Chereads / Lantunan Cinta / Chapter 18 - BAB 17

Chapter 18 - BAB 17

Disini dia masih sendirian memikirkan gadis yang dapat memikatnya itu, sudah 2 jam dia berada di taman, sekarang sudah menunjukkan pukul 4 sore. Hembusan angin di sore hari membuat para makhluk ceria.

"Eh Fin gue cariin nyatanya ada disini, lagi apa sih? Tumben lo sendirian di taman," ucapnya datang mengagetkan Ustadz Arifin.

Selama 2 jam berada di taman dia adalah ustadz Arifin yang sedang memikirkan gadis pujaannya itu, tapi siapakah gadisnya itu? Ayolah baca saja ya.

"Eh badrul lo itu ngagetin aja salam-salam dulu apa," protesnya, Ustadz Daffa terkekeh dan bergabung duduk.

"Lo itu lagi ngapain sih, Fin? Tumben banget gituh lo main ke taman, sendirian pula."

"Gapapa, gue pengen aja kesini udaranya seger," ucapnya bohong.

"Eh kagak usah bohong, lo itu udah lama sama gue, jadi gue tau seriusnya elo sama bohongnya elo tuh kayak gimana," ucapnya menjidat kepala.

"Tau apa lo tentang gue?" ucapnya menantang.

"Lah nantangin dia, pokoknya gue tau semua tentang lo," ucapnya santai.

"Lo tau tentang perasaan gue?" tanyanya menatap lurus ke depan sambil menyunggingkan sudut bibirnya, Ustadz Daffa pun yang awalnya santai menjadi serius dan menghadap ke ustad Arifin.

"Hah? Tentang perasaan elo? Maksudnya elo ada rasa sama seseorang?" ucapnya bingung.

"Lo tau?"

"Eh ubed kagak usah ngode intinya aja jangan bikin gue pusing, lo lagi ada rasa sama orang? terus siapa?" ucapnya.

"HM," ucapnya singkat sukses membuat ustad Daffa menjidat keningnya lagi.

"Lo itu ya, Daff demen banget maen jidat kening gue," ucapnya lagi protes tak terima dan memukul kembali ustad Daffa sebagai pembalasan.

"Aduh, bisa kasar juga ya lo," kekehnya.

"Udah lah gue males debat sama lo, sekarang gue lagi bingung sama perasaan gue, Daff," curhatnya.

"Ceritalah serincinya gue belum tau cerita perasaan lo," ucapnya dan menghadap ke depan begitupun dengan ustad Arifin.

"Gue ada rasa sama Ara, Daff. Gue harus gimana? Gue gak mau dosa, Daff dengan memikirkan yang belum halal," ucapnya prustasi.

"Ya udah halalin aja, gak usah ribet kayak anak bucin aja lo," ucapnya enteng.

"Bisa gak sih lo itu serius, gue yang dengernya saran lo itu jadi males."

"Hehe lo itu ustadz, Fin jadi lo tau tindakan yang harus lo lakukan."

"Gue tau, Daff tapi bagaimana? Gue belum mampu."

"Lo belum mampu buat ngehalalin atau belum mampu ambil resiko seperti 2 tahun lalu?" ucapnya dan itu membuat hati Ustadz Arifin tersentuh, mengingat masa lalu sungguh tak ingin terulang lagi.

Flashback on

Ustad Arifin terduduk di singgasana bagaikan raja sehari berhadapan dengan wali perempuan, dengan wajah yang bahagia, balutan baju yang rapi melekat di tubuhnya membuat ketampanannya bertambah.

Semua orang sudah berkerumunan termasuk kyai dan para santri dan santriah yang akan menyaksikan pernikahan ustadz Arifin dengan Renata, karena mereka dijodohkan oleh kyai dan dilaksanakan pernikahannya di pesantren. 

Banyak sekali orang berlalu lalang dan bercerita sampai ada yang tertawa menjadikan suasana riuh, tetapi beberapa menit suasana ruangan berubah menjadi hening ketika seorang wanita paruh baya turun dari tangga terburu-buru dengan wajah cemasnya membuat yang melihat terheran, tepatnya keluar dari kamar rias pengantin perempuan.

"Hiks hiks hiks," tangisnya menggelegar, semua orang pun berkumpul termasuk kyai mendatangi wanita itu.

"Ada apa? Bicaralah istriku," ucapnya lembut.

"Pengantin perempuannya pergi abah hiks hiks hiks."

Jeder

Semua orang saling berbisik suasana ruangan pun menjadi riuh, ustad Arifin pun berdiri terlihat wajah emosinya.

"Diam semuanya!" perintah Ustadz Daffa dengan suara yang cukup tinggi, suana kembali hening.

"Bagaimana bisa, Ummah? bukankah dia siap dengan pernikahan ini?" tanya Ustadz Arifin dengan nada emosi, rahangnya mengeras.

"Tenangkan dulu Fin, Ummah belum cerita, silakan Ummah bagaimana ceritanya?" ucap Ustadz Daffa mempersilahkan Ummah berbicara.

"Tadi itu lagi rias dia terus Ummah tinggal sebentar ke kamar karena Ummah mau ngambil make up yang lain tapi setelah Ummah kembali dia sudah tidak ada dan kunci jendela terbuka hiks hiks, maafkan Ummah nak Arifin," ucap ummah menangis sesegukan, kyai memeluknya supaya istrinya tenang.

Ustad Arifin mengepalkan tangannya tanda dia tak menerima, dia pergi meninggalkan semuanya, perintah dari kyai pun tidak didengarkan, Ustadz Daffa mengejar menyusulnya karena takut terjadi apa-apa. 

Ustad Arifin lari sekencangnya menuju danau yang cukup jauh dari pesantren, dia bersimpuh dan berteriak mengeluarkan kekecewaan yang amat perih, wanita yang ia harapkan pergi begitu saja tanpa ada sebab menggagalkan pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia diantara mereka malah menjadi berita duka.

"Arghhhh," teriaknya sambil memukul-mukul tangan ke tanah.

Ustadz Daffa yang sedari tadi melihat dari kejauhan kini menghampiri, Ustadz Daffa segera mengusap pundak sahabatnya, Ustadz Daffa tidak tega melihat sahabatnya terpukul, hatinya pun ikut tersentuh. 

"Fin, ini sudah ketentuan Allah tak bisa dipungkiri, sekeras apapun kamu berharap dan berencana tapi Allah tak menghendaki maka Allah tidak akan mempersatukan, yakinlah! Allah punya rencana terbaik untukmu," ucap Ustadz Daffa menasehati penuh hati-hati karena takut melukai sahabatnya ini.

"Daff salah gue apa? kenapa dia ninggalin gue, ini seharusnya jadi hari yang sangat bahagia, Daff," ucapnya sesekali memukul.

"Jangan terlalu berharap karena terlalu berharap pada manusia adalah penyakit dan bencana besar."

"Arghhh," ucap ustad Arifin memukuli dirinya sendiri, dia tertunduk lesu.

"Ayo bangun dan bangkitlah dari keterpurukan mu semuanya tak bisa berubah kecuali oleh diri sendiri."

Ustadz Arifin berdiri dan memeluk sahabatnya.

"Terimakasih Daff, lo emang sahabat terbaik gue."

Flashback off

Ustadz Arifin tertunduk dia tak mampu mengeluarkan kata-kata kilasan masa lalunya terbayang kembali membuat hatinya amat sakit. Wanitanya pergi tanpa sebab,entah apa yang membuat dirinya pergi begitu saja.

Ustadz Daffa yang tau bahwa sahabatnya sedang tidak baik-baik saja dia merangkul sahabatnya memberi kekuatan.

"Gue takut kembali seperti dulu Daff, meskipun waktu telah berlalu tapi untuk mengingat kembali ada rasa takut, gue takut orang gue cintai pergi lagi."

"Di setiap kesedihan akan ada kebahagian hidup kita diatur sama Allah termasuk jodoh. Bukankah setiap orang itu berbeda? Jangan terlalu terpuruk dengan masa lalu, Fin," ucapnya membuat ustad Arifin tersenyum.

"Oke thanks ya bro nasehatnya," ucapnya kembali tersenyum meskipun rasa sakitnya belum terobati.

"Jadi kapan lo mau nikahin dia? Gerak cepat sebelum ditikung sama orang, udah ditikung sama orang nanti mewek kan gue yang ribetnya" tawanya menggelegar.

"Lo itu ya kalo ngomong kebangetan, Daff. Secepatnya gue bakal nikahin dia Daff," ucapnya wibawa.

"Hahaha, semudah itu ya lo mau nikahin anak orang, baru beberapa bulan dia disini udah cinta aja," ledeknya.

"Eh badrul lo juga sama kagak nyadar banget, apalagi dia beberapa minggu lo udah maen cinta," ucapnya meledek juga sambil tertawa berbahak melihat wajah marah ustad Daffa.

"Ck so' tau lo," ucapnya sewot.

"Hahaha kagak usah so' pura-pura Daff, gue tau lo itu suka sama Ziah dan lo juga hampir terpuruk karena Ziah akan dijodohkan sama kyai," ucapnya terang dan ustad Daffa tak berkutip apa-apa.

"Yang penting gue yang dijodohin sama kyai dan gue bahagia."

"Terserah lo, udah ah balik yu udah sore," ajaknya dan mereka berdua pulang kembali ke pesantren.