Trisal tampak mengaduk-aduk juice yang baru saja di pesankan oleh Arga. Trisal menyeruput sembari menoleh ke arah arga, mereka mendengarkan cerita arga tentang pertemuannya dengan Ceo Zulvan. Termasuk pandu yang sudah mengetahuinya.
Trisal terkejut menatap arga," Serius! Ceo Zulvan Cantik?" Tanya trisal tidak percaya.
"Serius lah, bukan cantik lagi. Tapi, cantik banget!!! Mana tajir pula. Ya kan pan?" Kata arga sambil menoleh ke arah pandu.
Pandu mengangguk." Gedung perusahaanya udah kayak hotel berbintang 5, campuran gaya Clasic Eropa" Tambah pandu.
"Gerbang gedungnya udah kaya istana, di dalam gedung udah ada Mall khusus untuk karyawan"Kata arga membuat mereka heboh.
"Itu bukan kaya lagi ga. tapi, neneknya kaya"Ujar angga.
"Kagak salah sih, Zuva kan brand luar negeri yang ada di indonesia. Pendapatan udah pasti lumayan"Kata Trisal.
"Job gue bakalan gede kalau jadi model di sana" Kata arga senang.
"Bakalan sering di traktir kita sama bos"Ujar pandu sambil melirik ke arah arga.
Arga tersenyum menyeringai," Lo semua tenang aja,gue bakalan traktir tiap hari, kalau gue sampe dapatin hatinya tante manis" katanya.
"Masih kurang aja sama angel"
"Kalau, ada yang lebih kenapa harus menetap? Ibarat, lo di suruh milih, barang bekas sama barang bagus? Jelas, lo pilih barang bagus kan?!" Ucap arga.
"Emang, berapa sih umurnya? Kok, lu manggil tante?" Tanya trisal.
Arga terkekeh," 25" Jawab arga, padahal sebenarnya dia asal menebak saja.
"Hah!!"
"Serius, 25! Itu muda banget anjayyy"Seru Trisal.
"Umurnya 35" Jawab Davin.
Mereka semua terperangah, Arga yang sedang asik menikmati bakso panas, tersedak gara-gara mendengar omongan Davin.
"Aer... aer" Teriak arga.
Angga memberikan sebotol aqua untuk arga, arga segera meminumnya. Dia kembali menatap davin.
"35???" Tanya mereka semua termasuk arga.
Jawaban ini sungguh mengejutkan arga, pasalnya dia hanya mengira umurnya sekitar 25 Tahun. Tidak pernah menyangka bahwa Wanita pemilik wajah manis itu ternyata sudah berumur 35 Tahun. Umurnya sudah mau berkepala 4. Sudah pasti, seumuran dengan kedua orang Tua arga.
Davin mengangguk, dan itu semua memang benar. Vania, seorang Ceo di perusahaan Zulvan adalah wanita yang sudah berumur hampir 40 Tahun dan masih single sampai sekarang. Wajahnya terlihat manis dan bentuk tubuhnya yang kecil membuat siapa saja yang melihatnya akan keliru.
"Ah, serius lo masa 35!" Kata Pandu tidak percaya
"Lo cari aja di internet "Jawab Davin.
"Mas davin kata siapa dah, Yakali 35 mas, gue yang udah lihat aja, masih kagak percaya tu tante umurnya 35" Ucap Arga.
"Gue serius! Lebih tepatnya, seumuran sama nyokap lo"Kata davin lagi.
"Tapi, cantik banget woi!! Masih keliatan awet muda" Arga masih kekeh.
Trisal tampak berpikir, "Berarti kalau masih single, Perawan tua dong!! Kan kagak nikah nyampe umur segitu"
"Eh, bener juga" Pandu sama angga membenarkan.
"Yee, privasi orang masih perawan sama nggak, ya nggak ada yang tau. Bisa aja kan dia main-main di belakang"Jawab Arga meyakini.
" kayak lo tau tau aja ga"Kata Trisal.
Suara bell istirahat berbunyi, Siswa-siswi yang ada di kantin semua kembali ke dalam kelas. Termasuk geng simalakama yang sudah beranjak dari duduknya.
"Bentar gue bayar dulu"Kata arga, arga berjalan ke arah warung bu iem dan membayar semua totalannya.
Usai membayar mereka berlima kembali ke dalam kelas masing-masing. Arga merangkul bahu trisal sembari melanjutkan Cerita mereka di kantin.
Namun, canda tawa mereka berhenti. Ketika Gara sudah berdiri di hadapan mereka. Tatapan tajam yang hanya di tunjukkan pada arga membuat siapa saja yang melihatnya merinding termasuk arga.
"Lo duluan aja, gue ada urusan" kata arga.
"Oke deh. Gue duluan, baek-baek lo" Ucap Trisal menepuk bahu arga sembari menunjuk ke arah gara. Arga melirik ke abangnya, lalu mengangguk, menutupi rasa takutnya. Karena, arga tau kalau sudah seperti ini pasti ada sesuatu hal yang akan di sampaikan sama abangnya. Arga membiarkan trisal, dan davin masuk ke dalam kelas lebih dulu.
Arga membuang nafas dalam-dalam, sambil menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Arga mulai mendekati Gara yang masih berdiri di sana.
"Eh, bang gara. Ada apa bang?" Tanya arga sambil cengengesan, katanya biar suasananya nggak kaku-kaku banget.
"Kemana aja?" Tanya gara to the point.
"Bang gara kenapa nanya gitu ya? Apa dia tau, kalau gue tadi bolos" Batin arga belum menjawab pertanyaan gara.
Sudahlah itu tidak penting, arga kembali menatap gara. "Habis ngantin. Kenapa bang?" Tanya arga santai.
Gara menghelas nafas pelan, menahan emosinya. Tapi, ia berusaha bersikap selayaknya seorang kakak. "Tadi pagi kemana!" Katanya, sekaan tau semua kalau arga sedang berbohong.
"Ya sekolah lah ba—"
"Mau sampai kapan lo kayak gini?" Potong Gara.
Arga berkerut, berusaha mengerti ucapan Abangny. "Maksudnya bang?" Tanya arga.
Gara memberikan surat peringatan untuk Arga, surat dari ruang bk. bola mata arga membulat lebar, ia mengkerut. " S-surat apa bang?" Tanya Arga sedikit gugup.
"Surat panggilan orang tua. Gue tunggu di rumah, lo bisa jelasin semuanya sama mama, papa." Jawab Gara langsung berlalu melewati arga.
Arga masih mematung. Namun, sebentar dia langsung sadar.
"Bang, bang gara!" Terisak arga di koridor sembari mengejar gara.
"Bang, kok gue dapat surat panggilan sih? Kan, gue nggak ngelakuin apa-apa?" Tanya Arga yang masih belum tau letak kesalahanya dimana.
Kalau soal bolos tadi pagi, trisal sudah mengatur skenarionya. Kalau sampai gagal itu, terlalu banget.
"Lo nanya sama gue? Seharusnya gue yang nanya sama lo!" Kata Gara.
"Bang... gu—"
"Gue apa? Lo bolos pelajaran bu nining dan bilang mau ngejenguk nenek Pandu yang lagi sakit. Tapi, nyatanya nenek pandu nggak lagi sakit. Lo keterlaluan banget, nyampe bawa-bawa orang tua!" Marah Gara, wajar saja gara marah. Apalagi, arga adalah adik bungsunya yang memang harus di kasih tahu kalau dia salah.
Arga menggigit bibir bawahnya, jantungnya bedetak cepat tidak karuan. Bukan karena jatuh cinta tapi, gelisah mikir soal gimana tanggapan mama, papanya nanti.
Demi apapun deh kalau soal ngelawan arga lebih berani melawan Kakak pertamanya yaitu sila. Tapi, kalau sudah berurusan dengan Gara lebih baik arga diam dan menurut saja.
Walaupun, Gara di lihat- lihat itu seperti anak pendiam, jangan salah deh. Gara lebih berbahaya dari Papanya.
"Anu..."
"Jelasain di rumah, gue sibuk" Kata gara langsung pergi dari hadapan Arga. Gara hanya menatap kepergian gara yang semakin hilang dari pandanganya.
Bahkan beberapa dari siswa ada yang mendengar dan melihat perbincangan mereka. Memang sebuah kelangkaan kalau soal bicara tentang Gara.
Arga mengacak rambutnya kasar, ia menendang tiang tembok." Sialan anjirr!!" Umpat arga. Tapi, sesaat dia mengaduh kesakitan karena kakinya yang tidak sengaja menendangnya dengan sangat kuat.
"Ah, sakit banget. Anjing lo sialan!!"Murka arga pada tiang dan menedangnya sekali lagi. Lagi, lagi kebodohan yang di lakukan arga sudah tahu sakit tapi, masih saja di ulangi.
Beberapa siswi yang melihat arga tertawa kikik.
"Udah, tau tembok masih aja di tendang. Oon banget"Tawa mereka pelan.
"Woi, lo barusan ngomong apa??" Tanya arga marah bercampur malu.
"Ng-nggak ada" Kata mereka langsung lari terbirit-birit.
Arga mendengus, ia berbalik badan dan berjalan menuju kelasnya. Sesampainya di depan kelas, arga langsung berteriak memanggil trisal.
"Trisaalllllll" Teriaknya, tidak perduli kalau Kelas sebelah lagi ada pelajaran.
"Sallll" Katanya lagi.
Arga melangkah cepat mendekati Trisal yang duduk sambil bermain game. Arga menggeram ketika trisal tidak menanggapinya. Ia melepas earphone di telinga trisal yang membuatnya tidak mendengar teriakan arga.
Arga langsung berteriak kencang tepat di telinga trisal.
Trisal yang terkejut langsung melempar ponselnya di atas meja, "Bangsat, suara lo mirip toa anjing! Ngedenger sekali aja bisa bikin telinga gue budek"Omel Trisal mengelus telinganya pelan.
"Makin budek lagi kalau, lo keseringan pakek hengset!" Sahut arga.
"Ya, kan bisa pelan. Pakek kelembutan dikitlah" protesnya.
"Nggak, ada kelembutan buat orang kayak lo. Langsung ke intinya aja, kenapa gue bisa dapat surat panggilan?" Tanya arga.
"Su-surat panggilan?" Ulang trisal.
"Iya coeg. Lu gimana sih,bikin surat ijinya?! Gue sampe di omelin ama bang gara"
"Sesuai sama yang lo bilanglah . Kenapa, emangnya? Si pandu juga gitu?" Tanya Trisal.
"Nggak, tau juga. Tapi, yang jelas semua rencana gagal total" Emosi arga, arga kelihatan prustasi banget. Masalahnya kalau sampe ke telinga Mama, papa arga uang saku bakalan di potong. Bahkan bisa nggak dapat uang jajan.
Davin yang hanya menyaksikan pertikaian mereka, langsung memberikan bungkusan pelastik berisikan kue coklat untuk arga. Nggak tau motivasinya untuk apa.
"Kalau lagi nyelesain masalah jangan sambil marah-marah" Katanya.
Arga menoleh,ia menatap bungkusan yang masih berada di tangan davin. Arga mengambilnya tapi sambil berdecak," Mas davin, kalau gue lagi serius jangan di sogok" Katanya.
Arga mengigit kue itu dengan perasaan kesal.
"Jangan di sogok tapi, di makan juga" Sindir Trisal.
"Sirik aja lo"Ketus Arga, jujur saja arga masih memikirkan tentang surat panggilanya dari Bk.
"Kalau lagi kesel gini, lo lucu juga ga—"
Ucapan Davin terpotong ketika Arga dan trisal sama-sama melihatnya. Arga melirik ke arah Trisal, " Ini beneran mas davin bilang gue lucu?" Pipi arga memerah.
"Eh, ng-nggak Ma-maksud gue lo jarang banget kesel kayak gini kan?" Kata davin gugup.
Trisal yang tidak tahu arah alur pembicaraan ini kemana, hanya bengong saja. Tetapi, sesaat trisal menoleh dan menangkap arga pipinya sudah memerah seperti kepiting rebus. Hampir saja trisal ingin tertawa.
"Lo ngeblush?" Tanya Trisal menahan tawanya.
Arga menyikut bahu trisal keras," Ngacok lo!" Katanya.
"Biasanya, di balik kata ngacok ada rahasia" Ucap Trisal membuat arga salah tingkah.
"Apasih, gajelas banget yanto!!"
"Anjrot yanto hahah, orangnya lagi ngajar di sebelah begok"
"Bodok"Jawab arga tak perduli, arga kembali menggit kuenya. Di balik itu davin tersenyum.
"Jadi, cuma arga aja nih yang di kasih kue" Ucap trisal penuh penekanan, trisal melirik ke arah bungkusan yang ada di tangan arga.
"Bilang aja lo mau" Pamer arga sambil mengunyah.
"Sialan lo!"
"Vin, lo cuma beliin buat arga?" Davin menggeleng," Buat lo juga" katanya.
Arga tertegun, ia berhenti mengunyah dan kembali menatap davin." Kirain buat gue aja" Batin arga kesal.
"Tuh kan! Sini mana bagian gue" Trisal langsung merebut.
Arga berecak," Ganggu lo anjing" Arga langsung memberikan pada trisal. Nggak tau pokoknya arga kesal.