Ziah dan Ara diperpustakaan sedang menelusuri buku novel.
"Ck ko tidak ada yang seru," gerutu Ziah.
"Mungkin ini seru," ucap seorang lelaki menyodorkan buku yang berjudul Lantunan Cinta Ilahi.
Ziah yang mendengarkan suara seorang lelaki itu langsung kaget, Ziah tau suara siapa itu langsung menundukkan kepala.
"Terimakasih Ustadz," Ziah masih menundukkan kepalanya, ya dia Ustadz yang mengisi kajiannya tadi siang.
"Mungkin Ustadz juga menginginkannya, aku akan cari yang lain saja," ucap Ziah akan meninggalkan namun ustad mencegahnya.
"Tunggu! Ini ambillah saya tidak terlalu suka dengan buku novel," ucap Ustadz memberikan buku itu dan langsung diterima oleh Ziah.
"Sebelumnya terimakasih Ustadz, aku pamit wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," pamit Ziah.
"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh, Masya Alloh cantiknya," ucap ustad merasa kagum.
"Heh bengong aja, lagi mikirin apa?" tanya sahabatnya yang tiba-tiba datang membuatnya kaget.
"Weh bisa salam dulu gak?"
"Dih seorang Ustadz Daffa Anshari ngambek hahaha, lo lagi mikirin apa hmm? Mikirin cewek ya?" tanya sahabatnya penasaran sambil merangkul Daffa.
Sahabatnya yang bernama Arifin, mereka sahabat seperjuangan dari mereka masuk pesantren sampai keduanya menjadi seorang ustad, mereka juga sudah saling kenal satu sama lain, Arifin juga tau bagaimana sosok seorang Daffa Anshari, dia tidak akan memikirkan hal yang tidak begitu penting. Namun berbeda dengan sekarang dilihatnya Daffa sedang memikirkan sesuatu jadi sahabatnya penasaran apa yang Daffa pikirkan.
"So' tau lo," ucap Daffa meninggalkan sahabatnya.
"Hey bro, gue tau lo itu kayak gimana, kagak usah bohong deh."
"Gue kagum sama cewek barusan, Fin. Entah bagaimana rasa kagum itu muncul," ucapnya santai.
"Hah yang bener? Masa sih? Dia tuh santriah baru, Daf. Lo langsung kagum? Gue saranin lo jangan buru-buru dulu, siapa tau itu bisikan syetan."
"Bener juga apa yang lo ucapkan, tumben lo bijak," meninggalkan sahabatnya.
"Ih si Daffa harusnya bilang makasih," gerutu Arifin.
***
Ziah, dia sedang membaca novel yang tadi diberikan oleh ustad Daffa. Ditengah dirinya membaca dia teringat kilasan apa yang terjadi dirinya dengan ustad Daffa.
Flash back on
"Ck ko tidak ada yang seru," gerutu Ziah.
"Mungkin ini seru," ucap seorang lelaki menyodorkan buku yang berjudul Lantunan Cinta Ilahi.
Ziah yang mendengarkan suara seorang lelaki itu langsung kaget, Ziah yang tau suara siapa itu langsung menundukkan kepala.
"Terimakasih Ustadz," Ziah yang masih menundukkan kepalanya, ya dia Ustadz yang mengisi kajiannya tadi siang.
"Mungkin Ustadz juga menginginkannya, aku akan cari yang lain saja," ucap Ziah akan meninggalkan namun ustad mencegahnya.
"Tunggu! Ini ambillah saya tidak terlalu suka dengan buku novel," ucap Ustadz memberikan buku itu dan langsung diterima oleh Ziah.
"Sebelumnya terimakasih Ustadz, aku pamit wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," pamit Ziah.
Flash back off
"Astaghfirulloh," ucap Ziah langsung tersadar.
Ziah merasa ketika dekat dengan Ustadz Daffa hatinya degdegan, Ziah baru merasakan hal seperti ini karena sebelum2nya hatinya tetap biasa, hal seperti itu semenjak dia bertemu dengan ustad Daffa.
"Ziah kamu kenapa?" tanya Ara, karena takut kenapa2 dengan sahabatnya.
"Emm aku nggak kenapa2 ko, Ra."
"Aku kaget loh kamu kayak tadi, kirain kenapa," ucap Ara, tapi Ara melihat dari raut wajah Ziah bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu tapi Ara berusaha tetap berpikir positif.
"Hehe nggak ko, Ra."
"Hmm, novel kamu judulnya apa?"
"Lantunan Cinta."
"Wih bagus, isinya pasti romance islami, dapet dari mana, Zi?"
"Emm ini__,"
"Dari mana Zi? Tinggal jawab ih."
Aduh aku harus jawab apa ya sama Ara, masa iyya sih dari Ustadz Daffa tapi masa iyya juga aku harus bohong, bingung aku, batin Ziah.
"Heh malah bengong, aku tanya loh Ziah, ini dapet buku dari mana? Kayak ada yang disembunyiin."
"Hah nggak ko, ini dapet dari, Ustadz Daffa Ra."
"Apa? Dari Ustadz Daffa? Gimana ceritanya?" tanya Ara semangat, pasalnya sahabatnya tak pernah menerima apapun dari lain mahromnya.
"Aku lagi nyari novel terus nggak ketemu yang aku inginkan, ya terus Ustadz Daffa kasih novel ini."
"Terus-terus?"
"Awalnya sih aku nggak terima tapi ustad Daffa maksa, ya udah deh aku terima."
"Terus-terus?"
"Terus-terus emangnya lagi markirin kendaraan apa."
"Ya terus kamu jatuh cinta deh sama Ustadz Daffa," asal Ara.
"Ish so' tau kamu," ucap Ziah ngambek.
"Tapi benerkan?"
"Nggak."
"Nggak apa? Nggak bohong."
"Iya," ucap Ziah otomatis menutupi mulutnya.
"Bener, Zi? Kamu cinta sama Ustadz Daffa? Baru kali ini loh kamu cinta sama seseorang," ucap Ara dengan nada yang cukup lumayan keras.
"Sutttt suaranya bisa pelan-pelan gak, liat tuh banyak yang liatin kita," ucap Ziah menyimpan telunjuknya dia bibir Ara.
Ara langsung melihat sekitar dan ternyata benar banyak yang melihatnya.
Karena mereka membaca novel di tempatnya, banyak yang sedang membaca novel, karena suara Ara yang tidak pelan banyak tatapan yang menoleh ke arah mereka.
"Tapi bener gak?" ucap Ara sepelan-pelannya.
"Aku juga nggak tau, pokoknya kalo deket Ustadz Daffa hati aku degdegan, Ra. Aku juga aneh."
"Hahahaha, Zi itu namanya jatuh cinta," ucap Ara langsung mendapat bungkaman dari Ziah.
"Udah dibilangin suaranya pelanin ih."
"Iya maaf, Ziah sayang."
"Udah pulang yuk ke kobong! Dah lama kita diluar."
***
Ditengah perjalanan Ara selalu saja menggoda Ziah, jadi hal baru bagi Ara menggoda sahabatnya itu.
"Cinta ku kelepek-kelepek sama dia," ucap Ara dengan nada dinyanyikan.
"Diem ih."
"Pandangan pertama awal aku berjumpa."
"Kamu bisa nyanyi juga? Baru tau aku," ucap Ziah tapi dihiraukan oleh Ara.
"Anauhibbukafillah ku mencintai karena alloh jika dia yang terbaik untukku dekatkanlah hati kami ya alloh."
"Ra bisa diem gak sih, sekali lagi kamu nyanyi aku lari nih ninggalin kamu," ancamnya.
"Ingin ku lukis senja mengukir namamu disana."
"Dih Araaa nyanyi nya ngawur kesana kesini."
"Hahaha emanya mau lagu apa, Zi? Mau anauhibbukafillah aja? Biar cinta kamu ke Ustadz Daffa karena Alloh hmm," goda Ara yang terus saja menggodanya.
"Ih tau ah," ucap Ziah langsung lari.
Tapi ketika Ziah lari, dia menabrak seorang laki-laki. Membuat dirinya jatuh ke lantai.
Dug
"Awww," ringis Ziah.
"Apakah kamu tidak apa-apa?" tanyanya.
"Astaghfirulloh," ucap Ziah.
Kening ustad mengerut tanda dia tak paham, dia menanyakan keadaannya tapi Ziah menanggapi dengan perasaan kaget.
Ziah kaget karena orang yang ditabrak adalah orang yang bikin hatinya berdebar setiap melihatnya. Siapa lagi kalau bukan Ustadz Daffa.
"Saya menanyakan keadaan tanggapannya malah kaget, apakah saya ini seperti hantu?"
"Emmmm nggak Ustadz maaf," cicitnya.
Ziah takut kalau Ustadznya marah, karena Ziah telah menabraknya.
"Ya sudah sekarang kamu berdiri! Kalau kamu tidak apa2, maaf saya tidak bisa membantu karena kita bukan mahrom."
Ziah berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun, dan dimana sahabatnya? Ara lari saat siapa yang ditabrak oleh Ziah, takutnya Ara yang jadi sasarannya.
"Ustadz nggak marah?"
"Marah? Marah kenapa?" tanya Ustadz mengerutkan keningnya lagi.
"Ya tadi aku nabrak Ustadz, kirain marah tapi nggak ya? Alhamdulillah makasih Ustadz, aku pamit dulu assalamu'alaikum."
Ck dasar anak kecil, batin Ustadz Daffa