Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Secret From the Past (LitRPG)

mmmaringt
--
chs / week
--
NOT RATINGS
21.5k
Views
Synopsis
Tak kusangka aku dapat menjadikan nyanyian sebagai keahlianku di game Laonnda. Padahal suaraku... Ah, maksudku, menyenangkan rasanya dapat menghabiskan waktu di sana dengan Andi, teman gameku. Tapi sayang, ketika aku mulai menyadari betapa pentingnya Andi dan bagaimana perasaanku terhadapnya, kita mal-... Tunggu! Aku tidak boleh membocorkannya. *** "Jika kau bukan orang jahat, kenapa kau tidak mempercayai siapapun? Kenapa kau sangat tertutup bahkan dengan teman yang paling dekat denganmu sekalipun?"
VIEW MORE

Chapter 1 - Ch 1: Dream

"Hari ini adalah hariku." Aku berkata dengan penuh keyakinan di depan cermin rias kamarku. Sambil bersenandung riang, aku menyisir rambutku perlahan, berusaha menatanya dengan elegan. Kusapu setiap kuas di wajahku dengan hati-hati. Hari ini harus sempurna, pikirku. Kesalahan sekecil apapun tidak boleh kulakukan. Bahkan sekecil rambutku acak-acakan atau gambar alisku tidak simetris.

Hari ini aku akan melakukan hal yang paling kuimpikan untuk pertama kalinya. Perasaan yang kurasakan saat ini sangat berdebar-debar karena aku akan melakukannya di depan banyak orang. Namun, aku meyakinkan diriku sendiri sembari memberikan semangat supaya semua orang nantinya dapat menikmati penampilanku.

"Sylp tidak akan mengecewakan kalian." Kukatakan hal itu sambil melihat pantulan diriku yang berapi-api melalui cermin.

Kini, riasan wajah yang keren nan elegan, berpadu dengan gaya rambut santai namun tertata rapi, dan baju panggung yang mempesona membuatku semakin percaya diri. Pakaian yang kupilih ini merupakan pakaian istimewa yang kuperoleh saat belanja ke Paris. Gaunku kala itu sedang populer dan aku merasa sangat cocok dengan gaya berpakaianku. Gaun dengan bagian atas ketat berwarna aqua dan bagian bawah begitu mekar berbentuk bunga dengan warna midnight blue bermotif marble. Yah, bagi sebagaian orang di masa ini akan menganggap seleraku kuno, namun bagiku itu yang terbaik. Puas sekali kupandangi diriku sendiri di depan kaca sambil berlenggak-lenggok mencoba gaya agar ketika tampil nanti tidak terkesan kaku. Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak semalam ke dalam tas favoritku. Tas bulu yang sangat lebut berwarna orange dengan bentuk kucing.

Sepatu berhak tinggi kupakai. Saat sudah bersiap untuk berangkat, aku baru sadar bahwa ternyata ada kebutuhan primer yang belum kupenuhi. Tepatnya aku baru sadar setelah mendengar suara perutku yang keroncongan. Bagaimana bisa aku melupakan hal sepenting itu. Tak mungkin aku bisa menampilkan yang terbaik dalam keadaan perut kosong.

Aku memutuskan untuk membeli makanan. Tapi aku menghindari semua jenis makanan yang berminyak dan minuman dingin. Kulihat gawai untuk melihat menu makanan yang menggairahkan. Aku memutuskan untuk memilih makanan salad makaroni dan kacang.

Makanan ini mengingatkanku pada waktu kecil dulu. Waktu itu, aku dengan bangganya menunjukkan kebolehanku di depan ayahku. Entah kenapa, ekspresi ayah saat itu sangat berkesan sekali. Bagaimana tidak? Aku yang saat itu tidak dapat bernyanyi sama sekali ingin menunjukkan nyanyianku pada ayahku dengan bangga.

Kali pertama ayah mendengar nyanyianku, rasanya ayah memiliki harapan yang besar bahwa aku nantinya dapat meraih impianku menjadi penyanyi. Ingat sekali saat itu aku berkata, "Ayah, Ayah harus mendengar suaraku sebelum suaraku ini didengar siapapun ketika aku menjadi penyanyi terkenal nanti."

Aku menyanyikan lagu lama tahun 2018, yang berjudul An Angel Cried oleh Ariana Grande. Lagu itu sering didengarkan oleh ayahku semasa aku kecil. Senyum ayahku langsung menghilang ketika aku mulai menyanyi bait pertama. Aku tidak begitu paham ekspresi ayah saat itu dan aku tetap melanjutkan nyanyianku.

Ketika sampai pada akhir bait lagu, aku tidak bisa mencapai nadanya. Tapi, bukannya berhenti dan berpura-pura batuk sambil berkata bahwa tenggorokanku sakit atau aku memulai di nada yang terlalu tinggi, aku malah memaksakan diri tetap melanjutkan nyanyianku. Ingat sekali waktu itu aku setengah memekik dan volume suaraku kukecilkan agar tidak terlalu parah. Setelahnya, kurasakan usapan lembut tangan ayahku menyentuh rambutku.

"Aku merasa tersanjung menjadi orang pertama yang melihat bakatmu." Ayah sangat mendukungku untuk bernyanyi kelak. Kami merayakan hari itu dengan menu makan seperti yang kupesan saat ini. Saat itu, aku benar-benar ingin membuktikan pada ayah bahwa nanti aku akan mewujudkan impianku. Menyenangkan dapat mengingat memori indah tentang ayah. Sampai-sampai aku tidak sadar dapat menyelesaikan makananku dalam waktu yang singkat.

Sesampainya di altar tempatku tampil, aku merenung sejenak, berusaha agar penampilanku nanti tidak mengecewakan. Aku mengambil nafas panjang untuk merilekskan diri. Sambil duduk menunggu giliran tampil, aku mengamati gawaiku terus menerus. Lirik yang terpampang pada layarnya kubaca cepat dan kuulang-ulang hingga tandaku untuk tampil sudah terdengar dari suara pengisi acara.

Di panggung, kembali aku mengambil nafas panjang beberapa kali. Itu adalah caraku untuk mengatasi ketegangan. Aku tidak boleh tegang saat sedang di panggung seperti sekarang ini, atau aku akan mengacaukan semua yang telah kupersiapkan dengan matang dan berakhir dengan malu setelah tampil.

Mungkin itu tidak sepenuhnya membantu. Pada lirik awal, aku sangat gugup sampai-sampai aku keluar dari nada yang seharusnya. Tapi setelah mencoba rileks, aku bisa mengatur diriku dan kembali ke nada yang seharusnya. Kesalahan pada awal nyanyianku tadi pasti akan membuatku malu. Tapi itu nanti saja, karena aku harus menyelesaikan ini dengan baik.

Sudut bibirku terangkat menampilkan senyuman puas. Puas karena sudah bernyanyi dan puas karena aku sudah berusaha tampil dengan maksimal. Aku segera menuju belakang panggung bersiap untuk pulang. Aku ingin menikmati kepuasanku ini sendirian di kamarku nanti. Aku asal bilang ke salah satu orang yang memakai seragam panitia untuk pulang terlebih dahulu dan melenggang pergi. Tidak begitu kuperhatikan ekspersi orang tersebut, apakah ia terkesima atau kagum atau apa, yang jelas aku hanya berlalu begitu saja.

Aku ingin merayakan hari ini dengan memainkan permainan yang sangat terkenal hingga kini. Laonnda namanya. Laonnda dimainkan hampir setiap orang bahkan beberapa perusahaan memakainya untuk melakukan rapat. Aku sengaja menahan diriku selama ini untuk tidak memainkannya, sampai aku dapat mewujudkan harapanku. Untuk itu, ketika sudah menyanyi di depan khalayak ramai, aku baru bisa memainkan game itu.

Kubaca terlebih dahulu cara bermainnya melalui situs internet dan menjelajahi laman internet tentang apa yang harus aku lakukan untuk memulai Laonnda. Menurutku ini sangat penting, untuk mengetahui gambarannya dari orang lain. Aku bisa mendapatkan gambaran tentang game Laonnda dan cara efektif dalam memainkannya.

Setelah cukup, aku langsung memulai game. Ada beberapa pilihan alat untuk memainkan game ini. Namun yang kupilih adalah karpet khusus game. Karpet itu terbuat dari bahan yang sama dengan karpet khusus olahraga dan tersambung dengan chip game Laonnda. Ketika memainkan game, karpet tersebut merekam kemampuan gerak tubuhku. Sehingga, saat di Laonnda aku ingin bergerak, aku harus menggerakkan tubuhku yang asli. Sebenarnya aku memilih alat ini untuk menjaga berat badanku tetap stabil tanpa harus melalui perawatan dokter. Bukannya tidak mampu, namun aku merasa akan lebih menyenangkan jika itu terjadi karena diriku sendiri.

Ayahku mengajarkannya sedari kecil. Ketika aku terjatuh saat bermain, tidak seperti orang tua lain, ayah hanya memandangiku sejenak lalu kembali melakukan aktivitasnya. Kala itu aku hampir menangis namun tetap berusaha untuk bangun sendiri. Setelah beberapa kali terjatuh hingga tumitku memerah dan aku menangis, bukannya pertolongan, yang kudapatkan hanya kehampaan dan fakta bahwa ayah adalah orang yang jahat. Aku berjalan mendekati ayah dengan sedikit terpincang, mengharapkan rasa iba dari ayahku. Meski tangisku saat itu begitu keras, ayah tetap tidak memberikan reaksi apa pun padaku. Aku pun bertanya kenapa dia membiarkanku padahal aku terluka. Jawaban ayah sangat menyakitkanku waktu itu. Namun itu juga yang menguatkanku sekarang ini.

"Ayah ingin Sylp bisa melakukan segala hal dengan kekuatan Sylp sendiri. Bukan dengan bantuan orang lain." Kini aku sadar bahwa ayah ingin mengajarkanku untuk menjadi pribadi yang kuat dan mandiri.

Dapat kubayangkan seberapa capeknya aku nanti ketika memainkan game ini. Tapi, aku tetap yakin dengan pilihanku. Alasan lain memakai alat ini adalah karena terhitung paling murah diantara alat yang lain. Pun alat ini sangat keren. Ketika sedang bermain game, aku tidak perlu khawatir untuk menabrak benda-benda yang ada di dalam kamarku. Ketika karpet khusus game tidak digunakan, hanya akan terlihat seperti tikar yang seukuran dengan tempat tidurku. Namun ketika dipakai, tikar itu akan berubah menjadi semacam ruangan kaca. Uniknya lagi, ruangan itu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tempat di Laonnda.