Chereads / MILO(Akmil dan Akpol ku) / Chapter 22 - Bagian ke DuaPuluhDua: The day

Chapter 22 - Bagian ke DuaPuluhDua: The day

Malam berubah menjadi pagi, hari dimana hari yang tak pernah vania bayangkan benar-benar terjadi. Di Petang hari ini Vania sudah siap dan sudah duduk di meja hias, Vania sudah bangun dari pukul tiga pagi malah, bahkan tidurnya saja masih menggantung di matanya.

Di pukul setengah lima pagi Vania harus duduk menahan kantuknya sembari di dandani oleh make-up artist. "Aduh ga yang cowo sama calon cewenya sama sama cantik yaa…" Ucap make-up artist yang mendandani Vania.

Yang mendandani Vania adalah make-up artist yang terkenal sejagat indonesia, Vania memang pernah menyebut nama make-up artist ini ke kak Cantika saat memilih siapa Make-up artist yang akan digunakan untuk acara pernikahan bang Algo nanti. Padahal saat itu Vania ingin menggunakan kakak MUA ini, tapi setelah Vania pikir kan dengan harganya ia lebih baik memundurkan diri. Walau tabungan Vania besar ia tak begitu boros jika di hal-hal yang berbau seperti ini.

"Sambil merem aja gapapa kok..kasian kayaknya ngantuk banget.."Sahut kakak MUA melihat Vania yang dari tadi menahan kantuknya,

"Izin nyetel lagu yang agak bernada ya kak.." Salah satu asisten kakak MUA ini izin ke Vania untuk memutar lagu yang bernada tinggi,

Vania membuka sedikit mata nya dan menjawab izin kakaknya, "Aaa iya iya kak gapapa sans.."

Lagu bernada tinggi yang diputar di volume setengah tinggi mampu membuat kantuk Vania hilang dan membuat bola matanya lebih terang. Dengan satu cup yang berisi coffee dapat menetralisir kantuknya. Make-Up Vania hampir selesai, tinggal di bagian leher dan bibir saja.

Kak Cantika yang baru sampai langsung bergegas menuju kamar Vania karena diperintah mama tita. kak Rinda sudah masuk duluan ke kamar Vania sebelum kak Cantika, "Parah Cantik banget Vaniaa…" Kak Cantika terpukau dengan kecantikan Vania saat sedang di beri lipstick di bibirnya. "Kak...aku hampir menangis ngeliat Vania.." Lanjut kak rinda yang melepas di sofa kamar Vania.

"Aku yang dandanin aja kaget kok orang nya bisa cantik banget..belum di make up aja udah cantik bangget.." Tambah kakak MUA yang masih memasang kan lipstick di bibir Vania.

"Ini karena kakak yang dandanin ahh.." Kekeh Vania menjawab kalimat MUA. "Ga ini mah aura nya beda sihh..bukan karena make up an akuu.." Jawab kakak perias wajah Vania.

Kakak MUA nya menyelesaikan di bagian leher dengan memberikan higlighter di leher Vania dan make up selesai. "Kak..boleh Foto sebentar?" Tanya perias wajah Vania,

"Ihh yaa boleh lah kak...malah aku terinspirasi loh sama kakak nyaa.." Vania perlahan berdiri dari kursi nya dan mengambil foto berdua bersama perias hits sejagat indonesia.

Semua Sudah Siap dengan rapi. tante tita dan Om dedi berangkat dahulu, disusul oleh kakak kakak Vania yang laki laki, dan terakhir Vania, Kakak cantika, dan kak rinda.

Oh iya BajuBajua yang Vania gunakangunnakan bukan baju yang berat kok, hanya baju dress yang elegan berwarna putih selutut. Baju ini sama dengan Baju yang dibuat oleh designer yang Vania tahu harga nya tak main main.

Mobil yang ditumpangi Vania berhenti di depan lobby hotel. Keluarga Vania sudah masuk kedalam bahkan sudah menunggu di salah satu kamar hotel, sebenarnya tadi malam keluarga Vania yang harus nya tidur di hotel, tapi manager mama Vania lupa memberitahu dan akhirnya waktunya dipindah ke setelah acara.

Mata Vania tak berhenti memandangi dekor di ruangan yang akan digunakan saat Acara.

terlihat jelas tulisan bernama "Vania & Rizal" Di Tengah-tengah decor. Vania tak bisa berbohong jika Decor nya sangat indah bahkan lebih mewah dari pikiran nya, malah Vania kira hanya acara biasa dengan decor biasa saja.

"Kak…" Sahut Vania yang berhenti tiba tiba,

"Yaa?" kak Cantika dan kak Rinda langsung memutar kepalanya ke belakang,

"Ini yang ngurus nya siapa…kakak berdua?"

"Iyaa.." jawab Kak Cantika dan kak Rinda kompak,

"Bentar...yang biayain semua ini siapa.." Vania hanya ingin membenarkan isi kepala nya yang sedang berpikir tidak-tidak.

"Rizal."

Vania tak membalas perkatan apa apa, ia hanya melanjutkan arah kakinya untuk berjalan ke arah ruangan diminta untuk menunggu. Dengan Pasrah Vania menunggu hingga dipanggil. Selama ia di ruang tunggu ini pikiran nya pecah, beribu pertanyaan muncul dikepala nya, jika ini semua dibiayai oleh Rizal, maka MUA tadi pun pesanan Rizal? termasuk baju yang Vania pakai? Jika iya, WOW! apakah pilihan kedua orang tua Vania memang unggul sekali?

"Riz..tenang rizz…" Om Esa membantu mengelus punggung Rizal, berusaha menenangkan Rizal yang dari pagi gusar sekali, jantung nya seakan ingin terjun bebas.

"Tahan tarik nafass...buang nafass." Kak ikhdan membantu Rizal mengantur nafasnya, ia menaikan tangan nya sembari menarik nafas dan menurunkan tangan nya sembari membuang nafas.

"Tarik nafass...buang nafas.." Tante ica pun mengikuti kak Ikhdan,

"Ehhh lagi pada kenapa ini?mau lahiran?" Tanya mama Rizal yang terkejut melihat tingkah keponakan nya yang lain

"Hahahahhaha!" Satu ruangan terkekeh, termasuk EO yang sedang ingin menjelaskan susunan acara ke Rizal.

"Ayuu!"

"Ya mam?" Kak Ayu berburu membalik wajah nya ke arah mama Rita,

"Udah pas?"

Kak Ayu kembali menghitung seserahan "Udah ma."

Mama Rita melayang kan jari oke nya. mata nya tak berhenti mengelilingi mencari anak bungsunya yang tak ada di ruangan, "Wildan mana.."

"Lagi keluar kayanya ma.." jawab kak Ayu,

"Ohh oke oke…"

"Ikhdan tolong cariin wildan suruh ngumpul kesini ya.."

"Ohh siap tante!" Kak ikhdan langsung bercepat keluar dari kamar dan mencari wildan. padahal dari tadi dirinya tak melihat keberadaan Wildan.

"Yaudah jangan ada yang kemana mana lagi bentar lagi mulai,mama mau ke papa dulu oke!" Mama Rita keluar dari kamar dan menyusul suami nya di lantai bawah yang sudah sibuk berbincang dengan kerabatnya.

"Wildan dimana sih." Kak Ikhdan hampir keliling lantai tiga hotel ini dan tak menemukan Wildan, ia mencoba menghubungi Wildan dan tak ada jawaban dari Wildan sama sekali. Ikhdan terus mencoba menghubungi nomor Wildan sembari mencari ke area ballroom yang akan digunakan nanti saat acara.

"Aduhh ga dijawab lagi!mana sihh nih bocahh..wildan wildann willl!"

"Ehhh siapa yang nangis….Ehhh siang ini njirr masa ada setan.." Kak ikhdan mendengar dengan jelas suara tangisan yang sedang terseguk-seguk di belakang nya, perlahan ikhdan memutar arak kepala nya dan mendapati

"Allahu akbar!"

"Wil! lu yee nakutin aja udah gua cari cari ternyata disini lu!" Kak Ikhdan mengelus dada nya yang masih terkejut melihat wujud Wildan disini,

Wildan menghapus cepat air mata nya yang masih membekas di ujung mata nya "Kenapa kak ikhda.."

"Ngapain lu disini wil!"

"Nangis kak."

"Lah kenapa lu!"

"Digigit tawon!"

"Hah!?Serius?!"

"Ya kali ahh!" Wildan menepis jari kak ikhdan yang ingin mengecek bola mata Wildan,

"kenapa nyariin gue kak?"

"Itu mama nyariin disuruh ngumpul.."

"ouhh..kirain emang peduli ternyata.."

"Wil jangan gitu...ayoo ayoo!" Kak Ikhdan berusaha menarik tangan Wildan, dengan pasrah Wildan mengikuti langkah kaki kak ikhdan yang menuju ke ruangan kamar hotel lagi. Saat masuk ke ruangan Wildan sama sekali tak menegur rizal, dia menjauh dari kakaknya sendiri padahal kak ayu saja berdiri di samping Rizal disaat sesi foto.

Pikiran wildan hanya kacau tak tau mau berpikir bagaimana, yang pasti dia sedang mencoba dan emosi dan menangis saat melihat seseorang yang akan berdiri ditengah saling memasang cincin dengan kakak nya.

Tanpa dirasa acara akan dimulai sebentar lagi, beberapa tamu sudah ada yang datang. Tamu tersebut hanya keluarga dan teman teman terdekat, toh acara ini hanya private party. Semakin cepat jantung Rizal berdegup. Keluarga Rizal maupun Vania sudah duduk manis di dalam ruangan. Tinggal Vania yang masih didalam ruangan.

Acara dimulai, "Oke udah lengkap nih kayanya..etss tapi mana nihh yang cewek masa lamaran yang cewek nya ga ada...Vania mana ya?" Salah satu MC satu melirik kekanan kiri menatapi pintu masuk dan diikuti oleh semua tamu untuk melihat ke arah pintu,

"Vania Vania!" Sahut MC ke dua memanggil Vania,

Seorang gadis remaja yang menggunakan dress putih berjalan masuk ke arah dalam ballroom membuat semua mata tertuju dengan nya, semua suruh kamera menyorotnya.

Wajah nya yang manis dengan senyum nya membuat semua orang terperangah, anak gadis Om Ridwan sudah sangat tumbuh dewasa, banyak dari mereka yang terakhir bertemu dengan Vania saat ia masih menyetuh sekolah dasar.

Dan saat mereka bertemu lagi anak kecil itu sudah tumbuh dewasa, bahkan melihatnya di atas karpet yang akan menuju ke bangku pertunangan. Bahkah hampir semua tamu bertepuk tangan, tak heran mengapa Om ridwan dan Om Dedi ingin sekali menjodohkan anak keduanya menjadi jadi. Rizal yang gagah dan mapan sangat serasi dengan gadis dewasa yang pintar dan cantik ini.

Vania menuju ke kursi di tengah, antara kedua orang tua nya. Bukan rasa malu yang muncul pertama kali namun, mengapa teman nya bisa hadir juga di acara ini? dan tampan juga ternyata lelaki di hadapan nya yang menggunakan batik yang rapi dengan badan gagahnya.

"Wahh cantik banget ya cinn!" Sorak MC Pertama yang terperangah juga melihat calon mempelai wanita.

"Banget cin cocok ini!"

"Kepada rizal kami persilakan...." Sahut MC kedua,

Sebelum Rizal memulai kata nya dan menarik mic di hadapan nya, ia menarik nafas nya dan berbatin "Gua harap ini yang terakhir untuk hidup gua…"

Ia menarik MIC di hadapan nya dan memulai kalimat yang sudah dia siapkan semalaman, "assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, atas nama saya Muhammad Arizal Arya. Ananda kedua dari bapak ridwan dan ibu rita..ingin mengucapkan beberapa kata."

"Saya memang bukan seorang laki laki gagah dan mempunyai banyak kelebihan, saya juga bukan pria impian yang diinginkan ananda Vania. Bahkan saya pun tak sejauh itu mengenal ananda Vania. Jika bertaut nya usia memang berat, jarak kami memang terpaut jauh tapi dengan segenap diri saya akan terus menjaganya, melindunginya dan menuntut nya kearah yang lebih baik. Walau berat untuk melewati sungai deras setidaknya jika kaki dan pegangan tangan yang kuat dapat melewati nya dengan lancar.."

"Dengan atas nama saya sendiri yang berdiri di tempat ini dengan menjalankan sunnahNya. Izinkan saya dengan segala perasaan yang dititipkan, untuk membuat pengakuan...Sebenernya sudah lama menyimpan rasa suka kepada ananda Vania,"

"Saya ingin menjagamu hingga halal bagiku menyentuh diri mu..."

Satu ballroom ini tertawa terbahak-bahak tak henti karena ucapan Rizal, jangankan tamu Vania saja hingga memerah mendengarnya.

"Dan pagi ini...aku ingin mengatakan dengan segenap nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan dengan mengucap bismillah..."

"Apakah ananda Vania, putri dari bapak dedi dan ibu tita yang bernama Vania Zahriya Arrabelia maukah kau menerima lamaran dari diriku?" Lesung senyum rizal membentuk cekungan.

bukan hanya Rizal yang bergetar setelah menyelesaikan ucapan nya, MC pun ikut bergetar saat ini mengucapkan kalimat "Ka-kata katanya dalam sekali yaa...jadi pengen nangis deh.."

"Sekarang tinggal kita tunggu jawaban dari Ananda Vania..bersedia kah atau bersedia memberi nya kepada saya?"

"HEH jangan dongg anda kan pria sis..." MC kedua pun menoel lengan MC pertama dengan selembaran kertas sususan.

"Silakan Vania..." Salah satu MC memberikan MIC nya untuk Vania berbicara.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.....Bismillah,"