Rizal membanting kan tubuhnya di kasur, "Nyupir sendiri kaya ngobrol sama angin rasanya.."
KRING KRING!
"Kenapa?!" Rizal menjawab sambungan telpon dengan suara yang lesu,
"UDAH LIAT FOTO YANG AKU KIRIM BELUM SIH?! UDAH DIPESENIN BELUM?"
"Pesen sendiri, gua lagi sibuk!"
"Kan kartu aku kamu cut.."
"Agh! Pesen aja sih entar gua yang bayar tagihan nya," Rizal hendak menekan tombol merah di layar handphone nya,
"Oke!"
Tutttt...
Sambungan telpon sudah terputus. "Udah lah!" Rizal hendak menekan tombol off di layar ponselnya, namun ada pesan masuk yang membuat pipi nya berubah menjadi merah bak tomat matang.
"JANGAN TELAT YA MAS BUCIN! SEE U WHITE BUNNY!"
"Uhuk uhuk!" Rizal seakan tersedak oleh ludah nya sendiri setelah melihat pesan dari Vania. Tolong lah baru beberapa menit sebelum pesan ini melayang masuk ke ponsel Rizal, moodnya benar-benar kacau tak karuan. Darahnya mendidih bak air panas namun sekarang darahnya sudah dingin bahkan beku bak es.
"Polos polos gini bisa leleh juga sama gua.." Rizal memanding ponselnya dengan gemas, hohoho bukan memandang pesan Vania namun memanding foto dirinya bersama anak SMA yang akan menjadi calon istrinya. Itu foto pertama yang Rizal dapatkan saat mereka masih di taman, ini hasil cepretan asal Rizal saja namun bagi Rizal foto ini sudah kelewatan lucu.
Muka Vania yang memerah dengan bibir tertekut nya mampuh membuat Rizal terkekeh bahkan terguling-guling di kasurnya.
"Awas aja nih sampe jadi bini gua tiap hari gua uwel uwell!" Rizal mengeraung di kasurnya masih dengan ke gemesannya.
Rizal bangun dari kasurnya dan bercepat menganti Bajunya, pergi ke samping kamar mandinya dan bergegas mengambil baju kaos dan celana pendeknya saja.
Kantuknya sudah terlalu over dan membuat nya lebih memilih tidur dibandingkan mengecek meningkatan perusahaannya.
Pagi memulai semuanya, sekarang sudah masuk pukul 11 siang sebenarnya. Padahal Vania minta sebelum jam sebelas. Mereka sudah hendak berangkat tapi Vania tetap bertahan diri ingin berangkat bersama Rizal,
"Udah Van mungkin jalanan lagi macet aja.." Kak Cantika berusaha menenangkan Vania yang dari tadi gusar karena pesan dan telpon dari Vania tak kunjung di jawab Rizal.
"Tapi kan perjanjian awal sebelum jam 11 udah harus stay tapi malah kaya gini..." Vania menutup layar ponselnya dengan kasar dan meletakan kembali handphonenya di dalam tas.
"Aku bawa sendiri aja ya..." Vania hendak berjalan ke arah pos satpam rumah nya,
"Udah sama abang aja lah," Bang Algo sudah membuka pintu pengemudi dan langsung menaiki mobilnya.
Kak Rinda sudah menginap kembali di rumah keluarga Vania sedangkan Kak Cantika memang sudah dari pagi ia Absen di rumah ini.
"Ta-"
Kak Cantika menahan ucapan Vania "Udah nanti kena omel bang Algo lagi...yuk!" Kak Cantika menarik Vania dan menyuruhnya duduk di kursi belakang mobil. Oh kasta paling rendah di mobil tentu saja. Bang Algo tak menggunakan Supir, kali ini ia ingin menggunakan family car yang baru ia beli bermerek Range Rover.
Sejalanan tak begitu sunyi karena kak Cantika, Kak Rinda, Kak Marcel dan Bang Algo masih terkekeh kekeh ringan. Berbanding dengan Vania yang sejalanan sibuk dengan mengirim data-data untuk kegiatan sekolah yang akan di selenggarakan saat ulang tahun tanah air tercinta.
Pas di pukul sebelas lewat dua puluh mereka sampai di salah satu mall yang cukup besar di kota Palembang. "Langsung ke Frunk kan?" Kak Cantika memutar kepalanya tepat ke Vania yang berada di belakangnya saat berjalan masuk kedalam mall,
"Ahh iyaa kak..." Vania masih terfokus dengan handphone di tangan nya yang masih berusaha menghubungin Rizal, "Sampe lewat dari setengah satu awas aja!" Batin Vania meremas Handphone nya dengan kesal. Tolong lah Vania sudah menghubungi nya hingga dua puluh lima kali bahkan dengan pesan yang sudah mencapai tujuh belas kali. Dan masih saja tak ada balasan.
"Gua beneran bakal ke tokoh ini buat beli cincin gua?" Vania berhenti sejenak sebelum ia benar benar melangkahkan masuk ke dalam tokoh cincin di mall ini.
"Gua tetep jadi miss independent kan ya...?"
Batin Vania yang merasa berat untuk masuk kedalam tokoh.
"Eh! Ayo katanya mau pilih pilih!" Sahut Bang Algo yang baru melangkah masuk ke dalam tokoh cincin, membuat Vania terbangun dari lamunannya.
"Rizal kemana emangnya?" Tanya Bang Algo setelah Vania masuk ke dalam tokoh,
"Lah! Nanya aku?" Vania menunjuk ke dirinya sendiri seakan memberitahu bang Algo jika dia pun tahu apa apa bahkan sedang kesal dengan Rizal, dengan raut wajah Vania yang sudah tertekuk bisa menjelaskan segalanya.
"Huh huh huh!" Seorang Lelaki Berbaju kemeja berwarna putih dengan bawahan celana hitam berlari ke arah Vania dan membuat nya terkejut.
"Huftt!! Maaf sayang telat..huftt huftt..." Nafas Rizal sangat tak teratur bahkan ucapannya pun tak begitu jelas,
"Oh..abis dari mana?" Singkat pasat jelas bukan pertanyaan Vania.
"Ak...aku tadi harus laporan dulu ke kepala Van..." Suara Rizal masih terenggah-enggah ia sedang berusaha mengembalikan nafas nya.
"Masa punya pacar Tentara ga ngerti sihhh!" Bang Algo memutar badan nya masuk kedalam tokoh sembari sedikit mengentak kan kakinya.
Oh tidak Vania lupa tadi dibelakangnya ada Abang Vania, bisa-bisannya ia sok sok an ngambek di depan kakaknya.
"Udah Ayo nanti bos didalem marah!" Dengan terpaksa Vania harus merelakan untuk tidak melanjutkan Masalah telat waktu. Bagi orang lain itu hal sepeleh tapi Bagi Vania itu hal fatal karena telat yang terlalu lama.
"Haloo Rizall!" Kak Rinda langsung mengheboh setelah melihat Vania dan Rizal yang masuk kedalam ruangan dengan Pegangan tangan.
"Halo kak.." Rizal melepas genggaman tangan nya dan pergi menyalimi semua kakak-kakak Vania,
"Ayoo Van langsung nyari!" Sahut kak Cantika sembari melambaikan tangan nya dan menunjuk salah satu etalase.
"Mau yang mana Van?" Tanya Rizal kembali di samping Vania setelah menyalimi kakak-kakak Vania,
"Ini cincin buat apa?" Vania memutar arah kepalanya dan melihat kearah Bang Algo yang memilih duduk di dekat etalase cincin.
"Buat di gadai!"
"Yangg!" Kak Cantika langsung menghentak kakiknya. Ucapan Bang Algo memang cadaan tapi bukan waktu yang pas untuk menjawab ha itu dengan candaan seperti itu.
"Buat acara kita lah,"
Wow! Darah Vania seakan menjadi mendidih namun mendidih karena terkontaminasi dengan dopamin yang muncul dari perkataan Rizal.
"Ahh...yang ini bagus kayanya..." Vania berusaha mengubah perhatian nya sebelum pipinya semakin memerah, bisa bisa ia akan di cenggengsin oleh kakak kakaknya.
Syukurnya warna pipi Vania bisa meredup setelah ia melihat cincin dengan satu berlian ditengah nya namun sangat elegan dengan pinggiran pernah warna emas putih.
"Liat yang ini ya mbak.." Vania menunjuk ke arah cincin yang dari tadi mencuri perhatiannya, Namun ada satu cincin lagi yang lebih mencuri perhatian Vania.
"Maaf mbak saama yang ini yaa mbak.." Vania menunjuk ke etalase kaca,
Cincin Pertama Berbentuk simple dengan Berlian yang dilingkari ring berwarna sliver. Sedangkan cincin kedua berbentuk sedikit lebih mewah, dimana di tengah terletak berlian besar dan pinggiran nya dipenuh berlian kecil bahkan di keliling oleh berlian kecil itu.
"Yang mana?" Vania mendekatnya dua cincin ini kehadapan Rizal, cincin pertama di jari manis kiri dan cincin kedua sebelah kanan.
"Yang ini kalo menurut aku.." Rizal memandangin cincin yang pertama dibandingkan cincin ke dua,
"Alasannya?"
"Lebih simple aja..." Rizal berusaha lebih mendekatnya mulutnya nya dengan kuping Vania, "Yang kedua terlalu rame kalo kamu pake sehari hari.." Bisik Rizal.
Jangan lupa cincin ini akan terus Vania pakai, bukan hanya Vania namun termasuk Rizal juga.
Vania berusaha berpikir dan mencerna ucapan Rizal, jika di pikir-pikir cincin yang akan mereka beli bukan di pakai sekali saja namun akan di pakai setiap hari bahkan hingga selamanya?
"Bentar Rizal juga pake loh van!" Kak Rinda memandangi dua pasangan yang sedang berdikusi,
"Rizal pake juga?!" Vania memutar arah kepalanya dengan cepat, jujur ia terkejut mendengar hal itu.
"Iya lah masa kamu doang, kan yang terikat kalian berdua bukan Vania doang," Ucap kak Cantika menjawab pertanyaan Vania,
Sepertinya ucapan Kak Cantika memiliki makna yang besar, "Ohh.."
"Berarti couple cincin yang ini yang mana kak?" Tanya Vania sembari masih pemandangi Cincinnya,
"Ah sebantar ya kak..."Mbak itu pergi dari ruangan VIP mengambilkan pasangan cincin yang Vania maksud.
"Kalia nyelesai ini ya, abang sama kakak mau keatas sebentar.." Bang Algo berdiri dari duduknya, "Gapapa kan?"
"Iyaa gapapa bang..." jawab Rizal dan hanya di jawab oleh Vania dengan jari oke. Bang Algo memang sengaja mengajak kakak-kakak keatas dan membiarkan mereka berdua yang pusing mencari cincin.
Tinggal Vania dan Rizal diruangan ini, mbak yang tadi sedang mencari kan ukuran cincin Vania bahkan masih mencari kan pasangan cincin untuk laki-laki.
"Kak.."
"Yaa?"
"Beku banget kaya utub utara...:
"Hahahah gimana jadinya mau yang mana Vania?"
"Ikut kak Rizal aja..."
"Eh kok aku, kan yang bakal pake kamu.."
Vania menatap mata Rizal yang sepertinya sedang ada masalah yang ia tutup-tutupi,
"Kenapa?" Vania menurukan wajah untuk membuatnya sama rata dengan wajah Rizal yang sedang menunduk,
"Hah?"
"Kamu kenapa?" Vania yakin Rizal telat bukan karena laporan tapi ada hal yang di kerjakan dan ditutup tutupinya. "Hah? Ak-aku gapapa kok.." Rizal menarik ujung bibirnya dan membuat lengkungan senyum,
"Aku emang ga pinter bohong tapi aku ngerti mana orang yang bohong sama ga," Vania menarik alisnya ke atas,
"Hahaha apa sih sayangg..aku gapapa kok sumpahh," Rizal berusaha membuat seakan dirinya tak apa apa dari mulai mencubit pipi Vania dan mengaitkan tangan nya dengan tangan milik Vania.
Vania tau jika ini Rizal sedang mencoba menganti topik, tolong lah Vania memang baru kenal dengan Rizal tapi bukan Berarti Vania tak mengerti sifat-sifat Rizal.
Vania hendak mendekatkan wajahnya dengan wajah Rizal agar pembicaraan lebih intes,
"Permisi kak ini untuk yang cowo nya.."
Dengan Cepat Vania menarik wajah nya dan memalingkan wajahnya ke arah Mbak yang datang membawa kan cincin.
"Ahh iya mbak…" Vania meraih cincin yang dibawakan oleh mbak tersebut, Ia tak begitu meneliti cincin yang mbak itu bawakan yang pasti langsung ia pasangkan di cari Rizal, tepat nya di jari manis sebelah kiri Rizal.
"Mau yang ini atau ganti lagi?" Tanya Vania sembari melihat wajah Rizal yang memandangi cincin dengan pandangan tak terbaca,
Rizal menarik tangan Vania yang sudah terpasang cincin pertama yang ia pilihkan,
"Ganteng sama Cantik.." ucap Rizal tak sadar sembari memanding cincin di jari nya dan jari Vania.
"Yang ini ya mbak,"
"Hah!" Vania membuka kan mulutnya dengan lebar,
"Ukuran nya sudah pas kak?" Tanya Mbak ini sembari mengambil kembali cincin untuk ia siapkan,
"Udah kok, yang sayang udah pas juga kan?" Rizal memutar arah kepala ke Vania yang masih terdiam dengan mulut terbuka.
Vania hanya menganggukan kepalanga sembari melepas cincin nya dan mengembalikan ke etalase, "Untuk pembayaran debit atau Cash kak?"
"Debit!" Jawab Rizal dengan semangat,
"Baik kak…ditunggu sebentar ya.." Mbaknya sudah pergi menghilang untuk menyiapkan cincin dan pembayaran.
"Aku yang bayar aja kak," Vania mengeluarkan dompetnya,
"Etsss!" Rizal menahan tangan Vania sebelum ia mengeluarkan kartunya.
"Kak mahal loh ini.."
"Mau satu cincin harganya dua ratus juta aja aku beliin…"
Wow! Vania bukan terkejut tapi lebih ke heran kenapa Rizal mau sebegitu nya dengan dirinya padahal mereka baru saja menjalin hubungan bahkan baru kenal.
"Jadi tujuh puluh delapan juta ya kak.." Ucap Mbak yang dari awal sudah menemani mereka berdua mencari cincin, Rizal memberikan Kartu nya dengan cepat sebelum Vania mengeluarkan dompetnya lagi.
"Semoga lancar sampai hari H kak.." Dengan menadakan tangan terima kasih nya setelah memberikan paper bag yang berisi cincin ke Vania.
Rizal dan Vania menyusul kakaknya di bioskop karena ternyata Abang Vania memesan kan tiket nonton untuk mereka.
Dengan senyum Manis nya Vania "Makasih kak!" Vania meraih tangan Rizal dan menyatukan nya dengan miliknya,
"Sama sama, cincin nya jangan lupa di pake ya!" Rizal menenteng tangan Vania dengan sangat hangat lebih hangat dibanding kan musim panas.
"Udah nih beli cincin nya?" Tanya Bang Algo yang melihat dua manusi dengan senyum gembira berjalan ke arahnya,
"Hahahha udah bangg.." Rizal terkekeh kecil,
"Kak aku ketoilet sebentar ya.." Vania memberi kan paper bag nya dan langsung berlari masuk ke dalam Toilet.
"Udah Riz?" Tanya Kak Marcel,
"Udah kak.."
"Kak Rinda sama kak Cantika ke mana ka?" Tanya Rizal sembari melihat sekililing tanpa kak Rinda dan kak Cantika. "Lagi pada beli popcorn," Jawab Bang Algo menjawab Pertanyaan Rizal.
"Bang Mobil yang kamaren jadi beli?" Tanya Rizal,
"Galau eyy gatau warna apa ya bagusnya,"
"Kuning lagi up banget tuh kak mana yang kuning limited juga kan,"
Obrolan Rizal dan Abang Vania membuat Vania menyadari mengapa Kakak kandung nya bahkan satu satunya sangat yakin dengan Rizal. Vania memang tak begitu banyak teman lekaki tapi tak pernah ia liat kakaknya bisa seakrab ini dengan lelaki yang notabe sekarang menjadi kekasih Vania, toh Vania adik perempuan satu satu di hidup bang Algo yang pasti nya sangat-sangat ia lindungi, apa lagi hal hal berbau hubungan. Pastinya akan lebih teliti lagi jika hal itu, Namun seoarang lelaki yang merupakan taruna militer dapat melelehkan hati Abang Vania ini tanpa harus Vania yang membuat mereka berdua dekat.
Film sudah dimulai mereka pun sudah duduk manis bersama pasangan masing masing serta dengan popcorn dan minumannya.