Mereka berdua turun di persimpangan jalan,sementara dua wanita itu sudah turun sebelum Arga dan Pandu.
"Pan, ini beneran alamatnya?" Tanya arga sembari menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
Arga memperhatikan setiap bangunan-bangunan tinggi dan besar. Ada satu bangunan yang seperti berbeda dari yang lain. Dari segi bentuk dan coraknya sangat menarik. Desain gedung itu terlihat antik, seperti bangunan Eropa Classic.
"Alamatnya yang di kasih, sih ini"Kata Pandu yang juga ikut membaca plang tulisan yang berada dekat gerbang.
Gedung itu ternyata berdiri kokoh di dalam gerbang yang tinggi."Gilaa! Nggak salah pan?" Tanya angga memastikan.
"Jl Cihampelas no 37 blok A Zul—van, bener nggak sih"Pandu masih membaca tiap kalimat yang tertera di alamat email.
"Sama pan, kayaknya ini. Yaudah ayo masuk"Ajak Arga.
Tapi, langkah mereka terhenti saat mau membuka pintu gerbang. Seseorang telah menghentikan mereka, seorang pria berpakaian serba hitam dengan lambang emas di dadanya menunjukan bahwa dia adalah penjaga gerbang tersebut.
Penampilanya memang sangat menyeramkan, terlihat dari wajahnya seperti orang tahanan.
"Maaf ada urusan apa?" Tanyanya, masih berdiri tegak dengan tangannya yang ia ikat di pinggang belakang.
"Eh, anu... mau ada kerja sama pak"Jawab Arga.
"Kerja sama?" Pria itu mengerutkan alisnya, melihat dari atas ke bawah penampilan arga dan juga pandu. Dari pakaianya saja sudah tak meyakinkan dan mudah untuk di tebak bahwa mereka adalah anak sekolah, apalagi pakaianya yang basah karena keringat membuat pria itu semakin tak percaya.
"Maaf, dek di sini bukan tempat bermain. Atau adek salah alamat?" Katanya.
Arga sama pandu saling menoleh satu sama lain. Arga menaikan alisnya,"Gimana?" Sorot matanya.
"Pak, kami bukan mau main. Tapi, mau ada pertemuan sama Ceo Zulvan"Kata pandu.
Pria itu tertawa mengejek melihat mereka, pasalnya peserta yang datang itu berpakaian rapi dan juga bersih. Bukan seperti dua anak ini yang masih memakai baju seragam sekolah di tambah keringat yang membuat pakaianya basah. Penilaian dari kerapian saja sudah jelek.
"Pak, pertemuanya sebentar lagi" Desak pandu yang ingin masuk ke dalam gerbang.
Tapi, buru-buru pria itu mencegahnya.
"Saya jelaskan sekali lagi! Di sini bukan tempat bermain. Dan satu lagi, sekarang memang jadwalnya peserta model baru bertemu dengan Ceo kami. Tapi, dengan penampilan kalian seperti ini.... jangan membohongi saya .Cepat kalian pergi dari sini!" Usirnya tanpa mendengar penjelasan mereka.
"Loh, pak pak siapa yang bohongin bapak sih?! Kami tuh datang ke sini karena di undang sama pihak zulvan"Ucap Arga tak terima.
"Saya tidak percaya, karena perusahan kami selalu memilih orang-orang yang terbaik. Kalau model seperti kalian?? Saya rasa itu mustahil. Lebih baik kalian pergi" pria itu hendak menutup pintu gerbang.
"Pak jangan di tutup, kita beneran di undang sama pihak zulvan" Kata arga mencegah sebelum gerbang itu sempurna tertutup.
Pria itu tidak mendengarkan ucapan arga, bahkan sampai gerbangnya sudah tertutup rapat. Tidak mau mendengarkan penjelasan mereka, karena mengagap Arga dan pandu hanyalah main-main saja.
"Pak, pak"
Brakk
"Ahh, siall" Arga menendang gerbang itu dengan sangat keras.
"Gimana sih tu satpam, masak kagak percaya sama kita. Itu beneran email asli kagak pan?" Tanya pandu.
"Asli ga, ini email beneran dari pihak zulvan. Masak iya mereka salah kirim"Jawab pandu yang ikut duduk menyenden di dinding gerbang.
"Ah, gimana dong pan?" Tanya arga yang sudah mulai prustasi. Dari awalnya yang kehabisan bensin, kelupaan bawa uang saku, dan sekarang tidak di ijinkan masuk karena penampilanya.
"Mungkin karena kita pakek seragam sekolah"Tukas Pandu.
"Keteranganya bebas pakai baju apa saja yang penting sopan. Nah, kita nggak salah lah. Pakek baju seragam kan sopan"Jawabnya.
Mereka berdua masih terduduk di pinggir jalan dekat gedung perusahaan zulvan. Masih mencari cara untuk masuk diam-diam ke sana.
"Iya juga sih"Kata pandu membenarkan.
"Lagian rencana awal setelah urusan selesai kita baru balik ke sekolah"
Pandu mencermati kata-kata arga, memang sedari awal mereka hanya datang, melihat pertemuan, dan apa saja persiapanya. Baru setelah selesai urusan mereka, mereka akan kembali ke sekolah untuk mengikuti pelajaran. Karena trisal
Sudah menulis surat ijin mereka, yaitu menjenguk Neneknya pandu yang sedang sakit dan di rawat di rumah sakit.
Pandu berkelebat ke arah arga ia seperti mendapatkan ide cemerlang. Pandu beranjak dari jongkoknya sembari membersihkan celana abu-abunya.
"Ga, gimana kalau Kita manjat aja ?" Saran Pandu.
"Manjat?"Tanya Arga, Pandu mengangguk menarik lengan arga dan membawanya ke sisi jauh dari gerbang utama.
"Manjat gimana maksud lo?" Tanya arga bingung.
"Manjat dinding, lo nggak mau kan kesempatan emas ini terabaikan cuma gara-gara kita pakai baju seragam"Arga mengangguk cepat.
"Nah, jalan satu-satunya adalah kita manjat. Satpam depan kagak bakalan tau soal ini" Pandu mencari tempat yang terlihat sepi dari pandangan dan jangkauan orang-orang sekitar.
"Boleh juga ide lo"
Mereka berdua berjalan mengikuti sampai mana pagar itu tertutup. Setelah sampai di tempat yang sepi, ternyata ada sebuah pohon besar di dekat pagar tersebut. Ini bisa menjadi tolak keberuntunganya.
"Ada pohon besar ga lumayan, gue yang manjat dulu mau liat dalamnya gimana"Ujar pandu.
Arga mengangguk membiarkan Pandu memanjat pohon besar tersebut.
Pandu sudah ada di atas pohon, matanya mengitari setiap lingkungan yang ia lihat. Gedung ini memang sangat mewah bahkan ada taman hijau di belakangnya.
"Sepi banget pada kemana?" Batin pandu yang masih di atas.
Pandu melambaikan tanganya,"Kagak ada orang, sepi!!"Teriaknya pelan dari atas.
Ketika pandu sudah memastikan, Arga juga ikut memanjat ke atas pohon. Arga sudah berada di atas pohon dia juga melihat isi di dalam gerbang itu. Selain gedungnya yang cantik, juga memiliki taman yang indah. Membuat kesan perusahaan ini sangat fantastic
"Keren banget anjir luarnya gimana dalamnya coba!!" Seru arga.
"Apalagi kalau lo beneran udah kerja jadi model di sini ga, Gaji lo bakalan gede, lo
Bakalan sering dapat job"Sahut Pandu.
"Ntapss!! Yaudah, sekarang cepetan. Keburu pak satpam itu liat kita " Kata arga menyuruh pandu turun duluan.
"Gimana caranya? Tinggi banget ga"
"Lompat lah begok" suruhnya.
"Gue duluan aja"Kata arga yang sudah siap dengan posisinya.
Arga melompat dari atas dan untung saja di bawahnya itu rumput jepang jadi tidak terlalu sakit.
"Buruan pan" Arga memperhatikan sekitarnya yang masih belum ada tanda-tanda orang melihat mereka.
"Iye sabar" Jawab pandu dan melompat dari atas.
Tapi, sebelum mendarat sempurna di bawah. Ternyata aksi mereka ketahuan oleh satpam tadi yang menjaga gerbang.
"Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?" Teriaknya, sembari berlari ke arah mereka.
"Mampus kita pan,"
Pandu masih menangkring di atas dan segara melompat ke bawah. Mereka berdua segera mengambil langkah seribu dan berlari kencang meninggakan tempat tersebut. Sebelum satpam itu berhasil menyusul mereka.
Mereka berdua berlari ke arah belakang dekat taman, mereka juga mencari pintu masuk sekalian untuk bersembunyi.
Pria yang mengejar mereka itu juga sudah sampai di tempat Arga dan Pandu menyelinap, mengedarkan pandanganya dengan wajah kesal.
"Sialan anak-anak itu, jangan sampai masuk ke dalam gedung" wanti-wantinya.
Pria itu berlari ke arah belakang tempat dimana arga dan pandu bersembunyi. Tapi, langkahnya terhenti saat melihat benda berwarna hitam itu tergeletak di hadapanya. Pria itu mengambil dompet milik pandu yang terjatuh saat berlari, ia membuka dompet itu dan melihat isinya ternyata ada Ktp di dalamnya. Semakin membuat pria itu yakin bahwa ini adalah milik dari kedua anak tadi.
"Pasti kalian bersembunyi di sini"Batinnya sembari tersenyum menyeringai.
"Dompet gue nggak ada ga"Kata Pandu yang tersadar.
"Hah? Dimana! Bukannya lo taruh dalam tas?"Tanya Arga dengan bisik-bisik.
"Awalnya emang iya, tapi udah gue taruh di saku celana"
"Ah, gimana sih lo. Kita cari tempat aman sebelum tu satpam nemui—"
Brakk
Arga dan pandu terkejut ketika mendengar suara dentuman keras dan suara pria yang semakin mendekat. Namun, ketika mereka bangkit berdiri satpam itu sudah berada di hadapan mereka.
"Kalian tidak bisa lari lagi dari saya, ayo ikut—"
Pandu melemparkan sesuatu pada satpam itu sehingga mereka punya celah untuk kabur.
"Anak kurang ngajar"Umpatnya.
Arga dan pandu sudah keluar dari ruangan itu, mereka berlari memutar ke tempat pintu masuk. Mungkin lebih aman sembari bersembunyi.
"Sekarang udah jam berapa tanya pandu"
"07:50"
"10 menit lagi"
Mereka sampai di pintu utama, dengan terengah-engah mereka mengatur nafasnya.
"Ngadem dulu ah panas"Kara arga yang mau masuk ke dalam.
"Mumpung ada ace"
"Pasti ada lah"Jawabnya.
Mereka masuk ke dalam dengan pintu otomatis yang terbuka, baru saja masuk sudah seperti terkena angin yang berhembus kencang. Mengeringkan keringat mereka, udara menjadi serasa segar.
Arga melentangkan kedua tangannya,"segernya!!" Seru arga tanpa perduli dengan tatapan orang di sekitarnya
Sementara pandu hanya asik memandangi para karyawan wanita,"Ceweknya banyak banget yang cantik-cantik."
"Permisi"
Arga dan pandu menoleh ketika mendengar suara wanita lembut. Mereka membulat dan matanya melebar, melihat seseorang bidadari yang sangat cantik dan juga sexy. Wanita itu hanya memakai rok sepan dan juga kemeja yang sedikit ketat.
"Maaf, adek adek ini siapa ya? Ada perlu apa datang ke mari?" Tanyanya.
Arga teringat tentang email kerja samanya," Kami di undang sama pihak zulvan buat datang ke sini mbak"Kata arga.
Wanita itu mengernyit, namun setelahnya ia baru paham.
"Oh, undangan peserta model?" Mereka mengangguk cepat.
"Sebentar lagi sudah mau mulai, mari saya antar ke ruanganya"Kata wanita itu berbalik badan dan hendak menunjukkan arah tempat ruangan berlangsung.
"Akhirnya!! Makasih mbak"Jawab mereka dan langsung mengikuti langkahnya.
Setelah sampai di depan pintu ruangan, wanita itu mempersilahkan Arga dan pandu masuk.
"Nanti, lurus aja ya dek ada ruangan lagi di dalamnya" Ucap wanita itu.
Mereka berdua mengangguk,"Makasih mbak."
Wanita itu tersenyum dan berlalu pergi dari sana.
"Mewah banget ya pan!! Rumah angel aja kalah" Katanya sambil membandingkan.
"Ho-oh"
"Eh, itu pintunya kan?" Tunjuk arga.
"Kayaknya, soalnya cuma itu aja pintunya."
"Ga, tinggal 2 menit lagi"
Mereka berlari kecil dan langsung membuka pintu itu dengan keras.
Brakk
Semua orang yang berada di sana terlonjak kaget, apalagi melihat anak SMA berada di gedung zulvan.
"A-akhirnya" Kata Arga, arga mengatur nafasnya dan mulai berdiri tegak.
"Tante manis!" Pekik arga keras ketika melihat sosok wanita mungil yang membantunya tadi.