Pas dijam setengah tiga sore mereka berlima sudah selesai menonton. Abang Algo,kak Cantik, kak Rinda dan kak Marcel lebih dahulu pulang karena harus mengurus untuk acara pernikihan Bang Algo dan kak Cantika yang tinggal hitung bulan.
Sedang kan Vania ia terpaksa harus ikut dengan Rizal karena Tante Rita membuat acara arisan dan tante Rita meminta Vania datang ke acara kecil itu. Vania tak akan menolak jika permintaan dari mama Rizal,
Ia tak sebegitu kejam nya untuk berbuat cuek kepada orang tua Rizal.
"Mama ada acara apa Ri-Riz?" Tanya Vania melirik ke arah Rizal yang sedang berfokus melihat jalan,
Rizal melirik Vania dari ujung matanya,
"Biasa lah acara ibu ibu.." Rizal kembali berfokus dengan gagang stirnya.
"Hmm..baju aku rapi ga riz?" Vania mengusap bagian depan baju nya membersihkan dari segala debu yang menempel,
Pas sekali di lampu merah Rizal dapat melihat Vania dengan proposional "Rapi kokk.." Tatapan Rizal menjadi lebih tajam karena melihat tingkah Vania yang sedikit lucu, Vania mengusap seluru bajunya dan menyemprotkan parfum keseluruh badanya, bahkan Wangi yang di hasil kan parfum yang Vania semprot kan membuat seluruh mobil menjadi mau Parfum Vania.
"Shh.." Riza mengendus bau parfum yang Vania pakai, bau yang tak asing untuk rizal.
"Parfum kamu kaya..." Rizal melihat kearah tangan Vania yang menggenggam Parfum berwarna putih dengan tulis CK.
"Ben-bentar ini parfum akuu!" Rizal langsung memaling kan wajah nya ke Vania yang dari tadi ternyata menyadari Gerak gerik Rizal.
"Hahahahah ini punya aku kokk.." Vania menyimpan kembali parfum nya kedalam tas, tenang ukuran Parfum ini khusus untuk travel size.
"Hah?!" Rizal membuka pupil matanya lebih besar,
"Lah! Kok..." Rizal Masih menatap Vania dengan sinis,
Vania menoel lengan Rizal dengan cepat saat warna lampu lalu linta berubah menjadi hijau "HEH! Jalan ituu malah lah lah han lagi!"
Rizal terpaksa harus memajukan mobil dan kembali berfokus dengan jalan walau pikiran nya masih penasaran kenapa Parfum Vania dan Rizal benar benar sama malah memang sama. Antara kebetulan atau Vania yang membelinya agar sama,
"Calvin Klein yang cowo enak enak ya wangi nya,"
"Kamu beli Parfum yang sama atau memang itu parfum sehari hari kamu? Perasaan aku ga pernah nyium bau kaya gitu selama kita jalan di bandung..." Rizal langsung manacap segala pertanyaan nya tanpa menyahut kembali ucapan Vania sebelumnya, Ia tak bisa menatap mata Vania dengan konstan karena harus menatap jalan dengan fokus.
Vania terkekeh kecil sebelum menjawab pertanyaan Rizal. Batin Vania tak bisa berhenti ketawa, vania tidak meminta Rizal untuk peka dengan Parfum yang Vania pakai karena sama dengan Parfum Rizal. Tapi Pertanyaan Rizal membuat Vania merasa jika ia di peduli kan bahkan hal hal kecil seperti itu saja Rizal bisa peka.
"Mungkin Parfum kita lagi kebetulan sama aja.." Jawab Vania sembari menahan tawa nya, toh kenyataan nya dia membeli parfum karena ingin sama wanginya dengan wangi Rizal.
"Bohongg!"
"Hidih ga percaya.."
"Parfum kamu enak wanginya jadi yaudah aku beli aja.." Oke. Vania menyerah dan lebih memilih jujur, tak mungkin Vania meneruskan bohong nya jika raut wajah Rizal yang menjadi dingin tak jelas bahkan tak menatap ke orang di sampingnya. Itu sebelum Vania sebutkan dia menyukai Wangi Parfum Rizal tapi setelah Vania sebutkan kalimat 'Parfum kamu enak.."
Seketika pipi Rizal memerah bak starberries yang baru matang hingga ke kuping-kupingnya.
"Salting?" Tanya Vania sembari menyipitkan kedua bola matanya mengarah ke lelaki yang kuping nya sudah memerah,
"Hah? Hah!" Rizal mengusap kupingnya berusaha menghilang kan warna merah di kuping, Rizal sadar jika kupingnya memerah, terlihat jelas dikaca spion mobil, kuping Rizal yang memerah bahkan mukanya pun begitu. Jangan tanya detak jantung rizal jika di ukur dengan pendeteksi jantung, mungkin dokter akan mengira Rizal akan terkena stroke.
"Ga-ga! Kok!" Rizal tak mau berbalik melihat ke Vania, dia terus berfokus menyetir bahkan 2 menit sebelum sampai ke lokasi ia tidak berani melihat Vania. Bisa bisa satu tumbuh nya akan memerah.
"Y-yuk.." Rizal berburu keluar dari mobil setelah mobilnya terparkir di halaman mall.
Acara Mama Rizal terletak di mall berbeda dari tempat Vania dan Rizal membeli cincin.
Mereka berjalan kedalam mall tanpa pegangan tangan Bahkan sedikit canggung. "VANIA!" Sorak tante Rita yang melihat wujud Vania di dekat punti resto, sentak Vania berburu mencari tangga rizal dan segera membuat jarak antara mereka berdua seperti prangkot yang menempel dikertas.
"Waduhh nempel banget ya itu Rizal sama Calon nyaa!" Sahut ibu ibu yang saling berbincang sembari menatap Rizal dan Vania seperti makhluk luar angkasa yang baru datang ke bumi.
"Assalamualaikum tante.." Vania hendak menyalami tangan tante Rita,
Tanpa basa basi tanter Rita langsung memeluk Vania dengan hangat dan memberi flying kiss di pipi kanan kiri Vania, dan dibalas peluk hangat kembali dari Vania.
"Gimana gimana udah dapet cincinya?" Tanya tante Rita sembari melepas peluk hangat nya dan menerima salim dari anak bujang pertama nya.
"Udah tan-"
"Mama dong panggil nyaa," Tante rita menekuk bibirnya dengan kesal.
Vania sedikit terkekeh dan mengulangi ucapannya "Udah ma.."
"Mama mauu liatt dongg.." Tante Rita lebih mendekatkan dirinya ke samping Vania,
"Di mobil ma cincinya..kata Rizal jangan kasih tau ke mama..." Vania menundukan arah lihat nya sebelum Rizal berteriak ricuh karena berbohong pasal rizal yang melarang vania melihatkan cincin yang baru mereka beli.
Perasaan tadi dijalan mereka malah saling ribut masalah parfum bukan masalah cincin.
Rizal mengigit dalam bibirnya dengan geram "Idih mama kepoo! Entar juga tau pas hari h nya..." Rizal berpindah berdiri, ia langsung meraup pinggang Vania yang berdiri tepat di samping mama nya.
"Ihhh kamu ya nakal ya!" Mama Rizal memukul tangan Rizal yang baru 4 detik meraup pinggang Vania,
"Kan ini mantunya di jagain biar ga di ambil orang lain.." Rizal mengangkat alis kirinya seakan raut wajah nya menakuti mama nya.
"Udah Vania sini sama mama dulu!" Mama Rita menarik tangan Vania dan menjulurkan lidag nya sembari menatap Rizal yang malang.
Rizal tak bergerak namun ia mengigit bawa bibirnya dengan sangat keras. Lucu? Imut? Atau..
"Vania tadi yang pilih cincin kamu kan bukan Rizal.." Tante Rita berbisik dikuping Vania sembari menututnya ke arah kursi yang sudah dipenuhi oleh teman-teman tante Rita.
"Bukan ma..Rizal yan milih,"
"Anak mama yang itu yang pilih?" Tanya Tante Rita sembari mununjuk Rizal yang berada dijauh di belakangnya,
"Iya ma.."
"Tumben dia pinter milih.." Tanter Rita mengkerut mendengar jawaban Vania. Ia tau betul sifat anak laki laki pertamanya, satu hal yang pasti dia tidak pernah mau memilih barang-barang untuk perempuan, bahkan jika mama Rita ulang tahun Rizal lebih menyuruh kawan SMA wanita nya yang memilih kado. Sebegitu malasnya Rizal jika disuruh memilih barang wanita.
"Kenalin kenalinn ini menantun saya!" Tante Rita merangkul pundak Vania pas saat mereka berdua sudah berdiri didekat kursi yang dipenuhi kawan tante Rita,
"Cantik sekali!"
"Nempel banget sama Rizal ya!"
"Waduh tante ga sabar nunggu undangan nya nihh!"
"Punya adek ga? Mau tante jodohin sama anak tante nihh!"
Vania hanya bisa tersenyum kekeh saja melihat tingkah laku kawan-kawan Tante Rita.
"Assalamualaikum tante!" Sorak Rizal yang datang dari belakang,
"Walaikumsalam anak gantengg!"
"Walaikumsalam pak militer!"
Rizal menyalimi semua kawan mamanya dan diikuti Vania dibelakang nya, dengan waktu yang bersamaan kak Ayu dan kak Wildan baru saja sampai.
"Assalamualaikum ma!" Kak Ayu berjalan cepat dan menyalimi mama nya, "Walaikumsalam sayangg!!" Mama Rita mencium pipi dua anak nya baru datang.
Kak Ami dan kak Wildan pun langsung bergegas menyalimi kawan kawan mama nya karena sudah di kode oleh tante Rita.
"Te.." kak Ayu ingin meraih salah satu tante yang sedang asik mengobrol,
"Waduh ibu dokter nihh!"
"Hehehe apa kabar te.." kak Ayu menyalimi pundak tangan tante ini,
"Baikk! Ga sama suami yu?"
"Lagi ke luar tante.."
"Ohh,"
Kak Ayu berpindah ke tangan yang lain hingga selesai, "Memang ya anak nya tante Rita tuh pinter ganteng semua yaa.." Sahut salah satu tante yang sedang sibuk dengan kamera nya, "Satu dokter satu Tentara lagi,"
Deg! Kuping Wildan seakan di sentil lagi. Dia baru menyalimi semua rekan mama nya, mana mungkin tak ada yang menyadari Wildan. Memang yang menyalimi mereka tadi hantu? Hingga tak terasa di salimi oleh mahluk ganteng satu ini?
"Wil!" Kak Ayu Hendak berlari mengejar Wildan yang tiba tiba berjalan keluar dari restoran ini,
Vania langsung menahan kak Ayu dan ia mengantikan kak Ayu untuk mengejar Wildan.
"Kenapa Wildan?" Tante Rita membalik arah wajah nya ke belakang melihat kericuhan yang bersumber dari anak anak dan mantunya.
"Bentar Ma!" Kak Ayu berjalan keluar dari cafe, "Gua aja yang ngejer kakak duduk sini aja, inget lu lagi hamil loh!" Rizal menahan kakak nya dan langsung berlari menyusul Vania yang sudah berlari duluan.
Nafas Vania masih terenggah-enggah karena berlari mengejar Wildan hingga ke parkiran,
"Kak!"
"Wil!"
Wildan tak menghentikan gerak nya sebelum Vania tarik tangan nya,
"Apasih!"
Set! Seketika menghening, parkiran yang biasanya ricuh dengan suara mobil menjadi sangat hening bahkan angin saja tak berani untuk lewat.
"Mu-mungkin omongan tante tante itu tadi memang sakit....ta tapi kalo kakak keluar mereka bakal terus ngelakuin hal itu.." Vania menyadari bahkan mendengar dengan jelas kalimat yang di lontarkan oleh salah satu kawan mama Rita. Raut wajah Rizal pun berubah jauh saat tante itu mengucapkan kalimat jahanam nya.
"Tau apa lu sama hidup gua?! Ga udah sok tau hidup orang deh! Kalo hidup lu aja belum bis.."
Wildan menghentikan Nada tingginya. Oh no! Ia melupakan jika wanita dihadapan nya adalah calon istri kakaknya bahkan gebetan nya kan?
"Kalo kakak lari sama aja kakak yang mengejutnya disini, mereka kaya gitu kan karena gatau fakta aslinya bukan?" Bentakan Wildan bukan membuat Vania takut malah menambah ocehan nya,
"Ga usah sok ngertiin.."
"VAN WIL!" Sorak Rizal dari lobby yang berlari ke arah mereka bedua,
"Susul itu suami lu entara dituduh gua selingkuhan lu lagi!" Wildan membuang arah mukanya dan arah badan nya.
"Kak wil!" Belum sempat Vania menarik badan Wildan, wujuh dihadapan nya sudah menghilang bahkan mobil Wildan saja langsung menghilang dari hadapannya.
"Van!" Rizal langsung berlari ke arah Vania yang menatap parkiran dengan tatapan tak terbaca,
"Wildan kenapa?" Tanya Rizal langsung mengecek Vania dari atas hingga ke mata kakinya, "A-aku gapapa kok..Kak Wildan disusul aja Riz takut-"
"Mungkin Wildan ada urusan aja sayang mangkanya dia langsung buru buru pergi, dia udah sering gitu kok.." Rizal membantu menjawab raut wajah Vania yang sedikit mengkerut sembari menatap pakriran kosong yang tadi di isi oleh mobil Wildan.
"Mama Didalem nyariin kamu lohh.." Rizal berusaha memecahkan lamunan Vania,
"Ahh iya iyaa.." Dengan berar hatinya Vania harus memilih Masuk kedalam mall lagi dan melupakan Ucapan kasar Wildan. Kalimat tadi tak menyakitkan nya namun sedikit menoel hati Vania saja.
"Ga usah sok peduli sama idup orang lain kalo idup lu aja ga keurus!" Kalimat itu seakan mengisi pikiran Vania. Kalimat yang Wildan sebutkan jika dirangkum pasti bermakna seperti apa yang terus bermuncul di kepala Vania. Tak menyakitkan namun menoel saja.
"Kenapa Van?" Tanya Rizal yang melihat Vania hanya memaikan garpu nya saja tanpa memakan mie yang sudah ia pesan,
"Ah!" Vania tersadar dari lamunan nya
"Ah gapapa kak.."
"Mau ganti menu aja?"
Oh Rizal pasti mau menanyakan kenapa makanan nya tak di makan. Vania langsung merauo spaghetti kedalam mulutnya sebelum Rizal menanga lagi.
"Hmm..acara mama bakal sampe malem?" Tanya Vania masih menguysh spaghetti nya,
"Bentar lagi juga bubar kok," Rizal menyenderkan dirinya ke badan kursi dan tangan kanan nya meraup pundak Vania yang kosong.
"Wildan balik Riz," ujar Kak Ayu sembari meletakan kembali ponsel kedalam tasnya,
"Ohh yaudah.." Rizal hanya menjawab santai saja, ya mungkin Wildan ingin bertemu dengan kawan nya atau bermain bersama teman nya di rumah.
Tangan Vania tersentil membuka layar
Ponsel nya dan mengirim pesan ke pris yang beberapa menit lalu membentaknya,
"Kak Wildan!"
Hanya satu pesan dulu untuk membukaan, namun satu pesan saja hanya satu centang berwarna abu, berarti ponsel Wildan sedang tidak aktif.
Vania kembali mengfokus kan menghabiskan spaghetti nya sembari berbincang dengan kak Ayu, tak panjang karena di tengah obrolan suami kak Ayu menelpon. Dan kekasih Vania sedang sibuk menatap layar ponsel nya.
Malam pun sepertinya sudah mau datang, entah karena bosan atau bagaimana mata Vania seakan begitu lengket seperti di beri lem di matanya. Kepala Vania menyender di pundak Rizal yang sedang sibuk bertelpon dengan rekan nya. Rizal sampai lupa dengan Vania di samping nya,
"Mau pulang?" Tanya Rizal yang sudah mematikan Ponselnya dan membenarkan posisinya duduknya agar lebih dekat dengan Vania.
"Hmm.." Vania hampir terlelap dengan matanya namun sebelum ia benar benar terlelap Rizal berdiri dari kursinya dan meminta izin ke mama nya untuk pulang dahulu dengan alasan Jika Rizal ada acara selanjutnya dengan Vania setelah ini. Padahal alasan sebenernya karena Vania yang mengantuk.
Ini masih sore sebenernya tapi mata Vania tak bisa berbohong, bahkan saat ia sampai di mobil ia langsung tertidur.
Rizal membuat rem yang ia injak lebih lembut jika berhenti bahkan kecepatan mobil ini pun tak terlalu tinggi, semua mode didalam menjadi sunyi agar tak menganggu tidur Vania.
Sejalanan Fokus Rizal sedikit terbagi antara menyetir atau melihat ke kursi di samping nya, perjalanan tak begitu lama tapi setidaknya tidur Vania nyenyak.
"Van.." Rizal mengoyangkan badan Vania, belum ada sahut balik dari Vania. Rizal mencoba nya sekali lagi dengan tenaga.
"Vaniaa..bangun yuk udah sampe ini.."
Oke masih belum terbangun.
Rizal melepas seatbelt nya dan mendekatkan bibir kearah Vania, "bangun yukk!" Sembari mengoyangkan badan Vania.
Masih belum ada hasil.
Rizal sedikit menyerah membangunkan Vania, karena semakin ia sahut semakin nyenyak sepertinya tidur Vania. Jadi Rizal lebih memilih mengendong Vania saja atau memanggil mbak Vania untuk membantu menuntun Vania hingga ke kamar.
Baru saja Rizal inggin memundurkan dirinya dari kuping Vania. Tangan Vania memegang Baju Rizal tanpa sadar, "Udah bangun kok..." Vania berusaha membuka Matanya dan membangunkan dirinya.
"Lahh.." Rizal menatap Vania dengan aneh. Ini Rizal di kerjai Vania?
"Yaudah kakak hati hati pulangnya, ga harus turun yaa, aku langsung masuk oke!" Vania sudah mengenggam gagang pintu mobil,
"Bai bai sayang!" Vania sudah keluar dari mobil Rizal dan langsung berjalan Masuk dalam Rumah tanpa basa basi. Rizal pun menuruti perkataan Vania jadi ia langsung pulang.
Dengan kecepataan yang cepat Vania langsung masuk kedalam kamarnya dan melemparkan dirinya kekasur. Baru beberapa menit ingin terlelap notif dari seseorang muncul dan terdengar jelas di kuping Vania,
"Apaa?" Itu balasan Singkat dari pria yang membentak Vania tadi.
Rasa kantuknya hilang, Vania langsung membuka layar ponselnya.
Kak Wildan
____________
VANIA
Kak Wil dimana?
Wildan
Di bumi kenapa?
VANIA
Serius kak
Wildan
Diluar,kenapa?
VANIA
Share loc ya kak!
Wildan
Mau ngapai?
VANIA
udah share aja kak!
Wildan
Share loc
VANIA
Jangan kemana mana ya!
Wildan
Mau ngapain lu!
Vania mematikan layar ponsel nya dan berlari ke bawa, ia minta di siapkan mobil kecilnya. Tanpa pikir panjang ia menyupir ke arah share location yang Wildan kirim kan.
Arah nya sedikit aneh karena lokasi yang dikirim kan seperti gedung yang gagal dibentuk. Beberapa Vanja berusaha menghubungin Wildan.
Tatapan Vania sedikit tajam dan teliti menatapi gedung kosong ini, namun tiba tiba ia menemukan sesuatu yang turun dari tangga dalam gedung gagal ini.