Chereads / Secret From the Past (LitRPG) / Chapter 18 - BAB 6: Persiapan Turnamen (5/5)

Chapter 18 - BAB 6: Persiapan Turnamen (5/5)

Kulempar pedangku sebarangan menghampiri Ryn seraya memeluknya. "Dina sudah di sini, Ryn." Kuusap rambut Ryn untuk menenangkannya. Pasti dia terkena efek ranjau saat ingin menyelamatkanku. Tak terasa tangisku mulai memecah. Aku mulai berpikir satu-satunnya cara menyembuhkan Ryn adalah dengan menghancurkan monster di tempat ini. Aku berlari dengan kencang sambil menyabetkan pedang.

Monster di sana jenisnya Aranhwa yang berbentuk seperti hewan berbulu lembut dengan taring dan cakar panjang tanpa memegang senjata. Gerakannya tidak terlalu gesit dan ia bergerak seperti hewan berkaki empat yang memudahkanku melawan dan mencari titik lemahnya. Aku dapat membunuhnya dengan mudah sampai pada tempat Aranhwa dengan level kesulitannya menengah, aku menjadi sedikit kewalahan.

Butuh usaha yang ekstra untuk mempertahankan diriku agar tetap hidup. Aku meminum beberapa ramuan dan memakan monster yang kusimpan sebelumnya. Aku berhasil mengalahkan semua monster. kelincahanan dan larianku semakin tinggi.

Tinggal pemimpin monster Aranhwa saja yang tersisa. Aku memakan makanan sampai penuh dan juga menyiapkan ramuan penyembuh untuk berjaga. Pemimpin Aranhwa memiliki empat tangan dengan masing-masing tangan memegang senjata.Dia menerjangku.

Aku terpental ke dinding dengan keras. Susah sekali menghindari serangannya yang cepat dan meskipun aku sudah memasang perisaiku, tetap saja kerusakan yang kuterima juga besar.

Kuminum ramuanku untuk mengembalikan staminaku. Kuserang dengan gila-gilaan. Aku tidak begitu memikirkan bagaimana strategi dan pergerakan Aranhwa itu. Otakku dipenuhi dengan Ryn yang kondisinya sekarat, jadi aku berusaha secepat mungkin menghabisi satu monster yang tersisa ini. Akhirnya aku menang dengan pedangku menancap di jatung pemimpin Aranhwa.

Aku berlari secepat kilat menuju tempat Ryn. Kulihat dia masih sama seperti tadi. "Askd... Askd...." Ryn berkata dengan sangat pelan hampir tidak terdengar. Kumiringkan diriku agar telingaku dekat bibirnya.

"Buah...." Aku spontan memberikan buah pada Ryn dengan cekatan. Perlahan dia memakannya dan sembuh seketika. Aku memeluk Ryn dengan erat sambil menangis. "Ryn... Ryn...."

"Syukurlah, kamu gapapa...." Dia menangis sesunggukan. Bukannya mengkhawatirkan dirinya sendiri, dia malah mengkhawatirkanku. "Bodoh! Bodoh!" Aku ikut menangis. Kenapa dia sebegitu khawatirnya padaku yang bahkan bukan adiknya. Aku belum pernah sebegitu dikhawatirkan oleh orang lain. Aku tersenyum sambil terus menangis.

Ryn terkena ranjau manipulasi ruang. Dia melihat benda-benda disekitarnya penuh dengan bunga tanpa satupun monster. Ryn terkena beberapa kali pukulan monster karena tidak dapat melihat mereka. Tapi bukan Ryn namanya kalau ia tidak mudah beradaptasi. Setelah diserang beberapa kali, ia sudah mulai dapat membiasakan diri dengan keadaan itu. Dia memeroleh kemampuan melihat yang tidak terlihat. Begitupun denganku yang memperoleh kemampuan ahli ranjau.

Tapi, meski kita membicarakan tentang apa yang telah berlalu, pikiranku disibukkan dengan sikap Ryn sedari tadi. Padahal aku memanggilnya sebagai Ryn, tapi dia tidak marah. Dia tidak mengungkitnya sama sekali. Semoga saja itu berarti bahwa Ryn tidak mempermasalahkanku yang memanggilnya dengan nama asli.

Hal itu membuatku sedikit gembira. Jantungku berdetak dengan lebih cepat. Di sisi lain aku takut kalau dia malah menanggapku adiknya, karena mungkin hanya adiknya yang memanggil dia seperti itu.

[ Pemberitahuan ]

[ Ada adalah orang pertama yang menaklukkan gua tersembunyi dari taman Mel. ]

[ Anda memperoleh inti kekuatan dari Aranhwa. ]

[ Ketangkasan + 25. ]

Kami pergi dari gua itu melalui pusaran air. Ternyata pusaran air itu adalah jalan keluar dari gua ini. Begitu sampai pada tengah-tengah pusaran, kami langsung masuk kedalam pusarannya dan bermuara di sungai. "Din. Kita latihan sendiri-sendiri, ya. Tapi jangan memaksakan diri, oke?" Pertanyaan Ryn kujawab dengan anggukan.

Kami memutuskan untuk memulai latihan sendiri-sendiri selama dua minggu penuh. Sepulang sekolah aku langsung memainkan game Laonnda. Kini jadwalku sudah lebih teratur daripada saat hari Senin. Sampai di rumah aku langsung mandi, ganti baju, makan, dan gosok gigi.

Saat di Laonnda, aku selalu memulai dengan memasang jerat untuk membunuh atau melemahkan pergerakan monster selama lima menit, melatih nyanyian selama 15 menit – meski sering molor, bereksperimen untuk membuat jenis ranjau yang baru selama 10 menit, dan melatih kemampuan berpedang, kecepatan serta kelincahan gerakanku.

Setelah selesai dengan pemanasan, aku langsung berburu monster. Pertama, aku membunuh monster yang terkena jeratku terlebih dahulu. Setelah itu, aku bertarung dengan pedang dan suaraku. Levelku meningkat banyak dalam waktu singkat berkat ranjau-ranjau yang kugunakan. Saat ini aku level 60.

Latihan di minggu kedua sebagian besar kulalui bersama Nurda. Nurda mengajari cara bernyanyi. Dia membenarkan nada-nada dasar yang masih salah dan membuatku terbiasa dengan nada itu.

Dia juga mengajariku cara membuat fibra pada suara. Itu adalah salah satu rintangan tersulit yang ada pada game ini. Pasalnya, beberapa kali aku berlatih, aku tidak dapat menguasainya. Bagaimanapun, aku benar-benar harus bisa melakukannya juga bahkan di dunia nyata dan itu sangat sulit. Bantuan yang diberikan oleh game hanya sebatas aku mendengar suara lirih dalam kepalaku berupa tinggi nada yang seharusnya, jadi aku bisa menirukannya. Tapi bantuan itu hanya muncul setelah aku salah menyanyikan suatu nada, jadi itu tidak begitu membantuku.

Meski seperti itu, latihan bersama Nurda sangatlah menyenangkan. Hal yang kuimpikan kini dapat kulakukan perlahan. Jadi proses latihannya sangat menyenangkan. Aku sama sekali tidak merasa terbebani seolah latihan itu adalah suatu tugas. Malahan, aku menikmati waktu latihan itu sama halnya seperti waktu bersenang-senang –dengan cara yang bermanfaat.

Setelah satu minggu, vibraku mucul sedikit namun masil belum mendayu-dayu seperti penyanyi pada umumnya. Vibraku hanya mendayu-dayu di nada tertentu saja, sedangkan sisanya susah sekali mengendalikannya. Berkat latihan ini juga, levelku meningkat sangat pesat hampir tiga kali lipat.

Itu karena setelah berlatih dengan Nurda aku langsung mempraktikkannya di depan para monster. Tidak seperti saat pertama bermain game, kali ini tenggorokanku tidak sakit meskipun bernyanyi lama. Faktanya, ternyata tenggorokanku dulu sakit karena caraku bernyanyi salah. Aku meniru suara Ariana Grande agar nyanyianku terlihat sebagus dia. Ternyata hal itu tidak boleh. Seharusnya memaksimalkan warna suara sendiri sehingga tidak perlu meniru cara bernyanyi orang lain.

Nyanyianku sekarang ini sudah bisa membuat pengurangan nyawa pada monster lebih cepat. Aku selalu berlatih di Hutan Wakaru dan itulah kenapa kenaikan levelku sangat cepat. Bahkan waktu yang kubutuhkan untuk membunuh satu monster di sana hanya sekitar 30 detik. Sepertinya aku sudah cukup layak untuk membantu Ryn dalam turnamen. Saat ini aku berada di level 153.