Chereads / Lantunan Cinta / Chapter 14 - BAB 13

Chapter 14 - BAB 13

Setibanya di depan rumah Kyai, Ziah ke halaman rumah dan menginjakkan kaki ke teras tapi pergerakannya terhenti disaat dia melihat seorang lelaki berpeci warna hitam, baju warna putih dan sarung warna biru tua, pantas dipakaikan di badannya dan terlihat tampan terpesona. Siapa dia? 

"Ziah!" panggilnya suara serak namun cepat-cepat dia menetralkan wajahnya agar tidak terlihat sedang sakit hati.

"Iya, Ustadz Daffa?" ucapnya segera menundukkan kepala, ya dia adalaah Ustad Daffa.

"Kamu disini sedang apa?" tanyanya.

Ziah yang awalnya akan menjawab, kembali terdiam karena pintu terbuka. 

"Eh kalian, ayo masuk semua sudah pada hadir kami disini menunggu kedatangan lain," ucap Ummah. Ya yang membuka pintu adalah Ummah.

"Terima kasih, Ummah," ucap Ziah dan Ustadz Daffa kompak, Ustadz Daffa melirik namun Ziah tetap menunduk.

"Sama-sama, silakan masuk!" keduanya dipersilahkan masuk.

Disaat mereka masuk banyak yang menyambutnya penuh gembira terutama Ummi nya Ziah, dia menghampiri anaknya dan melemparkan pelukannya itu. Ciuman demi ciuman dia berikan kepada anak semata wayangnya dengan penuh kasih sayang dan cinta.

Ummi dan Ziah kembali terduduk, sifat manja Ziah membuat Ustadz Daffa semakin ingin memiliki, namun mustahil bukankah Ziah akan dijodohkan dengan pilihan kyai? Mengingatnya kembali membuat Ustad Daffa kembali teriris menyayat.

"Eh, Fin yang lain kemana ini? Ko hanya kita berdua disini?" tanyanya pada sahabat yang bernama Arifin.

"Yang lain pada sibuk ngurusin santri dan santriah 'kan sekarang jadwalnya setor hafalan," ucapnya dan diangguki oleh Ustadz Daffa karena paham.

"Sudah kumpulkah semuanya?" tanya Kyai tiba-tiba.

"Sudah Abah," jawab ummah.

"Baik kalo begitu saya mulai ya karena sudah malam, assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh."

"Wa'alaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," ucap serempak.

"Jadi saya sengaja mengumpulkan karena akan membahas masalah perjodohan nak Ziah. Anaknya pak Ali."

Ziah yang awalnya menunduk langsung menengadah, ia tak berbicara langsung menampakkan raut wajahnya seolah-olah bertanya, Ziah dibuat bingung apa maksudnya perjodohan ini, dia juga masih sekolah, dijodohkan dengan siapa? Itulah yang ada dipikiran Ziah.

Ustadz Daffa kembali teriris, malam yang disuguhkan dengan kalimat yang tak ingin dia dengar justru malah menyaksikannya, akankah dia siap menerima ini semua? 

Ustad Arifin juga dibuat bingung, bukankah Ziah masih sekolah kenapa harus dijodohkan sekarang, sesekali Ustadz Arifin melirik sahabatnya dia bisa merasakan apa yang sedang sahabatnya ini rasakan, wanita yang dia idamkan tak akan menjadi miliknya.

"Ummi," lirih Ziah dan ustadz Daffa pun meliriknya membuat dirinya tak kuasa melihat Ziah. Umminya yang dipanggil mengelus kepala anaknya.

Terciptalah keheningan namun beberapa menit Kyai tiba-tiba berbicara lagi membuat semua orang ternganga tak percaya. 

"Saya akan menjodohkan nak Ziah dengan Ustad Daffa, saya harap Ustadz Daffa dapat membimbing nak Ziah sampai ke surganya Allah SWT."

Ziah, ustad Daffa, dan ustad Arifin dibuat bingung kembali mereka tak menyangka Kyai nya akan menjodohkan Ziah dengan Ustadz Daffa satu sama lain saling pandang sampai mata Ustadz Daffa dan Ziah bertemu mereka saling pandang sejenak namun kembali berpaling.

"Kyai apakah benar yang barusan kyai bicarakan?" tanya Ustadz Daffa masih dibuat bingung.

"Iya, Ustadz Daffa saya akan menjodohkanmu dengan nak Ziah, saya sudah membicarakan ini dengan Pak Ali ayahnya nak Ziah dan beliau juga telah setuju, jadi apakah kamu siap?" tanyanya.

Sebelum menjawab ustad Daffa menghirup udara dan mengeluarkannya perlahan.

"Atas izin Alloh SWT saya siap Kyai," ucapnya lantang membuat semua orang senyum bahagia.

Ziah yang mendengarkan penuturan Ustadz Daffa hatinya berdesir, jantungnya deg-degan laki-laki yang dia harapkan akan menjadi imamnya suatu kelak.

"Alhamdulillah," ucap serempak.

"Sekarang bagaimana dengan nak Ziah apakah kamu siap?" tanya kyai dan semua orang kini melihat Ziah.

"Maaf, Kyai tapi ... bagaimana dengan sekolah aku?" tanyanya.

"Saya tetap akan menjodohkan kamu dan saya akan menikahkan, disaat kamu akan naik kelas 3 acaranya privasikan dulu jangan sampai ada yang lain, dan untuk acara meriahnya nanti setelah kamu sudah lulus, bagaimana nak Ziah?"

Ziah menengadah dan melirik calon suaminya.

"Bismillah atas izin Allah SWT aku siap," ucapnya dan membuat orang semakin bahagia.

Ziah tersenyum dan diterima oleh Ustadz Daffa, mereka tersenyum bahagia, dibenak Ustadz Daffa dia telah bersangka dan hatinya sekarang berubah menjadi bahagia sekali karena bidadarinya akan menjadi miliknya, bahagia yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.

"Alhamdulillah," ucap serempak.

"Nah, Li anakmu sudah saya jodohkan untuk tanggalnya mau kapan?"

"Bismillah, untuk tanggalnya nanti ketika Ziah masuk kelas 3 akan saya nikahkan," ucapnya dan semuanya termangut-mangut menandakan paham.

"Ziah, Ummi gak akan lama sayang, Ummi pamit ya sudah jam 9 juga takut dijalannya ada apa-apa, gak papa ya sayang?" tanya Ummi lembut, karena Ummi sudah hafal bagaimana sikap anaknya ini kalau sudah di dekatnya pasti manjanya kumat.

"Iya, Ummi hati-hati dijalan ya mi."

"Yuk, Bi," ajak Ummi.

Abinya mendekat ke anaknya di peluklah anaknya, Ziah yang tak kuasa menahan air matanya ia keluarkan, Ziah merindukan pelukan ayahnya ini.

"Ziah!" ucap Abi dan menguraikan peluknnya.

"Iya, Abi."

"Jaga baik-baik ya sayang, jaga kesehatanmu, Abi dan Ummi akan datang kembali disaat kamu menikah."

"Iya, Abi hati-hati dijalan."

Semua orang keluar mengantarkan Ummi dan Abinya Ziah, sebelum pasangan itu naik ke mobilnya mereka memeluk anaknya lagi memberikan pelukan kekuatan kepada anaknya agar selalu menjadi orang kuat. Setelahnya pasangan itu masuk ke mobil dan dilajukannya mobil dengan kecepatan rata-rata.

"Em, Kyai maaf ini sudah malam boleh aku ke kobong?" tanya Ziah.

"Saya tidak akan mengizinkan kamu pulang malam jam seperti ini meskipun kobong mu dekat kecuali kamu ingin diantarkan oleh Ustadz Daffa dan Ustadz Arifin, bagaimana nak Ziah?" 

Sejenak Ziah terdiam lalu berkata.

"Boleh kyai."

"Ya sudah Ustadz Daffa dan Ustadz Arifin tolong antarkan dulu nak Ziah, awas dijaga calonnya Ustadz," ucap Kyai semua orang terkekeh kecuali Ziah hanya menunduk dan Ustadz Daffa senyum-senyum.

"Ya sudah saya tinggal ya," ucap Kyai langsung masuk ke dalam rumah. Istrinya sedari tadi sudah masuk ke dalam rumahnya.

"Yuk, Ziah" ajak Ustadz Daffa.

"Ekhem masa sama calon yuk Ziah sih, harusnya yuk humairah romantis dikit dong Daff," jelas Ustadz Arifin dan langsung dibuahi pukulan kecil, bukannya sakit Ustadz Arifin malah tertawa.

"Sudah hiraukan saja dia, yuk Ziah semakin larut malam," ucap Ustadz Daffa dan ikuti oleh Ziah meninggalkan Ustadz Arifin yang masih tertawa.

"Eh malah ditinggal. Jangan berduan aduh belum muhrim," ucap Ustadz Arifin lari mengejar ustad Daffa dan Ziah.

Setelah menjauh dari Ustadz Arifin, disinilah mereka berdua berjalan dengan santai hanya hembusan angin malam yang menemani mereka berdua, keduanya sedang memikirkan perasaan masing-masing yang merasa belum percaya dengan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.

Namun lamunan masing-masing buyar ketika Ustadz Arifin berada disisinya.

"Astaghfirullah belum muhrim juga ya gak baik keluyuran seperti ini apalagi apa kata yang melihat kalian," ucapnya terang.

"Fin lo yang banyak ngomong mulu. Ya jadi ditinggal gak liat apa ini udah malem kesian calon gue kedinginan tengah malam begini."

"Cie udah diakui aja nih yang mana calonnya, Daff?"

"Ck diam lo!"

"Buset ngegas jangan marah-marah atuh nanti calonnya takut, lemah lembut dikit lah Daff," goda ustad Arifin.

Karena risihnya ustad Daffa membekap mulut Ustadz Arifin, yang dibekap tidak terima dilakukan seperti itu langsung memberontak.

"Apaan sih Daff maen bekap-bekap mulut orang," gerutu ustad Arifin.

"Elo sih, gan __," ucapnya termotong oleh Ziah dan membalikkan badannya karena sedari tadi Ziah berada didepan mereka.

"Astaghfirulloh bisa pada diem nggak? Kesian yang lain nanti kebangun gara-gara ribut," nasehat Ziah keduanya tak menjawab hanya menganggukan kepala.