Chereads / Miss Ceo VS Cowok tengil [On going] / Chapter 20 - Apartemen davin

Chapter 20 - Apartemen davin

Bell sekolah baru saja berbunyi, pelajaran hari ini sudah selesai. Bu anggun yang sudah selesai mengajar beranjak dari duduknya, sembari Menata buku paket yang tadi ia bawa.

"Ketua kelas tolong bawa buku ini ke perpus ya"Suruh bu angun.

"Baik bu" Jawab albar sang ketua kelas.

"Jangan lupa Untuk besok bawa buku volio yang besar"Kata bu anggun sebelum pergi.

"Iya bu" Jawab mereka serempak.

Bu anggun keluar dari dalam kelas 11 IPS 3. Sedangkan, arga masih duduk santai sambil melihat teman-temannya yang buru-buru ingin pulang. Ponsel arga bergetar yang berada di bawah laci meja, ia mengambil ponsel tersebut dan melihat pesan singkat dari Gara.

[Bang Gara]

Di parkiran

Bibir arga bergerak pelan membaca pesan dari abangnya. Di parkiran, orang juga tahu kalau ada parkiran. Tapi, pesannya singkat banget. Tidak, bisa apa, di perjelas. Untuk kemampuan otak seperti arga di suruh mikir dan mencerna ini gampang-gampang sulit.

"Sal"Panggil arga, arga kembali memasukan ponselnya dalam saku celana dan mulai beranjak.

"Ha" sahutnya masih duduk.

"Gue pulang bareng lo yaa" Ucap Arga.

Trisal menoleh" Tumben, kagak pulang ama kakak lo?" Tanya Trisal kembali fokus ke ponsel.

"Gue takut sama bang gara" Katanya sambil nyengir.

"Takut?" Trisal terkekeh," Ngambil foto absnya aja berani, masak ketemu aja takut, ciut banget mental lo. Katanya mental baja"Ujar Trisal mulai beranjak.

"Yee, lo kan tau sendiri abang gue gimana. Yah, yah gue pulang bareng lo"Arga memohon.

"Nggak, bisa beb. Gue mau jemput adek gue di sekolah lain" Jawab Trisal.

"Yah, kok lo gitu sama gue. Katanya temen"

"Kan ada davin"Saran trisal sambil melirik ke arah davin yang masih sibuk menyatat.

Arga menoleh, ia melihat davin masih sendiri berkutik di atas meja. Memang davin ini paling rajin dan pinter. Cuma salah bergaul aja, anak sepintar davin bisa-bisanya berteman dengan arga. Yang anaknya malas belajar dan nggak ada niat sekolah. Ambisiusnya cuma tentang Uang.

Ponsel arga kembali bergetar, sudah pasti dari Abangnya. Arga membiarkannya saja, kali ini dia punya rencana. Tapi ponselnya selalu bergetar terus-menerus, kalau Gara nggak mungkin nyepam kaya gini.

Saat arga membuka layar ponsel dan melihat beberapa puluh pesan dari Kakaknya yaitu sila. Arga mendengus ketika membaca pesan mematikan itu.

[Teh Sila]

Kemana si

[Teh sila]

Keluar!!!

[Teh sila]

Udah capek hidup?

[Teh sila]

Sejam lo di kelas ngapain?? Keluar!!

[Teh sila]

Si gara lo apain dek? Gua takut.

[Teh sila]

MATI AJALAH LO ANJING!!

[Arga]

Iya teh

Hanya itu saja yang arga balas. Setelah itu kembali memasukan ponselnya dalam saku.

"Ga, gue duluan ya" Kata trisal.

"Oke, mati-mati di jalan"Ucap arga.

"Sialan lo" Umpat Trisal.

Arga terkikik dan kembali beralih pada davin. Sebenarnya arga nggak punya keberanian mau bilang apalagi, gara-gara kejadian tadi soal makan kue.

Tapi, kalau bukan davin siapa lagi. Arga memberanikan diri dan mendekati Davin di sana.

"Mass" Panggil arga dengan suara pelan.

Suara arga pelan banget, semut di tanah juga nggak bakalan bisa denger sama suaranya.

Di kelas tinggal ada Arga dan juga davin. Satu-persatu teman sekelasnya sudah keluar. Davin masih terlihat fokus menulis sesuatu di buku catatanya.

"Mas davin" Panggil arga lagi.

Arga mengulum bibirnya,"Aduh, mas davin budek atau gimana sih? Masak gua panggil-panggil kagak ngejawab"Batin arga.

Arga menepuk pelan bahu davin,"Mass"Katanya.

Davin menghentikan aktivitasnya. Ia mendongak mendapati arga sudah berdiri di sampingnya.

"Kenapa ga?" Tanya davin.

"Anu... umm. Gue boleh pulang bareng lo nggak" Ucap arga sembari mengalihkan pandanganya.

Davin berkerut," Pulang bareng?" Arga mengangguk.

"Hm—

"Ta-tapi, lo jemputnya di depan pom aja. Soalnya, gue bareng abang pulangnya. Aduh... gimana ya ngejelasinnya"

"Gue paham, lo pulang aja dulu. Nanti, gue nyusul dan nunggu di pom" Jawab davin dan dapat senyuman rekah dari arga.

"Yaudah, makasih ya mas" Ujar arga.

Arga mengambil tasnya dan langsung keluar kelas.

Di parkiran Sila dan gara sudah menunggu arga sedari tadi. Baru saja arga duduk, sila sudah mengomeli Adiknya. Arga yang malas mendengar ocehan dari Kakaknya langsung memasang earphone di telinga. Menyetel musik keras-keras kalau perlu supaya tidak mendengar suara sila yang kalau marah kayak cacing kepanasan.

Arga melirik sekilas melihat Salsa yang juga berada di sana. Salsa tersenyum ke arah arga ketika dia melihatnya. Arga memutar bola matanya malas dan kembali memainkan ponselnya.

Kendaraan mereka sudah melesat keluar dari lingkungan sekolah. Di pertengahan jalan sesuai dugaan Gara berhenti di pom untuk mengisi bahan bakar. Arga yang memang rencananya ingin kabur dan juga jam 15.00 sore nanti dia harus kembali ke perusahaan Zulvan.

Selagi mengisi bahan bakar, arga ijin dulu sama abangnya. Ijin ke toilet katanya.

"Bang, gue mau ke toilet" Ucap Arga.

Gara meletakkan ponselnya dan beralih menoleh ke belakang. Ia melihat adiknya dengan tatapan tak yakin. Namun, sesaat arga benar-benar terlihat menahan kencing.

Gara menghela nafas,"Jangan lama" Katanya.

Arga membuka pintu mobil dan keluar dari sana"Oke bang" Katanya sambil berlari.

"Lo percaya gitu aja?" Tanya Sila merasa tidak yakin.

Gara hanya mengangguk.

"Bang gara salsa juga mau ke toilet ya" Kata Salsa.

"Mau di temenin?" Tanya Sila yang menoleh.

"Nggak usah sil gue bisa sendiri"

"Yaudah"

Salsa tersenyum dan keluar dari mobil.

Sementara arga yang ijinnya mau ke toilet malah ingin kabur dari sana. Tapi, arga sengaja masuk ke dalam kamar mandi supaya tidak di curigai. Baru saja arga ingin menelfon Davin untuk menjemputnya, ternyata sudah di telfon duluan.

Arga yang ingin mengangkat telfon, terhenti saat membuka pintu ia berpas-pasan dengan Salsa yang baru saja keluar dari Toilet wanita.

"Arga, udah selesai?" Tanya salsa.

"Hmm, lo duluan aja" Suruh Arga dan beralih pada ponselnya.

[Davin] : "Ga, dimana?" Tanya Davin yang duduk dalam mobil saat ini.

[Arga] : "Gue Masih di toilet, lo dimana? Abang gue udah nunggu di depan, makin susah buat kabur" Jawab arga sambil melihat ke arah mobil yang di tumpangi Kakaknya sudah keluar dari pom dan menunggunya di sana.

[Davin] " Oke, oke gue masuk, sekalian mau isi bensin juga"

[Arga] : "Yaudah, mas buru"

Arga mematikan ponsel dan memasukan benda pipih itu dalam kantong celana. Tak lama kemudian mobil sedan berwarna hitam milik Davin masuk ke dalam pom. Ia mengklakson ke arah arga, memberi tahu untuk segera masuk ke dalam.

Davin memberikan uang pada petugas pengisian spbu. Arga menutup pintu mobil dan duduk di depan.

"Makasih " Kata davin mengambil kembalian.

Davin beralih menatap arga yang asik bermain game."Kenapa nggak pulang bareng kakak lo?" Tanya davin.

"Gue lagi kabur mas, gue ikut lo pulang ya" Kata Arga sambil melihat ke arah davin.

"Kabur?" Arga mengangguk.

Kening davin tertaut dalam. Namun, dalam sekejap davin langsung mengerti." Oh, gara-gara surat panggilan?"

Arga mengangguk, "Iya, Kalau gue ikut pulang, gue nggak bisa datang ke kantor Zuvan."

Setelah pengisian selesai, mobil milik Davin keluar dari pom dan melewati mobil yang di tumpangi kakak arga. Arga menundukkan kepalanya agar tidak terlihat.

Sementara salsa sudah duduk di dalam mobil. Gara melihat dari luar kaca jendela dan kembali memperhatikan jam yang ada di ponselnya. Sudah setengah jam dia menunggu arga tapi, tidak ada tanda-tanda dia keluar.

"Sal, tadi lo liat arga di toilet?" Tanya gara menoleh ke belakang.

"Iya bang. Tapi, salsa di suruh duluan sama arga" Jawabnya.

"Kok dia lama banget ya?" gumam arga.

"Jangan-jangan kabur tuh anak, bikin kerjaan aja" Gerutu sila.

"Coba lo cek" Suruh Gara pada sila.

"Yaudah,bent—"

"Biar gue aja yang liat"Potong Salsa yang sudah membuka pintu mobil.

Salsa menutup kembali pintu mobil, dan kembali melihat Arga di toilet. Hanya untuk memastikan apakah arga masih ada di sana. Sesampainya di toilet salsa mencoba memanggil nama Arga berkali-kali. Tapi, tetap saja tidak ada jawaban. Salsa membranikan diri, dia membuka pintu toilet khusus pria yang sempat di gunakan oleh arga.

Salsa terbelalak ketika tidak mendapati arga, salsa beralih pada satu ke lainnya. Tetap saja tidak terlihat batang hidung arga.

"Arga kemana?" Batin salsa.

Salsa berlari menemui gara dan juga sila, ia langsung masuk ke dalam mobil. Nafasnya terlihat terengah-engah.

"Bang, A-arga n-nggak ada di toilet" Ucap Salsa terbata-bata.

"Apa!"

Gara berkelebat ke arah salsa,"Nggak ada di toilet?" Tanyanya.

"Iya bang" Jawab salsa.

Gara menggeram,"Keterlaluan."

Gara beralih pada ponselnya dan mencari kontak nama arga. Gara segera menelfonnya. Dua kali panggilan dari gara tapi, tidak ada jawaban atau memang sengaja arga tidak mengangkatnya.

Gara berdecak,"Kita pulang" Katanya datar.

"Gue aja yang nelfon arga" Ucap sila yang hendak menelfon adiknya tapi, di hentikan oleh Gara.

"Nggak usah. Kita tunggu aja di rumah"Ucap Arga dan langsung menjalankan mobilnya.

***

Davin membelokkan setirnya, mobilnya masuk ke dalam basement apartemen. Arga melihat dari luar jendela berdecak kagum," Serius? Mas davin tinggal di apartemen kayak gini??"Batin Arga, dan kembali melihat davin menangkapnya tidak percaya.

Apartemen luxuriosus Recidance adalah apartemen yang tinggali oleh davin, termasuk hunian vertikal elit atau apartemen kelas atas yang memiliki fasilitas mentereng dan harga jualnya yang selangit.

Hanya orang-orang tertentu saja yang dapat membeli apartemen ini dengan harga yang fantastis. Harganya bisa mencapai 33 miliyar rupiah, terdapat lift pribadi, kolam renang indoor dan outdoor, hingga akses langsung ke pusat perbelanjaan.

Davin membuka seatbelt setelah sampai, ia mengerling ke arah arga yang masih saja bengong. Davin hanya menggeleng, ia membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras membuat arga terlonjak kaget.

"Sialan"Umpat arga.

Arga buru-buru membuka seatbelt dan keluar dari mobil. Arga mengejar davin yang sudah setengah jauh.

"Mas, tungguin dong" Kata arga yang berhasil menyusul davin.

"Mas davin, ini benaran, lo tinggal di apartemen elite? Gilaa!! Sumpah, gua baru tau kalau lu ternyata tajir" Decak arga berkali-kali menatap sekelilingnya, sembari memutar badannya.

"Seumur-umur baru kali ini, gue nginjakin kaki di sini mas!!" Arga menggeleng-geleng masih tidak percaya.

Davin langsung merangkul bahu arga," Ini, hadiah dari daddy gue. Kalau lo mau, boleh main ke sini" Kata davin manaikan satu alisnya.

"Makin seru kalau ngajak yang lain" Jawab Arga.

Davin tersenyum miring, ia melepas rangkulan dan masuk ke dalam lift. Apartemen davin berada di lantai 5 no B05.

Beberapa saat detingan lift berbunyi, mereka berdua keluar dari dalam lift. Berhubung pintu apartemen davin tidak terlalu jauh.

Dari semua teman Arga, hanya davin yang belum arga ketahui seluk beluknya. Yang arga tau davin juga termasuk anak orang kaya. Tapi, kalau ini terlalu kaya dan mengejutkan arga.