"Hai! Athena, lama gak ketemu," sapa salah satu wanita yang duduk di sebelah Leisha.
Gadis itu memberikan senyuman paling indahnya, "Sibuk banget Kak Mel, banyak kelas yang harus aku masukin."
"Bukannya kamu udah keluar dari kelas akselerasi? Kenapa sibuk banget?" tanya Melati bingung.
Athena mencoba untuk memberikan senyuman ramah pada wanita yang merupakan pemilik acara malam ini. Ia tidak boleh membuat kesalahan sekecil pun, karena taruhannya adalah mobil terbarunya yang belum juga di coba pergi.
"Iya, jadi abis keluar itu aku mulai ikut banyak kelas yang aku pengen," jelas Athena.
"Ah! Gitu, berarti kamu punya banyak temen ya sekarang."
"Ahaha! Iya, banyak banget temen di kelas."
Nerman tersenyum tipis, meminum anggur miliknya dan berkata, "Meskipun gak ada di kelas akselerasi, tapi Athena tetap jadi kebanggan kita."
"Wah! Pinter banget kamu Na, selalu jadi kebanggan orang tua. Beruntung deh!" ucap Melati kagum.
Beberapa pelayan bersama dengan chef terkenal datang membawa banyak hidangan makanan khas Eropa. Athena suka dengan makanan Perancis, dan dari semua hidangan ini yang terbaik adalah Escargot.
"Wah! Makanan Perancis, pasti enak semua!" ucap Melati yang kembali kagum.
Leisha tertawa kecil, kemudian mengambilkan satu porsi Escargot untuk suaminya, dan Melati.
"Ini Escargot, salah satu makanan kesukaan Athena. Kamu harus coba!" titah Leisha.
"Ayo! Athena juga makan yang banyak!" sahut Nerman sebelum mencoba Escargot miliknya.
Mereka mulai memakan hidangannya dengan keheningan untuk beberapa menit. Setelah selesai para pelayan kembali memberikan hidangan penutup.
"Ini strudel, salah satu hidangan penutup dari Austria," ucap Leisha memperkenalkan makanan penutupnya.
"Boleh di coba sekarang?" tanya Melati.
"Oh! Sure, silakan!"
Melati mulai mencoba hidangannya, rasa manis dan lembut membuatnya terdiam. Ini adalah makanan penutup terenak yang pernah di makannya. Sampai-sampai Melati tidak bisa memberikan nilai untuk makanan ini.
"Enak kan ya?" tanya Nerman.
"Sangat Pak Nerman, ini sangat enak!"
"Ahaha! Sudah pasti, chef yang kami panggil juga berasal dari Austria, dan Perancis."
Wanita itu tertawa kecil, ia sangat kagum dengan Nerman. Ini hanya acara di stasiun tv lokal yang biasa saja, tapi tamu sepertinya di berikan hidangan yang sangat istimewa.
"Oke, kayanya sampai di sini kunjungan di kediaman keluarga Serlella Bandono. Saya sangat bahagia karena bisa merasakan makanan Eropa, terima kasih banyak Pak Nerman, dan Bu Leisha," ucap Melati.
"Sama-sama, kits juga berterima kasih untuk kunjungan ini," sahut Leisha dengan tawanya.
Mereka mulai beranjak, dan Melati bersama crew yang lain pun mulai merapikan barang bawannya sebelum akhirnya pulang.
Athena menghela panjang, ia merasa begitu lega setelah tekanan yang di rasakan beberapa jam yang lalu. Gadis itu mulai beranjak dari duduknya, menghampiri Leisha yang masih berdiri sambil membawa satu gelas anggur di dekat pintu keluar.
"Mana mobilnya?" tanya Athena.
"Tinggal di sini lebih lama lagi gak bisa apa Na? Papa kangen sama kamu."
Kedua bola mata Athena berputar malas, menoleh ke arah Nerman dengan tatapan datar.
"Gak ah, males banget tinggal di sini. Rasanya itu kaya neraka," sahut Athena ketus.
"Athena, papa gak pernah ngajarin kamu jadi orang yang kasar ya!"
"Iya-iya, sekarang yang aku mau cuman mobilnya! Mobilnya mana sih Ma!"
Wanita itu mendengus kesal, "Di atas meja kamar mama kuncinya, mobilnya ada di garasi."
"Gitu kek daritadi," sahut Athena sebelum melenggang pergi.
***
Gadis itu berjalan dengan santai menuju bangkunya. Meletakkan tas berwarna hitam, kemudian menatap jam dinding tanpa duduk terlebih dahulu.
Athena menghela panjang, ia masih mengantuk. Kegiatan semalam benar-benar menguras semua energinya, padahal hanya makan malam dengan adegan keluarga harmonis.
"Athena, dua hari yang lalu gue liat nyokap lo masuk ke hotel sama cowok."
Ucapana Jona itu membuat Athena, dan seisi kelas menoleh.
"Lo bilang apa barusan?" tanya Athena datar.
"Dua hari yang lalu gue liat nyokap lo masuk hotel sama cowok lain, yang pasti itu bukan bokap lo," jelas Jona tanpa menatap Athena.
Cowok itu sibuk membuka lembaran buku tugasnya dengan seringaian jelek itu.
"Terus?" tanya Athena lagi.
Jona menghela, kini ia berdiri sambil merapikan seragam sekolahnya yang mulai mengecil, "Yah! Udah jelas dong kalau nyokap lo selingkuh sama cowok lain."
"Emang lo ada bukti apa buat nunjukin kalau nyokap gua selingkuh ha? Lo ada liat mereka masuk kamar hotelnya?!"
"Eh! Santai dong Na, jangan ngegas! Kita bicarain baik-baik."
"Bacot!" teriak Athena sebelum mencengkeram kerah kemeja Jona dengan erat, "Sejak awal gak ada pembicaraan baik-baik yang keluar dari bibir lo itu!"
Cowok itu tersenyum miring, "Tonjok aja Na, tonjok! Setiap lo marah pasti bakal nonjok orang kan?"
Tanpa basa-basi lagi, Athena memukul pipi kanan Jona berulang kaki. Sampai-sampai darah segar terus keluar melalui sudut bibir beserta hidungnya.
Jona tidak memperlihatkan rasa sakitnya, ia masih tertawa kecil. Padahal suasana dalam kelas itu terasa panas, seluruh siswa juga hanya bisa menonton tanpa melakukan sesuatu.
"Masih berani ketawa lo ya?!" teriak Athena lagi, mendorong Jona hingga pelipisnya terbentur ujung meja.
Darah kembali mengucur dengan deras, tapi emosi Athena tak kunjung padam. Ia merasa sangat kesal sekarang, rahangnya terus mengeras. Cowok yang terkulai lemas di bawah sana harus mendapatkan balasannya dari Athena.
"Mati lo bentar lagi!" Athena mengambil sapu, mengangkatnya untuk menghajar Jona kembali.
"Athena!"
Suara itu membuat Athena menoleh, wajahnya semakin memerah. Ia benci dengan cowok yang selalu ikut campur dalam urusannya.
"Apa?!" sahutnya ketus.
Aslan segera mengambil alih sapu yang di genggam Athena, melemparnya begitu jauh.
"Lo gak bisa kaya gini terus!" ucap Aslan, "Dia manusia, udah jelas bentar lagi mati kalau lo gak sabar!"
"Apa urusannya sama lo sih?! Gue pengen dia mati!"
"Na, sadar! Lo masih siswa, jangan ngehancurin idup lo sendiri!"
Gadis itu hanya berteriak, membanting kursi, dan menendang meja dengan begitu keras. Emosinya masih belum mereda, Athena kembali mencari sesuatu. Ransel berwarna hitam itu menjadi sasaran terakhirnya, Athena membukanya, dan mengeluarkan semua barang-barang di dalam tas milik Jona dengan membantingnya.
"Puas lo?!" teriak Athena sebelum akhirnya pergi meninggalkan kelas.
***
Gadis itu berjalan memasuki kantor dengan terburu-buru. Mengacuhkan tatapan staff kantor yang terasa tidak nyaman itu.
"Mama?!" teriak Athena sambil mencoba untuk memaksa masuk ruang kerja Leisha.
"Maaf Mba, bu leisha sedang ada rapat. Beliau sedang tidak ada di ruangan," ucap salah satu staf perempuan.
Athena tidak menggubris, ia tetap mengetuk pintu itu dengan kuat. Teriakannya semakin menjadi-jadi, staf yang ada di sekitar mulai keluar menatapnya. Tak ada yang berani mengusirnya, apa lagi satpam yang juga ikut berdiri di dekat sana.
"Mba saya mohon buat tenang sebentar!" ucap wanita itu lagi.
Athena menoleh, kedua netranya berubah menjadi memerah karena merasa sangat kesal.
"Gue pengen ketemu sama nyokap, kenapa lo larang?!" teriak Athena kasar.
"Bu leisha sedang tidak ada di kantornya."
"Gak usah bohong! Gue tahu dia ada di dalem, kasih kuncinya! Gue mau masuk!"
"Tidak bisa Mba Athena."
"Ma, keluar gak?! Ini penting!" teriak Athena lebih keras lagi.
Pintu itu mulai terbuka, menampakkan sesosok pria dewasa yang terlihat lebih muda dari ibunya. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas, menampilkan sederet gigi berwarna kuning gading.
"Hallo! Athena."