Setelah semua sudah terpasang, aku segera menyelam tanpa menunggu andi terlebih dahulu. Meski menggunakan alat yang membutuhkan gerakan di dunia nyata, namun, aku tidak perlu berpose berenang dan hanya perlu berjalan seperti di darat, jadi ini tidak terlalu sulit bagiku.
Ternyata laut ini sangat sepi -tidak ada satupun ikan di sini. Pantas saja tadi tidak dapat satu pun ikan. Kalaupun aku tadi menunggu selama apapun juga pasti hasilnya nihil. Rasanya aku semakin tidak bisa menatap Andi saking malunya. Aku merasa seperti badut yang melakukan lawakan garing dan mudah ditebak.
Kupercepat gerakanku sampai-sampai aku tak sadar Andi sudah berada di sebelahku sambil memegang tanganku. Kita menyelam seperti tanpa tujuan. Semua penjuru arah terlihat sama dan kita seperti hanya berputar-putar saja.
Aku gelisah. Hatiku tidak enak mengajak seseorang ke tempat yang tidak tau di mana ini. Akhirnya aku memutuskan agar Andi menggunakan boatnya untuk beristirahat, sementara aku mencari sendirian. Andi bersih keras ingin tetap mengikutiku tapi kuhalangi dengan meyakinkannya kalau aku tidak akan lama. Untungnya Andi luluh.
Kembali kulanjutkan perjalananku mencari laut terdalam. Namun lagi-lagi aku merasa hanya berputar-ptar saja. Aku mengambil daging buruanku untuk kujatuhkan ke dasar laut. Aku ingin menandai tempat yang sudah kulewati, agar aku yakin jika aku tidak melewati tempat yang sama. Wajarnya, jika menjatuhkan sesuatu ke dasar air, pasir yang ada akan terpencar dan berterbangan. Anehnya, daging tersebut menghilang tanpa sisa. Bahkan arus air dan juga pasir di dasar laut tidak bergerak sama sekali.
Aku merasa ada sesuatu di bawah sana. Akupun segera turun untuk mencari tau. Aku menghunuskan pedangku berjaga-jaga jika ada monster laut yang tak terlihat menyerangku.
Tiba-tiba aku terjatuh begitu keras. Penglihatanku menjadi kabur, efek terjatuh dari ketinggian. Aku berusaha menggapai benda apapun untuk kugenggam. Tapi, aku merasa seperti sedang menyentuh rerumputan. Spontan aku berdiri, menggeleng-gelengkan kepalaku beberapa kali dan berusaha mengembalikan kesadaranku. Kuhunuskan pedang untuk bersiaga.
Setelah penglihatanku normal, aku dapat mengetahui keanehan tempat ini. Aku tidak merasa seperti berada di dalam air. Aku melepas peralatan selamku dengan kesulitan sambil mengamati sekitar.
[ Pemberitahuan ]
[ Anda adalah pemain pertama yang menemukan Kampung Ageng. ]
[ Anda memperoleh kemampuan untuk menemukan area tersembunyi. ]
[ Area tersembunyi yang dapat ditemukan memiliki level 1. ]
Aku seperti berada di perkampungan dengan segala aktifitas warganya. Aku terdiam membeku. Rasanya seperti aku berada di sebuah cuplikan film yang biasanya menampilkan rahasia di dalam lautan. Perkampungan ini dipisahkan oleh sebuah batas.
Mataku tertuju pada sekelompok anak yang bermain permainan aneh. Mereka saling dorong ke luar perbatasan. Dari apa yang kulihat, ketika mereka di dalam air, mereka menjadi ikan kecil, dan berubah kembali menjadi manusia ketika berada di dalam perbatasan. Aneh sekali rasanya. Tapi yang kulihat, mereka semua gembira seolah itu hal yang wajar.
Aku mencoba bertanya dengan 'orang' di sana. Sayangnya aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Aku berfikir apakah aku harus kembali ke boat, atau mencoba menelusuri kawasan ini sendirian meski tidak tahu bahasa apa yang mereka pakai. Kucoba untuk sekadar berjalan-jalan sebentar, mengetahui apa yang kira-kira bisa kudapatkan.
Seorang anak kecil berlari kearahku dengan membawa makanan. Sepertinya itu adalah aci goreng telur dengan bumbu pedas manis. Dia berkata sesuatu yang kupikir pasti bilang silakan dimakan.
Aku tersenyum tipis sambil menerima makanan itu, sementara dia berlari kembali ke tempatnya bermain. Kumakan aci itu dengan lahap. Aci itu terasa garing di luar namun kenyal di dalamnya dipadukan dengan rasa bumbu pedas manis yang pas, makanan ini sangat enak.
Berkat aci, aku dapat melihat pemukiman itu dengan lebih baik. Tempat itu tidak asing untukku. Masih melekat dalam ingatanku, banyak sekali hal-hal yang berkaitan langsung pada tahun 2019-2023 di sini. Makanannya, orang-orangnya, pakaian dan riasan wajah orang dewasa, rumah-rumah, bahkan apapun yang dijual di pasar juga memiliki kesamaan dengan tahun itu.
Aku menitihkan air mata, teringat dengan perjuangan orang-orang waktu itu. Dulu, virus menyerang seluruh dunia. Mengenaskan, yang tersisa dari masa kelam itu hanya anak-anak, sebagian kecil remaja dan beberapa orang dewasa yang mendapatkan keajaiban. Tidak terhitung banyaknya orang yang meninggal karena pandemi itu.
"Kamu gak apa-apa?" seorang wanita menyapaku dengan logat khas tahun 2019-an. Tunggu. Aku dapat mengerti maksud pembicaraannya. Kalau begitu, makanan ini dapat membuatku mengerti ucapan orang yang ada di sini.
Aku menimpali perkataan wanita dewasa itu dengan perasaan riang. "Tidak apa-apa. Terima kasih sudah bertanya." Saat aku ingin bertanya padanya, aku melihat orang yang memiliki gaya berbeda daripada yang lainnya. Aku berasumsi bahwa dia juga merupakan pemain game.
Aku buru-buru mengakhiri percakapan dan segera mengejar orang itu. Ketika orang itu melewati sekelompok anak-anak, salah satu anak kecil sengaja meletakkan kaki di jalan. Orang itu jatuh tersandung karenanya. Aku sigap memegang tangannya agar tidak lari. Kucoba untuk meyakinkan dia bahwa aku bukanlah orang yang jahat.
"Jika kau bukan orang jahat, kenapa kau tidak mempercayai siapapun? Kenapa kau sangat tertutup bahkan dengan teman yang paling dekat denganmu sekalipun?"
Aku terbengong dengan jawabannya sampai-sampai pegangan tanganku melemah. Dia dengan mudah melepaskan tangannya dan langsung berlari menjauh dariku. Aku masih membeku dalam posisiku, berpikir apa maksud perkataannya. Apakah aku juga diikuti oleh orang lain selain Andi? Tapi siapa? Kenapa dia bisa mengetahuiku dengan begitu jelas?
Sepertinya aku harus kembali ke boat untuk menanyakan pendapat Andi tentang hal itu. Selain itu, aku juga khawatir dengan Andi yang sepertinya sudah terlalu lama menungguku.
Sesampainya di boat, aku tidak dapat menemukan siapapun. Bodohnya aku tidak meminta nama karakter game Andi terlebih dahulu, jadi aku bisa mengirim pesan untuknya. Kuputuskan untuk tetap menunggu Andi di boat agar kita berdua tidak saling mencari. Kujatuhkan kail pancing yang mata pancingnya kuberi daging Wala.
Tidak butuh waktu lama menunggu Andi kembali. Dia menyadari kail pancingku di tengah sunyinya air laut. Ketika dia muncul ke permukaan, kulihat wajahnya sangat panik. Dia terlihat sangat mengkhawatirkanku. Langkahnya menuju boat juga terkesan terburu-buru. Dengan tetap mengenakan pakaian menyelam, dia tiba-tiba memelukku.
"Kamu... Gak ada yang sakit kan?" Dia menangis dalam pelukanku. Aku membalas pelukan itu agar dia tenang. Aku menceritakan semua yang terjadi padanya sambil memakan daging buruan.
"Jika mereka menjadi manusia saat di desa bawah laut itu, gimana kalau hal itu juga terjadi pada monster yang kita makan ini?" Pernyataan Andi sangat logis sampai-sampai membuatku mual.
Meski hanya game, tapi aku juga merasa ingin memuntahkan kembali daging yang telah kumakan selama ini. Ketika melihatku berhenti makan beberapa waktu, Andi langsung menenangkanku dengan berkata kalau daging yang kita makan adalah monster. Entah dia manusia di dunianya atau tidak, yang jelas dia adalah monster saat dimakan. "Jadi dia bukan manusia," Andi menegaskannya untuk membuatku tenang.
Aku tetap tidak ingin memakannya –setidaknya untuk saat ini. Setelah Andi menyelesaikan makan –yang terburu-buru, kuajak Andi ke desa yang kumaksud.
Berbeda denganku, dia tidak menangis sama sekali. Malahan dia terkejut begitu melihat langsung tempat ini, kemudian entah bagaimana dia bahagia.
"Andi baik-baik saja, kan?" Aku merasa aneh dengan ekspresi Andi. Dia hanya mengangguk sementara aku menuju ke kerumunan anak kecil untuk meminta makanan yang dapat membuat Andi mengerti bahasa desa bawah laut ini.