Chereads / Secret From the Past (LitRPG) / Chapter 13 - BAB 5: Serpihan Masa Lalu (4/4)

Chapter 13 - BAB 5: Serpihan Masa Lalu (4/4)

Saat ketika aku menyanyi di depan publik beberapa hari yang lalu. Momen yang kuanggap sebagai kebahagiaan itu, sebenarnya lebih seperti penuh tekanan. Aku dapat merasakan pandangan orang-orang yang meremehkanku setelah kejadian itu. Meski aku sudah berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi kenyataannya pandangan itu terasa lekat hingga sekarang.

Mimpi burukku menjadi kenyataan.

Game ini bukanlah bentuk kegembiraanku mewujudkan cita-citaku untuk pertama kalinya. Laonnda menjadi pelampiasanku dari rasa kecewa terhadap diriku sendiri. Ketika memulai game, aku mencari tempat sepi bukan karena aku ingin memulainya dengan caraku sendiri. Aku hanya ingin menghindari pandangan jijik setiap orang yang mendengarkan suaraku.

Aku bernyanyi di Laonnda bukan untuk mengoreksi kesalahanku saat bernyanyi di depan umum. Aku hanya ingin menangisi keputusanku tampil di depan umum. Seharusnya aku tampil di depan monster saja sehingga mereka bisa membunuhku saat mereka merasa marah akan jeleknya suaraku. Begitu yang kupikirkan.

Tapi kemudian aku dapat membunuh Tyulu. Banyak hal yang kupikirkan setelahnya. Kesal sekali rasanya, karena saking jeleknya suaraku sampai-sampai membuat Tyulu mati. Yah, meski aku senang dapat menyalurkan nyanyianku di game dan menjadikannya sebagai pekerjaanku. Aku bernyanyi seharian di Laonnda hanya untuk melampiaskan kegagalanku dengan membuktikan bahwa suaraku juga berguna untuk membunuh Tyulu.

Banyak sekali yang kurahasiakan bahkan dengan diriku sendiri. Sebelum aku bertemu dengan doppelganger, aku hanya terus berusaha dan terus menguatkan diriku seolah semuanya baik-baik saja. Namun ketika aku bertemu dengan doppelganger-ku, aku sudah tidak apa-apa jika dihadapkan dengan kegagalan. Aku tidak akan lagi menghindar. Akan kuhadapi agar aku bisa memperbaiki diriku sendiri.

Jika aku menganggap semua seperti angin lalu, mungkin aku tidak akan diajari oleh Nurda seperti sekarang ini. Aku hanya akan terus berputar-putar mencari samudra terdalam yang padahal jawabannya sudah berada di depan mata, atau.... Bisa jadi aku bernasib seperti orang-orang yang terbujuk guru palsu yang ada di samudra terdalam dan 'mengubah' suaraku sendiri.

Nurda menenangkan tangisku. Dia bernyanyi menghiburku. Menenangkan sekali mendengar suara Nurda yang khas. Badai yang tadi disertai gemuruh sudah menjadi hujan rintik-rintik di bawah sinar matahari yang memunculkan pelangi. Aku berkeinginan keras untuk bisa bernyanyi dengan lebih baik lagi.

Aku dikenalkan dengan setiap notasi. Nurda menyanyikan setiap notasi dan aku menirukannya. Dia tidak mengomentari nyanyianku sedikitpun. Setelah selesai dengan notasi, selanjutnya Nurda mengajarkan hal mendasar kepadaku. Nurda menyarankanku untuk berenang secara rutin serta melatih pernafasanku. Nurda menuntunku dengan perlahan sehingga aku mampu mengikutinya dengan baik.

Kita berdua dalam posisi rileks duduk bersila. Kuambil nafas panjang sampai perutku mengembung sesuai arahan Nurda. Kemudian kutahan beberapa saat, baru kukeluarkan dengan perlahan sambil menyuarakan suara a dengan nada rendah sepanjang mungkin. Tidak sepanjang yang kubayangkan, aku hanya kuat sekitar dua puluhan detik. Jika aku merokok mungkin kurang dari itu. Aku mengulanginya beberapa kali sampai meningkat beberapa detik.

Nurda menyuruhku menyentuh perutku sendiri untuk mengetahui apakah teknikku benar atau salah. Saat mulai menggunakan teknik pernafasan ini, aku merasa perutku sangat keras dan kata Nurda itu sudah benar.

Setelahnya Nurda mengajarkan gerakan-gerakan yang membantu menguatkan nyanyianku. Sekilas gerakannya seperti gerakan pemanasan sebelum senam. Perbedaannya terletak pada keteraturan nafas saat melakukan gerakannya. Selain itu, setiap gerakan juga harus dilakukan secara maksimal. Contohnya gerakan mengangkat satu tangan keatas, maka harus diangkat tinggi-tinggi hingga maksimal. Saat melakukan hal itu, nafasku sesak tak beraturan. Pada saat itulah nafas harus diatur.

"Dina praktik hal tadi selama tujuh hari berturut-turut dulu, ya. Hari ke-delapan kita belajar hal baru lagi tentang bernyanyi." Nurda mengakhiri pembelajarannya. Aku memiliki waktu untuk berlatih sendiri dan mungkin saja perkembangan hasil latihanku nanti akan dievaluasi oleh Nurda pada latihan berikutnya. Aku harus bersungguh-sungguh kali ini.

Aku menemui Andi yang menungguku di halaman. Dia sedang sibuk melihat sesuatu. Aku pun berjalan mengendap-endap untuk mengagetkannya. Saat sudah sampai di belakang Andi, tanganku berusaha menepuk pundak Andi serta bersiap untuk berteriak. Tapi tak kusangka Andi menghalau tanganku sambil tetap memperhatikan layar di depannya dengan serius.

"Bentar, Din. Aku lagi nyari apa orang yang suara dan tubuhnya seperti adikku juga ada di daftar turnamen atau gak," Andi berkata dengan raut wajah tegang mencari wajah yang ia ingat sebagai adiknya.

Aku duduk di seberang Andi. Mataku tidak berhenti memandang ke sekitar untuk mengagumi halaman Nurda sekaligus agar tidak bosan menunggu. Tapi ternyata butuh waktu yang lama bagi Andi untuk mencari.

Ketika bosan kembali menghampiri, aku berkeliling taman. Melihat bunga-bunga dan sayuran-sayuran secara dekat ternyata agak menyenangkan. Indah sekali mereka. Harumnya juga sangat menawan. Namun ternyata lama-lama bosan tetap saja datang menghampiri.

Aku kembali duduk di depan Andi, disaat Andi masih saja menatap foto setiap peserta dengan konsentrasi penuh. Sekilas aku teringat kelakuan Andi kemarin. Aku tidak bisa membayangkan seberapa bosannya Andi menungguku di game ketika aku keluar tanpa mengatakan kapan akan kembali.

Aku dikagetkan dengan teriakan kecil Andi yang memecahkan lamunanku. Andi berdiri dengan mata yang berbinar-binar. "Andi sudah menemukan orang yang Andi maksud?" Kataku.

"Iya... Aku harus mengikuti ternamen ini untuk menantangnya bertaruh!" Mata Andi berkaca-kaca. Semangatnya menggebu-gebu.

Andi memperlihatkanku foto dengan Lia tertulis di bawahnya. Aku mengerti bahwa dia mungkin telah menunggu saat seperti ini dari dulu. Pasti itu adalah alasannya berada di Laonnda –dia ingin mengetahui kebenaran tentang adiknya, tempat adiknya berada. Aku yakin kabar sekecil apapun akan sangat berarti bagi Andi jika itu berkaitan dengan adiknya.

Sebagai langkah awalku mempercayai orang lain kembali, aku mencoba menawarkan bantuanku kepada Andi. Meski awalnya menolak, Andi akhirnya menerima ajakanku. "Turnamen Laonnda ke-5 bakal diadakan sebulan lagi," Kata Andi. Aku hanya punya waktu satu bulan untuk menaikkan level secara gila-gilaan –jika aku ingin berguna bagi Andi. Belum lagi aku harus sekolah dan menjalani sesi latihan dengan Nurda, jadi sepertinya waktuku tidaklah sebanyak yang kukira.

Kutarik Andi untuk mengajariku berburu monster agar levelku segera naik. Sebelum itu, aku mengajak Andi ke tempat Senndi terlebih dahulu untuk mengabarkan keberhasilan misi. Semberi berjalan kita berdua saling memberi tahu kemampuan masing-masing.

Kuberitahukan mengenai suaraku yang dapat membunuh monster pada Andi. Kukira dia akan terkejut. Tapi ternyata tidak. Andi sudah tahu sejak saat aku belum berteman dengannya.

Waktu Andi mendengarkan suaraku di dalam hutan –saat menghabisi pemimpin Tyulu, nyawanya juga ikut berkurang meskipun sedikit. Jadi dia langsung tahu jika suaraku menjadi senjata yang tidak hanya membunuh monster namun juga sesama pemain Laonnda.

Namun ketika Andi menjadi temanku ternyata hal itu tidak memberikan efek. Ketika aku bernyanyi, Andi tidak kehilangan nyawanya sedikitpun. Hal itu menguatkan bahwa nyanyianku membunuh semua makhluk yang kuanggap musuh dan tidak memberikan efek apapun pada orang yang kuanggap sebagai sekutu atau teman.

Setelah itu, giliran Andi yang memberitahukan kemampuannya. Andi memiliki pekerjaan sebagai pembunuh. Dia dapat melihat titik lemah setiap monster, pun pada setiap pemain. Namun terdapat beberapa pemain yang tidak memiliki titik lemah atau mungkin dia memiliki, tapi Andi tidak dapat melihatnya. Andi memiliki kelincahan yang bagus. Dia juga memiliki rapalan agar dia tidak terlihat –pantas saja aku tidak dapat menemukannya di hutan.

Saat dia memegang tanganku dan merapalkan mantra agar tidak terlihat, ternyata aku juga menjadi tidak terlihat. Hal itu pasti akan menguntungkan kami nantinya. Namun tetap saja memiliki kelemahan. Jika pemain mengetahui hawa keberadaan kami, maka meski tidak bisa melihat keberadaan fisik kami, dia tetap dapat melancarkan serangan dengan merasakan kekuatan kami.

Level Andi sudah mencapai 343, jadi tidak mengherankan jika dia memiliki banyak kemampuan. Beberapa diantaranya merupakan hal yang baru bagiku, seperti seni dalam menggunakan pedang, gerakan tubuh ketika menyerang, strategi menghadapi musuh, membaca pola serangan lawan, melindungi diri dengan menciptakan pelindung di sekitar tubuh, memperlambat gerakan lawan, dan banyak lagi.

Sesaat aku merasa apa yang Andi miliki saat ini semata-mata untuk adiknya. Dia memperkuat dirinya agar nanti ketika bertemu dengan adiknya dia dapat menjadi kakak yang dibanggakan dan keren. Namun ketika hal itu menjadi mustahil, dia mengubah maksudnya memperkuat diri dalam game untuk mencari kebenaran yang terjadi pada adiknya.