Chereads / ATLAN MA / Chapter 12 - B E B A N

Chapter 12 - B E B A N

"Mama udah bayar uang berjuta-juta buat pendidikan kamu! Tapi kamu malah di keluarin dari kelas! Mama malu, papa juga malu sama kebodohan kamu!" teriak Leisha lebih nyaring dari sebelumnya.

"Mobilnya mana?" tanya Athena dengan begitu santai.

"Athena! Ini soal pendidikan kamu, mobilnya bisa nanti!"

"Ma aku butuhnya mobil, kasih aja kunci mobilnya buat aku!" sahut Athena ketus.

Suara pecahan vas dari kaca membuat Athena menghela panjang, ia hanya bisa diam sekarang. Melihat kegilaan Leisha yang selalu meminta nilai, dan nilai, padahal Athena butuh istirahat.

Keluarganya terlalu serakah pada nilai, kepintaran adalah segalanya. Padahal dirinya bisa masuk ke dalam kelas itu juga karena uang dari kedua orang tuanya.

"Kamu itu harus bisa kalahin zikra Athena! Dia itu pintar, gak bodoh kaya kamu!" teriak Leisha setelah membuat kamarnya menjadi kapal pecah.

Athena geram, ia segera beranjak, "Aku emang bodoh, ini juga bodoh karena apa?! Udah jelas keturunan dari Mama sama papa! Aku bodoh dari lahir, tapi uang Mama sama papa yang ngebuat aku bisa masuk ke dalem kelas itu!!"

"Kalau kamu tahu kamu itu bodoh, seharusnya kamu itu belajar!"

"Belajar?! Aku belajar Ma, aku belajar buat bisa bertahan di kelas yang kaya neraka itu! Semua materi yang keluar rasanya panas di kepalaku, tapi aku tahan!" teriak Athena, menahan air matanya yang ingin sekali keluar, "Mama tahu kenapa? Supaya Mama sama papa sayang sama aku, supaya aku bisa di anggap sebagai anak kalian!"

"Kamu itu anak mama Athena, anak mama! Mama sama papa Na. Kita juga cuman minta nilai dari kamu!"

Athena tertawa mendengarnya, tawanya terlalu nyaring, membuat wajahnya semakin memerah, beserta perut yang terasa sakit.

"Nilai ya Ma? Masa sih Ma?" tanya Athena pelan, "Mama sama papa itu cuman bisa neken aku! Tanpa ada kasih sayang yang kalian kasih ke aku! Kalian ke mana waktu aku butuh ha? Kalian sibuk kan? Setiap hari di kantor, gak pernah ada waktu sama aku!"

"Athena!" teriak Leisha.

"Apa?! Itu kenyataannya, keluarga kita berubah jadi harmonis waktu ada shooting doang, abis itu? Bubar! Aku ngerasa kalau aku gak punya keluarga!" teriaknya kesal.

Athena terdiam sejenak, mengambil napas, dan menghapus air matanya yang mulai keluar.

"Semenjak aku duduk di kelas akselerasi, dan semenjak suara teriakan papa sama Mama masuk ke telinga aku. Aku selalu minum obat Ma!" Athena tertawa, menertawakan dirinya yang begitu menyedihkan.

"Obat?" tanya Leisha dengan dahi bertaut.

"Mama gak tau kan kalau aku selalu pergi ke psikiater tiap bulan? Mama gak pernah tau soal aku! Yang Mama tahu cuman nilai, sama kenakalan yang aku buat di sekolah!" teriak Athena sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.

***

Detik demi detik di habiskannya untuk memperhatikan bangku kosong di depan sana. Aslan tidak bisa betpikir jernih, padahal ia sedang menjalani ujian matematika. Nilai kali ini sangat di butuhkan sebagai nilai tambahan dalam rapor sekolah.

Lembar jawabannya pun masih kosong, bahkan namanya pun tak kunjung di tulis. Aslan menghela panjang, jarum jam telah menunjuk pada angka sembilan pagi. Tanpa berpikir panjang, cowok itu segera menjawab semua soal tanpa membaca soal yang ada.

"Baik, waktunya habis!" ucap Pak Riki sebelum beranjak dari duduknya, "Segera kumpulkan!"

Aslan segera mengumpulkan jawabannya, dan berlari keluar kelas. Mengambil motor yang terparkir tak jauh dari sekolahnya untuk pergi ke rumah Athena.

Tak lama kemudian, Aslan sampai di depan rumah besar itu. Ia segera turun, dan memanggil-manggil nama Athena. Namun, anehnya pintu pagar itu tak terkunci, Aslan segera berlari masuk ke dalam.

"Athena?" teriaknya sambil menggedor-gedor pintu rumah Athena.

"Lo ngapain di sini?"

Suara itu membuat Aslan menoleh, ia segera berlari dan memeluk Athena dengan begitu erat. Seakan-akan ia tidak mau kehilangan Athena.

"Aslan?" panggil Athena pelan.

Aslan terus mengelus rambut panjang itu pelan, dan kemudian melepaskan pelukannya. Memperhatikan setiap inchi wajah, beserta tubuh Athena dengan teliti. Ia khawatir, takut jika ada sesuatu yang membuat gadis itu tidak mau sekolah hari ini.

"Aslan lo kenapa?" tanya Athena yang mulai kesal.

Aslan bernapas lega, ia senang tidak ada yang salah dengan gadis menyebalkan itu.

"Ponsel lo gimana? Udah beli baru?" tanya Aslan.

"Udah, kenapa dah?"

"Chat gue entar! Biar gue punya nomor baru lo itu."

"Kenapa?" tanya Athena bingung.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo ke sini? Kenapa lo keliatan khawatir sama gue?"

Aslan mengangkat kedua bahunya acuh, "Feeling gue gak enak tadi."

"Cih! Udah kaya cenayang aja lu!" sahut Athena sebelum berjalan meninggalkan Aslan.

Cowok itu tersenyum kecil, dan berlari menghampiri Athena dengan cepat. Mereka berdua berjalan beriringan memasuki rumah dengan canda, dan tawa renyah.

"Lo udah makan?" tanya Athena.

"Belum."

"Gue baru buat smoothies, mau?" tawarnya.

"Boleh."

"Ayo!" Athena menggandeng lengan Aslan, mengajaknya menuju dapur, dan duduk di salah satu meja makan.

Di atas meja makan telah tertata rapi berbagai macam buah kaya serat, susu full cream, beserta blender mini.

"Lo suka apa? Gue cuman ada pisang, blueberry, strowberry, apel, buah naga, sama alpukat."

"Apa aja dah Na, gue ikut!" sahut Aslan bingung.

"Gak punya pendirian," ucap Athena pelan, ia mulai beranjak untuk memotong buah alpukat beserta pisang. Memasukkan potongan buahnya ke dalam blender hingga akhirnya hancur.

Kekentalan buah yang masih utuh, di tambah dengan berbagai macam toping membuat Aslan menelan salivahnya. Ia tidak sabar mencicipi smoothies buatan Athena.

"Makan!" Athena meletakkan mangkok berwarna hitam itu di depan Aslan.

Aslan mulai mencicipi, raut mukanya mulai berubah. Rasa smoothies tak seenak yang ia bayangkan. Aslan ingin yang lain, tapi tidak berani mengatakannya pada Athena. Ia takut gadis itu kembali menjadi orang yang pemarah, dan menyebalkan.

"Kenapa? Gak biasa makan itu ya?" tanya Athena tiba-tiba.

Aslan hanya memberikan cengirannya, dan mendorong mangkoknya agak jauh.

"Bentar ya!"

Gadis itu kembali beranjak, membuka kulkas untuk mengambil beberapa snack gandum, roti gandum, dan juga selai cokelat kesukaannya. Semua makanan itu di letakkan di atas meja, tepat di depan Aslan.

"Makan dah! Gue cuman punya ini buat sarapan, selebihnya buat makan siang, sama makan malam," jelas Athena, kembali menyantap smoothies-nya lagi dengan lahap.

Cowok itu hanya mengangguk, dan mulai memakan rotinya dengan pelan.

Situasinya semakin berbeda, keheningan terus menyelimuti ruangan itu. Seakan-akan, kegiatan mereka tidak perlu pembicaraan. Padahal Aslan sejak tadi mencuri pandang, sambil memikirkan topik yang ingin di bahasnya dengan Athena.

"Na?" panggil Aslan.

"Hm?"

"Kenapa gak sekolah?"

"Ada problem," sahut Athena tanpa menatap lawan bicaranya.

"Boleh gue tahu?"

"Engga."

"Oke!"