Chereads / Secret From the Past (LitRPG) / Chapter 16 - BAB 6: Persiapan Turnamen (3/5)

Chapter 16 - BAB 6: Persiapan Turnamen (3/5)

"Ayo ke tempat selanjutnya." Andi sudah mengajakku berburu lagi? Aku tidak bisa membayangan akan seperti apa monster selanjutnya.

Ternyata bukan berburu. Kami pergi ke pasar. Andi membeli makanan yang banyak sekali. Setelah itu, Andi menyuruhku memakan semuanya. Akupun makan dengan sedikit ragu karena Andi tidak mau memakannya sedikitpun. Andi akhirnya mengambil salah satu makanan dan memasukkannya ke mulut. Mungkin dia ingin meyakinkanku untuk memakannya.

Aku memakan salah satu makanan dengan hati-hati. Lagi-lagi aku mewaspadai Andi yang jelas-jelas baik kepadaku. Gigitan pertamaku terasa aneh. Makanan itu seperti memiliki bahan makanan yang tidak begitu nikmat, namun tertolong dengan perpaduan rasa yang menggugah selera. Semakin kumakan rasanya aku semakin menyukainya. Aku segera memakan sebanyak yang kubisa sampai persentase makananku mencapai 100%.

Aku tidak memberitahukan penuhnya persentase makanku pada Andi. Bagaimanapun, Andi sudah membelikannya untukku dan aku ingin mencicipi semuanya karena rasanya sangat khas. Aku terus memakan sampai semuanya habis.

"Gimana rasanya?" Andi bertanya padaku.

Andi memberitahuku jika yang kumakan tadi terbuat dari berbagai jenis racun monster dan bahkan daging monster yang memiliki kemampuan beracun. Andi ingin membuat tubuhku kebal terhadap racun. "Tapi bagaimana kamu dapat menghabiskan semuanya? Padahal biasanya membutuhkan waktu dua sampai tiga hari, loh," Andi tertegun melihat kemampuan makanku.

"Sebenarnya tadi ketika persentasenya sudah maksimal. Tapi aku tetap memaksakan diri untuk terus memakannya. Setelah menelan beberapa, muncul pemberitahuan jika aku tidak bisa makan lagi. Namun aku tetap memakannya sampai habis." Aku memperoleh pemberitahuan bahwa aku adalah orang pertama yang makan dengan jumlah yang banyak. Setelah pemberitahuan itu, aku tidak lagi merasa kekenyangan seperti saat aku mencapai tingkat kekenyangan sebanyak 100%. Aku tertolong oleh kenekatanku.

Setelah puas makan, Andi mengajakku melakukan latih tanding untuk mengurangi tingkat kekenyangan kita. Aku menerimanya. Kukira Andi akan sedikit mengalah padaku tapi ternyata dia tidak mengurangi kekuatannya sedikit pun. Setelah berhadapan langsung, aku langsung mengerti betapa gesitnya dia.

Beberapa kali tubuhku merasakan tajamnya pedang Andi, atau jari-jarinya yang piawai menekan titik lemah musuh agar keseimbangan gerakan musuh terganggu. Butuh waktu lima menit bagiku untuk membiasakan diri dengan serangan Andi dan beberapa menit tambahan untuk mencerna bagaimana gerakan-gerakan Andi dalam menyerang, bertahan, dan mengelabuhi.

Kucoba untuk melawan dengan susah payah. Sangat susah menemukan celah Andi. Kalaupun bisa, Andi sudah mengaktifkan tamengnya ataupun melambatkan gerakanku agar bisa mengihndar. Selama itu aku tidak pernah benar-benar mengenai tubuh Andi.

Untungnya Andi segera menghentikan siksaan itu setelah tingkat kekenyangan berkurang 80%. Andi segera mengajakku ke tempat selanjutnya. Kali ini kita berdua membeli pakaian yang memberikan efek bagi pertahanan.

Secara singkat dapat dikatakan kalau pakaiannya berfungsi sebagai zirah, namun berbentuk seperti pakaian pada umumnya. Perbedaannya terletak pada perlindungannya yang mencakup sekujur tubuh meskipun bentuk pakaiannya berupa baju dan celana pendek. Perlindungan itu berbentuk transparan yang ketika mengenakan pakaiannya, perlindungan otomatis langsung terpasang mengelilingi sekujur tubuh.

Setiap pakaian memiliki tingkat kekuatan berbeda-beda. Jadi, harga dan tingkat kejelian dari pembeli juga harus diperhatikan. Sewaktu awal rilis game Laonnda, terdapat pemain yang membeli baju yang paling murah dan ia seperti aku, mendapatkan baju dengan item spesial. Setelah itu, semua orang berlomba-lomba membeli baju murah, meski tidak satu pun yang mendapatkan item spesial.

Andi sudah tidak ada disebelahku. Dia mengirim pesan bahwa dia sedang memilih pakaian. Kutebak dia pasti menuju ke bagian pakaian yang memiliki harga mahal. Sedangkan aku, berkeliling di tempat murah. Aku mencari baju yang modelnya aku sukai. Model lebih penting karena warna bajunya dapat diubah sesuai keinginan, meskipun tidak semua warna tersedia.

Aku ingin bajuku memiliki warna yang lebut dengan desain imut. Aku memilih-milih desain baju yang memudahkan pergerakanku dalam bertarung. Mataku tertuju pada baju berlengan tiga per empat dengan bagian pundak yang terbuka. Baju ini memiliki panjang beberapa senti di atas lutut dengan potongannya yang tidak rapi. Hal itu yang menambah kecantikan gaun ini. Pun pakaian ini terbuka di beberapa titik yang menambahnya keimutannya.

Pada bagian belakang baju terjuntai tali dengan ujung bola lembut bulu-bulu yang dapat menonjolkan lekukan tubuh ketika tali tersebut diikatkan. Ketika tidak diikatkan, tali dapat menjadi aksesoris baju yang juga imut. Selain itu terdapat detail kecil corak baju ini berupa karakter anime yang terkenal pada tahun 'itu' yang sangat kecil dan berada di bagian dalam belakang baju, tempat yang tidak terlihat sama sekali. Warna bajunya saat ini adalah pink namun kucoba memilih warna lain yang sekiranya cocok. Kupilih warna biru lembut seperti warna langit pada siang hari.

Bawahannya aku menghindari rok. Alasannya karena gerakanku menjadi terbatas, tidak terbiasa, dan tidak begitu bagus jika dipadukan dengan atasanku. Celana jeans menjadi hal yang sangat diminati di dunia virtual ini karena memiliki ketahanan yang paling tinggi dibanding bahan lainnya. Tapi aku tidak tertarik dengan bahan itu. Aku ingin mencari celana berbahan kain.

Nyatanya memilih celana tidak semudah menemukan bajuku tadi. Semua celana serasa memiliki kesamaan dan jika aku memilih salah satunya, rasanya itu sama saja dengan memilih yang lainnya. Ingin aku berteriak memanggil celana imut-imut agar mereka mendekat.

Andi menuju ke arahku dengan pakaian barunya. Aku memuji penampilannya yang terlihat mewah dan cocok sekali dengannya. Baju yang dipilih Andi adalah baju lengan panjang yang menggembung dengan bagian perutnya pas tubuh. Sedangkan celananya adalah celana jeans ¾ yang longgar. Paduan yang sangat bagus. Kali pertamaku menyukai pakaian mahal di Laonnda. Warna putih sangat cocok diapakai Andi yang kulitnya agak gelap. Dia terlihat semakin keren.

Sambil menungguku, Andi juga ikut mencarikan celana yang tidak biasa menurutku. Dia membawakan celana yang mekar seperti balon dan menyuruhku mencobanya. Aku mencobanya bersama dengan bajuku. Rasanya seperti bukan diriku setelah kupakai semua. Aku memperlihatkan bajunya pada Andi dengan gaya sok imut seperti anak kecil. Kita berdua tertawa bersama karenanya.

Andi memberikanku celana selanjutnya untuk kucoba. Kali ini adalah celana panjang namun terdapat robek di beberapa bagian. Tidak terlalu buruk menurutku. Namun kurang cocok dan Andi juga berpikir hal yang sama.

Aku melihat satu celana yang berada di tumpukan bagian bawah tidak begitu terlihat namun warnanya cocok jika dipadukan dengan atasan. Aku mencoba celana kain longgar sedikit di atas lutut, dengan bagian bawahnya tertali cantik. Kali ini Andi mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda puas dengan pilihanku.

Kami pergi ke tempat selanjutnya. Tujuannya pasti mencari sepatu. Benar saja, Andi mengajakku untuk membeli alas kaki. Seperti waktu di toko baju, di sana kami juga berpisah. Aku ingin memilih alas kaki yang menonjol agar penampilanku tidak terkesan biasa saja.

Bajuku sudah santai, jadi aku memilih sepatu hitam yang dapat diatur tinggi rendahnya secara manual. Aku langsung membelinya dan menemui Andi. Dia juga baru selesai membayar sepatunya yang sangat terkesan seperti seorang militer.

Selanjutnya kita menuju lantai atas toko itu. Segala macam aksesoris dan kebutuhan-kebutuhan untuk bertarung ada di sana. Namun, aku tidak ingin menghabiskan uangku hanya untuk sebuah kalung. Jadi aku tidak berniat membeli apapun. Aku menunggu Andi duduk di kursi panjang yang berada di dekat tangga. Aku tidak berani mengikuti Andi karena khawatir jika nanti aku tertarik untuk membeli, padahal aku tidak ingin.

Selang beberapa waktu, dari kejauhan kulihat Andi sudah selesai belanja dan sedang melangkah kearahku. "Andi beli apa?" Tanyaku. Andi menunjukkan tempat penyimpanannya yang penuh aksesoris. Ternyata Andi tipe pengoleksi aksesoris. Di sana kuperkirakan terdapat puluhan item yang tidak semuanya diperlihatkan padaku. Pantas saja tadi Andi sangat lama.

Setelah kebutuhan sandang sudah terpenuhi, Andi kembali mengajakku ke tempat lain. Kami berdua menuju ke sebuah taman indah. Rerumputannya hijau. Banyak pohon, bunga, dan asri sekali pemandangannya.

Mataku tertuju pada pohon yang dipenuhi oleh buah-buahan segar yang sepertinya sudah masak. Di dunia nyata tidak pernah ada buah seperti itu, jadi aku penasaran bagaimana rasanya. Buahnya berwarna ungu api berbentuk seperti rambutan tetapi berukuran empat kali lipat lebih besar. Saat kutanyakan pada Andi, ia berkata jika dia belum pernah memakannya. Andi juga memperingatkanku untuk tidak mencobanya karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Aku tidak begitu mengerti apa yang dimaksud Andi. Di tempat secantik ini, tentu saja yang terjadi selanjutnya adalah kenikmatan tiada tara. Rasa buah yang luar biasa dipadukan dengan indahnya pemandangan, bukankan itu suatu paduan yang sangat indah? "Latihan ini bertujuan untuk membiasakanku pada tempat yang penuh ranjau," kata Andi. Aku kaget, tidak percaya kalau tempat sebagus ini penuh dengan ranjau.

Andi memberikanku contoh dengan melangkah perlahan. "Yang perlu dilakukan adalah merasakan di mana ranjaunya dan menghindarinya." Ranjau tidak hanya di bawah tanah namun juga di atas tak terlihat oleh mata. Karena ini dunia game, efek dari ranjau tidak selalu berupa ledakan dan terjerat.

"Buat jaga-jaga, aktifkan pertahanan penuhmu, ya," Andi menambahkan. Selain untuk mempertahankan diri, pengaktifan dapat menaikkan menaikkan level pertahanan diri. "latihan awalnya, coba kamu jalan maju aja. Gak usah khawatir sama ranjaunya."

Andi menambahkan, "cobalah untuk terbiasa dengan tempat ini. Jika tidak bisa, coba untuk menghindari semuanya. Jangan khawatir, semua efek di sini akan hilang ketika kamu sampai di ujung taman." Kulakukan apa yang ia suruh namun pada langkah ketiga, aku sudah menginjak ranjau yang ternyata mempengaruhi pandanganku.

Kuarahkan pandanganku ke segala arah. Semua yang ada disekelilingku berubah seperti berada di neraka. Menyeramkan sekali. Ketika kembali berjalan, giliran tanganku yang menyentuh ranjau. Kali ini adalah perubahan iklim sedingin es.

Aku berjalan lagi. Kakiku menginjak perangkap. Perangkap itu mengarah pada pohon dan aku tergantung terbalik hanya bertumpu pada kakiku. Aku berteriak memanggil Andi namun dia tidak mendatangiku. Akhirnya aku berusaha keluar dari jeratan sendirian. Tapi sepertinya tempat ini memberikan kesialan padaku. Saat aku terjatuh, aku lagi-lagi menyentuh ranjau yang ada di udara.

Kali ini aku merasa seluruh tempat ini berbau harum bunga mawar merah. Keren sekali tempat ini. Kukira ranjaunya penuh dengan siksaan. Tidak kusangka ada juga efek yang positif.

Aku kembali berjalan. Kali ini aku menantikan kejutan apa yang akan aku dapatkan. Ketika aku berjalan, kakiku seperti menginjak ribuan paku dan bahkan ketika aku bergerak terasa berat dan sakit.

Aku berhenti sejenak. Aku mencoba menggerakkan tanganku ke atas dan ternyata benar aku merasakan sakit yang tidak wajar. Meski di dunia nyata tidak separah itu (hanya seperti orang yang harus membawa benda berat), namun aku merasa ini sangat aneh.

Kupercepat langkahku tanpa memperhatikan lagi efek dari setiap ranjau. Terjatuh dalam kubangan lumpur, terkena ledakan, kepala seperti berputar-putar, dan banyak lagi. Sesampainya di ujung, aku tidak melihat Andi.

"Ndi??? Ndi!!!!" Aku berteriak memanggilnya. Kucoba menghubunginya melalui pesan. Tak ada balasan.