melakukan hal sama terhadap arga. Vania yang pada saat itu hendak masuk ke ruang rapat,tertegun melihat banyak orang berkerumun di satu tempat. Vania yang penasaran segera pergi ke tempat itu. Saat sudah sampai, vania melihat arga yang heboh ketawa- ketiwi sendiri di ruangan loby.

"Anak ini" Batin vania geram, vania bersidekap berjalan mendekati Arga yang duduk di sofa,"Argaa" Panggil vania. Tapi, tidak di jawab oleh arga. Anak itu masih berkutik dengan ponselnya seperti tidak perduli.

"Argaa!!!" Bentak vania sekali lagi.

Arga tersentak, dia langsung berjengit dan melempar ponselnya. Mata arga melebar dan mendadak segar saat menatap wanita cantik berdiri di hadapanya.

"Ta-tante manis! Tante manis kok di sini?" Tanya arga nanap.

"Seharusnya, saya yang bertanya sama kamu! Kenapa kamu masih di sini?"

"Eh,— anu i-iya eh" Arga tidak tahu, harus menjawab apa,"Aduh kenapa gue jadi gugup."

Vania melayangkan pandanganya pada pakaian yang di kenakan sama arga. Manik matanya menyusuri dari ujung kaki sampai kepala berulang-ulang," Apa yona tidak memberi tahu, kalau tidak boleh pakai kaos"Gumam Vania.

Arga yang di tatap seperti itu langsung tersadar, ia merapikan kaosnya dan rambutnya yang tampak acak-acakan.

Mata vania kembali menatap arga yang cengengesan," Kurang meyakinkan"Katanya.

Arga menggaruk tengkuknya, ia benar-benar terlihat bingung, karena banyak sepasang mata yang sedari tadi melihat ke arahnya dengan sinis.

"Masih di sini?"

"A– anu...e iya gu-gue lagi nungguin rapat tan– eh anu bu vania" Jawab arga gugup.

"Liat jam!" Suruh vania.

Arga mengambil ponselnya di atas sofa dan melihat jam yang ada di sana. Arga benar-benar tercengang saat melihat jam sudah menunjukan pukul 15:10. Arga telat 10 menit" Sudah lewat ya, hehe" Arga menggit bibirnya sembari menahan malu.

Vania menggeleng, Sebenarnya mamanya dulu mengidam apa sih? Sampai kelakuan anak begini. "Kamu sudah menggangu ketenangan karyawan saya, apa yang kamu tertawakan?" Tanya vania tanpa beralih. Karena sedari tadi vania hanya melihat arga asik tertawa tanpa memperdulikan sekitar.

"Yampun, nih tante galak banget" Batin arga.

"Kenapa diam?"

"Eh, nggak. La-lagi lagi ah yah Nonton dono kasino"

"Hah?" Vania tergemap.

Vania membuang nafas kasar,"Yasudah, langsung ke ruang rapat. Saya tidak mau melihat hal ini terjadi lagi" ujar vania langsung berbalik badan.

"Siap ta– eh bu vania" Arga memukul mulutnya keras," Tante mulu nih mulut."

Arga menghela nafas," Cantik-cantik serem."

"Siapa sih dia?" Bisik salah satu karyawan.

"Model ZUVA"

"Hah? Modelan begini di angkat jadi model ZUVA? Bu vania buta, atau gimana? Kelakuannya aja minus"

"Yaampun!! Ganteng banget, Mukanya gemes" Seru segrombolan wanita.

"Katanya masih kelas 11 SMA"

"Pantes, orang dedek gemes"Serunya lagi.

Arga mengambil ranselnya dan berjalan di belakang vania. Pandangan para karyawan tak lepas sedari tadi, Arga tak mengambil pusing lebih tepatnya tidak perduli dengan cercaan orang-orang.

Sembari berjalan arga bermain ponsel,ingin melanjutkan game yang tertunda. Arga terpaksa Afk karena tadi Vania tiba-tiba sudah ada di depannya.

Arga membuka aplikasi WhatsApp dan sudah menerima ribuan pesan makian dari sahabat-sahabatnya.

[GRUP SIMALAKAMA]

[Trisal]

Bangsat arga Afk

[Pandu]

Si anak anjiwn,keluar lo!

[Pandu]

Si angga ikut-ikut afk lagi

[Angga]

Boker tadi, mau cebok

[Trisal]

Jorok

[Pandu]

Ga keluar lo anjing

[Arga]

Sorry, sorry gue tadi di marahin ama tante manis

[Davin]

Di marahin kenapa?

[Trisal]

Wih mas dapin muncul

[Arga]

Gara-gara main Ml

[Trisal]

Hahahaa

[Angga]

Bayangin muka arga di marahin ama tante-tante

[Davin]

Jangan Ml terus, kerjakan tugas kalian

[Trisal,pandu,angga,arga]

Siap pak guru

Brukk

Karena tidak fokus jalan, arga menubruk Vania yang berhenti di depan. Dada bidang arga menabarak belakang kepala vania, walaupun vania memakai hils tetap saja Arga lebih tinggi.

"A—aduh!! Tante ngapain sih pakek berhenti?" Tanya arga kesal.

"Udah tau pendek juga"Gerutu Arga.

Vania tidak menggubris, wanita itu masih mematung melihat seseorang yang sangat familiar. Kening arga mengerut dan mengikuti arah mata vania yang tak melepaskan pandanganya. Arga tak kalah terkejut, ia membulatkan matanya.

"Om Jordan!!"Pekik Arga

Pria yang merasa di panggil namanya itu langsung beralih pada anak remaja yang berdiri di belakang vania." Arga?"

"Om, ngapain di sini?" Tanya arga. Jelas arga mengenal pria itu, karena jordan adalah adik kandung dari Mamanya.

"Lah, kamu sendiri ngapain? Om ada urusan sama Alva"Ucap jordan sembari melihat ke arah vania.

Arga menoleh,"Alva? Oh, Tante manis"

"Arga, kamu kenal dia?" Tanya vania.

Arga mengangguk," kenal lah,Dia kan om gue"Jawab arga.

"Om?" Batin vania.

"Alva, aku mau ngomong sama kamu" Kata jordan langsung mengambil tangan vania dan menggenggamnya.

Vania menjauhkan jangkauan tangannya dari Jordan,"Lepas" Katanya dingin.

"Arga, kamu masuk dulu" Suruh vania.

"Oke"Arga melongos melewati mereka. Tetapi, sesekali ia menoleh ke arah belakang penasaran dengan isi perbincangan mereka.

"Om jordan ada perlu apa ya sama tante manis?" Batin arga sebelum masuk ke dalam.

Sementara, jordan mengajak vania untuk mencari tempat obrolan yang nyaman. Ia mengajak Vania ke taman. Sesampainya di taman, jordan menyuruh Vania untuk duduk dulu di bangku panjang.

"Cepat, Saya tidak punya waktu banyak! Karena sedang rapat"Ucap vania tanpa mau beralih.

Jordan memandangi Vania yang begitu Cuek dan dingin, jordan belum pernah melihat vania seperti ini. "Sayang—"

"Kalau ingin membahas hal yang tidak penting, lebih baik lain waktu saja"Potong Vania dan ingin pergi. Tetapi di hentikan oleh jordan, jordan menarik lengan vania hingga wanita itu berbalik.

"Pliss,sayang! Aku janji nggak akan lama" Suara jordan melemah.

"Jor kita sudah selesai, tolong berhenti memanggil saya dengan sebutan itu" Ucap Vania.

"Aku mau jelasin semua sama kamu" Kata jordan, tampak serius.

Vania berdecak, apa yang mau di jelaskan? Semua sudah jelas. Jordan pergi meninggalkan vania itu karena kemauanya sendiri. Setelah bertahun-tahun pergi, dan sekarang ingin kembali dengan alasan ingin menjelaskan semuanya, walaupun nantinya vania akan mendengarkan semua jawaban dari jordan tidak akan bisa mengubah hati Vania yang sudah membeku dan terkunci.

Vania menghela nafas," Oke, 10 menit" Vania masih bersidekap, enggan untuk duduk.

"Sayang—"

"10 menit" Kata vania lagi sembari melirik arlojinya, pertanda waktu sudah berjalan.

"Alva, aku kangen sama kamu—"

"9 menit"

Jordan berdecak pelan, menghela nafas kasar." Oke..." Jordan menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

Jordan beranjak dari duduknya, ia berdiri di hadapan vania. Menatap dalam mata itu, mata coklat yang selalu jordan suka, jordan menahan sesak saat vania selalu berpaling. Memang sudah semestinya wanita itu membenci dirinya.

"Al, Aku mau minta maaf sama kamu. Maaf, kalau dulu, aku pergi ningglin kamu. Aku sadar, kalau kamu yang terbaik buat aku. Al, aku pengen kamu balik sama aku. Aku kangen sama kamu Al" Ucap jordan masih menggengam tangan vania. Vania hanya diam, sama sekali tak menggubris ucapan jordan.

Jordan menunduk, tak terasa rinai matanya terjatuh membasahi pipi tirusnya. Mungkin, ini kali pertamanya vania melihat jordan menangis atau memang sikap buayanya yang mulai beraksi. Demi apapun, Vania tidak mau jatuh ke dalam lubang yang sama lagi.

"Alva" Lirih jordan,"Balik sama aku ya! Aku janji, setelah ini, aku bakalan bahagiain kamu, aku nggak akan pernah biarin kamu terlu—"

"Sudah 10 menit, kalau begitu saya permisi" Vania melepas genggaman Jordan. Tapi, lagi-lagi jordan menariknya.

"Sayang"

"Cukup jor! Nggak, ada lagi yang perlu kamu jelasin.Sudah lewat 10 menit, dan Satu lagi, jangan ganggu saya. Ingat! Kita sudah selesai! Nama Alva sudah mati di 7 Tahun yang lalu" Ucap vania, Vania menatap tajam, sembari menodong telunjuknya ke wajah jordan.