Chereads / Lantunan Cinta / Chapter 12 - BAB 11

Chapter 12 - BAB 11

Kaki Ziah sudah diobati sekarang dia sedang berdiam sendirian, tak lama ada seseorang mengetuk pintu dan ternyata yang datang adalah Ustadz Daffa sambil membawakan sekantong kresek ditangannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh."

"Bagaimana keadaan kamu? Apakah kakinya masih sakit?" tanya Ustadz penuh perhatian.

"Alhamdulillah nggak terlalu sakit udah diobatin ko," jawabnya pelan.

"Alhamdulillah syukur, ini saya bawakan roti," ucap Ustadz Daffa sambil menyodorkan kantong kresek.

"Makasih, Ustadz tapi aku belum lapar."

"Ambil saja!"

Ziah mengambil sekantong kresek yang ada dalam genggaman Ustadz Daffa.

"Apakah kamu masih marah sama saya?" 

Hanya gelengan kepala yang Ziah perlihatkan sebagai jawaban.

"Ziah saya minta maaf karena telah membentakmu tadi saya tidak sengaja dan maaf juga telah membuat kaki mu terluka."

"Iyya, Ustadz udah aku maafin ko, aku juga minta maaf karena udah berani jewer kuping Ustadz."

Ustadz Daffa tersenyum karena mendengar penuturan Ziah, Ustadz Daffa tak menyangka dibalik sikap Ziah yang cengeng bahwa seorang Ziah tak memiliki rasa dendam atau marah berlebihan.

"Ziah!"

"Terima kasih sudah memaafkan saya."

Ziah langsung menatap Ustadz Daffa keduanya saling bertemu dan melemparkan senyuman manisnya.

Karena tau berkelamaan saling pandang mereka baru sadar dan memalingkan wajahnya, keduanya sama-sama gerogi membuat keduanya salah tingkah.

"Saya pergi dulu karena ada jadwal mengisi kelas," ucapnya pamit dan diangguki oleh Ziah.

Setelah Ustadz Daffa pergi, Ziah memikirkan tentang sikap ustadnya yang semakin kesini semakin dekat, jantung Ziah berdebar ketika dekat Ustadz Daffa.

***

Tepat ketika Ustadz Daffa melewati rumah kyai, dia tidak sengaja mendengar percakapan antara kyai dengan istrinya itu.

Yang awalnya ingin menyapa mereka berdua tetapi Ustadz Daffa urungkan ketika mereka berbicara serius, Ustadz Daffa berhenti sebelum melanjutkan langkahnya mendengar dengan khidmat apa yang kyai dan istrinya bicarakan.

"Ummah! Abah akan menjodohkan santriah kita yang bernama Asyila Fauziah dengan laki-laki pilihan abah, santriah disini menyebutnya dengan Ziah orangtuanya juga menginginkan anak semata wayangnya itu ada yang menjaga, kalo abah lihat Ziah itu anak sholihah, siapa yang kelak menjadi imamnya akan bangga terhadap dia."

"Iyya abah, ummah juga lihat Ziah itu anak yang sholihah ummah dukung apa yang jadi keputusan abah," ucap ummah menerbitkan senyuman manisnya sambil mengelus tangan abah.

Degg

Ustadz Daffa yang mendengar penuturan kyai dengan istrinya itu membuat batinnya tercubit keras nalurinya kacau seseorang yang dia idamkan, harapkan, dan berencana suatu saat akan menjadikan bidadari dihidupnya, akan dijodohkan dan menjadi milik orang lain?

Setelah mendengar semua apa yang didengarkan dari kedua pasangan itu ustad Daffa melanjutkan langkahnya menuju kelas 12 aliyah meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja.

***

"Bismillahirrohmanirrohim," ucap Ustadz Daffa sambil menghembuskan nafasnya pelan. Dia memasuki kelas dengan wajah biasa saja agar santriahnya tidak bisa membaca isi hatinya.

"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh."

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," ucap serempak santriah.

"Baik saya akan mengisi kajian saya untuk pelajaran fiqih nanti bisa dilanjut yah."

"Iya, Ustadz."

"Bismillahirrohmanirrohim Kunci Surga Muslimah

Surga adalah idaman dan harapan setiap orang beriman, ia adalah akhir perjalanan bagi semua orang yang taat dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Untuk menggapai surga, maka pentingnya seseorang untuk mengetahui kunci yang dengannya dia dapat membuka pintu surga dan masuk ke dalamnya.

Dalam hal ini, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah menyebutkan kunci surga yang khusus disediakan untuk para wanita yang kebanyakan kelak menjadi penghuni neraka sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh beliau juga. Dengan meraih kunci ini, niscaya dia tidak termasuk ke dalam golongan para wanita penghuni neraka.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah merangkum kunci surga muslimah dalam empat perkara, dari Abdurrahman bin Auf berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan." (HR. Ahmad nomor 1661, hadits hasan lighairihi).

Satu hal yang terpetik dari sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam di atas adalah bahwa beliau hanya menyebutkan perkara-perkara yang masuk ke dalam jangkauan seorang muslimah, di mana seorang muslimah mampu melaksanakannya tanpa bergantung kepada orang lain atau bergantung kepada suaminya, di sini Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak menyinggung, misalnya, haji, karena pelaksanaan ibadah ini oleh seorang muslimah bergantung kepada suatu perkara yang mungkin tidak dimilikinya, seperti tersedianya bekal haji atau tersedianya mahram, di sini Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga tidak menyinggung zakat, karena perkaranya kembali kepada kepemilikan harta dan pada umumnya ia berada di tangan kaum laki-laki, karena harta adalah hasil bekerja dan yang bekerja pada dasarnya adalah kaum laki-laki."

Berhenti sejenak bukannya fokus terhadap santriah didepannya Ustadz Daffa malah memikirkan perihal Ziah dijodohkan sampai ada santriah yang membuyarkan lamunannya.

"Emm maaf, Ustadz bisa dilanjut?"

"Ah iyya maaf saya tidak fokus," maafnya pada santriah.

Kunci pertama, menjaga shalat lima waktu

"Shalat adalah ibadah teragung, hadir setelah ikrar dua kalimat syahadat, satu-satunya ibadah yang tidak menerima alasan 'tidak mampu', wajib dikerjakan dalam keadaan apa pun selama hayat masih dikandung badan dan akal masih bekerja dengan baik, pembatas antara seseorang dengan kekufuran dan kesyirikan, tidak heran jika suatu ibadah dengan kedudukan seperti ini merupakan salah satu kunci surga.

Jika menjaga shalat adalah kunci surga, maka sebaliknya menyia-nyiakannya adalah gerbang neraka, ketika para pendosa dicampakkan ke dalam neraka, mereka ditanya, apa yang membuat kalian tersungkur ke dalam neraka? Mereka menyebutkan rentetan dosa-dosa yang diawali dengan meninggalkan shalat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya,

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?' Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." (QS.al-Muddatstsir: 42-43).

Perkara menyia-nyiakan shalat tidak jarang terjadi pada kaum muslimin secara umum dan kaum muslimat secara khusus, banyak alasan dan hal yang membuat mereka terjerumus ke dalam perbuatan tidak terpuji ini, di antara mereka ada yang menyia-nyiakan shalat karena malas dan meremehkan, di antara mereka ada yang terlalaikan oleh kesibukan hidup, sibuk bekerja, sibuk memasak, sibuk mengurusi rumah tangga, sibuk mengurusi anak-anak dan suami, sibuk dengan kegiatan-kegiatan lainnya sehingga ibadah shalat terbengkalai, padahal ibadah shalat tidak menerima alasan apa pun yang membuatnya tersia-siakan, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkan kaum muslimin agar tidak terlalaikan oleh dunia dari mengingatNya, termasuk mengingatNya melalui ibadah shalat.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, artinya,

"Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. al-Munafiqun: 9).

Menjaga shalat lima waktu mencakup menjaga waktunya dalam arti melaksanakannya tepat waktu, tidak menundanya dan mengulur-ulur waktunya sampai waktunya hampir habis, atau bahkan membiarkannya habis, ini adalah shalat orang-orang munafik, dan seorang muslimah tidak patut bermental munafik dalam ibadah shalat.

Menjaga shalat mencakup menjaga syarat-syarat dan rukun-rukunnya di mana shalat tidak sah tanpanya, menjaga wajib-wajib dan sunnah-sunnahnya yang merupakan penyempurna bagi ibadah shalat, semua ini menuntut seorang muslimah untuk belajar dan membekali diri dengan ilmu yang shahih tentang shalat. Tanpa ilmu yang shahih tidak akan terwujud menjaga shalat.

Kunci kedua, berpuasa di bulannya

Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu kunci surga, lebih dari itu di surga tersedia sebuah pintu khusus bagi orang-orang yang berpuasa yang dikenal dengan 'ar-Rayyan', pintu masuk para shaimin secara khusus, jika mereka telah masuk, maka ia akan ditutup.

Di samping berpuasa sebagai kunci surga, ia juga merupakan tameng dan pelindung dari neraka, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan, ash-shaumu junnah, puasa adalah tameng atau pelindung, yakni dari api neraka.

Karena puasa merupakan salah satu kunci surga sekaligus pelindung dari neraka maka seorang muslimah harus menjaganya, dalam arti melaksanakannya dengan baik, memperhatikan syarat, rukun dan pembatalnya, karena tanpanya dia tidak mungkin berpuasa dengan baik.

Seorang muslimah juga harus memperhatikan perkara qadha puasa Ramadhan di hari-hari lain jika dia mendapatkan halangan pada bulan Ramadhan sehingga tidak mungkin berpuasa secara penuh, jangan sampai Ramadhan berikut hadir sementara dia belum melunasi hutang puasanya, perkara mengqadha puasa di hari lain ini sering terlupakan atau terabaikan, karena kesibukan hidup, padahal ia adalah hutang yang jika tidak dilaksanakan maka seorang muslimah tidak bisa dikatakan telah berpuasa di bulannya, selanjutnya dia gagal meraih kunci kedua dari kunci-kunci masuk surga, dari sini bersikap hati-hati dengan menyegerakan qadha adalah sikap bijak, karena penundaan terkadang malah merepotkan dan menyulitkan.

Kunci ketiga, menjaga kehormatan.

Surga hanya bisa diraih dengan keshalihan, hanya wanita shalihah yang akan masuk surga, shalihnya seorang wanita dibuktikan dengan beberapa sifat dan akhlak, salah satunya dan yang terpenting adalah menjaga kehormatan diri. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya,

"Wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara (mereka)." (QS. an-Nisa`: 34).

Ayat ini menetapkan bahwa memelihara diri merupakan wujud dari ketaatan seorang wanita shalihah kepada Allah kemudian kepada suaminya.

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Menjaga kehormatan berarti membentengi diri dari perkara-perkara yang mencoreng dan merusak kehormatan, yang menodai dan menggugurkan kemuliaan, dengan tetap bersikap dan bertingkah laku dalam koridor tatanan syariat yang suci lagi luhur.

Menjaga kehormatan di zaman di mana ajakan dan propaganda kepada kerusakan dan perbuatan keji semakin meningkat dan menguat, seruan dan arus serangan yang ditujukan kepada wanita-wanita muslimah dengan agenda dan maksud terselubung semakin gencar, menjaga kehormatan di zaman seperti ini terasa demikian sulit dan berat, para penyeru dan para jurkam kerusakan membidik wanita muslimah sebagai sasaran, mereka memakai dan menggunakan cara-cara yang melenakan dan menggiurkan dengan nama kemajuan, modernisasi, pemberdayaan, pengentasan, pembebasan dan kedok-kedok palsu lainnya, zhahiruhu fihi ar-Rahmah, wa bathinuhu ya`ti min qibalihi al-adzab, racun di balik kelembutan ular berbisa.

Kunci keempat, menaati suami.

Menaati suami merupakan lahan dan medan besar dan luas bagi seorang muslimah, ia merupakan ladang ibadah bagi seorang muslimah yang sesungguhnya setelah penghambaannya kepada Rabbnya, itu yang dapat saya sampaikan maaf jika ada kesalahan. Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh," ucapnya meninggalkan kelas.