Chereads / ATLAN MA / Chapter 3 - I Hate My Life

Chapter 3 - I Hate My Life

Cowok itu berjalan dengan cepat sambil membawa nampan makannya. Namun, langkahnya harus berhenti untuk mencari meja kosong, dan sialnya meja kosong tidak ada di jam segini. Padahal kemarin kantin ini tidak terlalu ramai, dan masih banyak meja kosong yang bisa ia gunakan.

"Aslan?!"

Suara itu membuat Aslan mencari-cari pemilik suara, tapi tidak ada seorang pun yang memperhatikannya.

"Aslan, di atas!"

Cowok itu segera mendongak dengan kedua netra yang membulat. Air cucian piring berhasil membuat seragamnya basah, dan makannya yang belum sempat ia cicipi pun telah bercampur dengan air cucian piring.

Seluruh pengunjung kantin fokus memperhatikan Aslan. Ada rasa kasihan dalam hatinya, tapi tak ada satu pun yang berani menyelamatkan Aslan pagi ini.

"Ahahah! Enak gak? Itu baksonya enak loh di makan sekarang," teriak Athena di atas sana.

Kedua netra Aslan tertutup sejenak, kemudian ia meletakkan nampannya di atas lantai, dan berlari menaiki anak tangga.

Cowok itu mulai memeluk Athena erat, membuat gadis itu berteriak karena risih. Sesekali Athena mencoba melepaskan pelukan Aslan, tapi selalu gagal. Kekuatan Aslan jauh lebih besar darinya.

"Lepasin gue!!" teriak Athena kesal.

Aslan melepaskan pelukannya, dan memberikan senyuman mengejek pada Athena.

"Enak gak, dapet pelukan gratis dari gue?" tanya Aslan mengejek.

Athena menatap Aslan kesal, rahangnya mulai terlihat mengeras. Kedua tangannya pun mengepal dengan kuat, membuat buku-buku kukunya memutih. Gadis itu terlihat sangat marah, tapi Aslan masih menatapnya dengan senyuman miring yang terlihat mengejek.

"Gak usah ketawa! Lo itu jelek!" teriak Athena.

"Gue gak ketawa, cuman senyum."

"Sama aja, lo jelek!!"

"Gue yang jelek, kenapa elu yang repot sih?" tanya Aslan bingung.

"Argh!! Lo bisa diem gak sih?! Mulut lo itu harus di kasih pager, biar gak ngoceh mulu!"

"Loh? Tuhan nyiptain mulut buat bicara, bukan buat bisu."

"Jawab aja terus! Jawab!!" teriak Athena kesal.

Aslan kembali tertawa kecil, "Gue punya mulut, makanya bisa jawab."

Athena hanya menatap Aslan kesal, kemudian ia melenggang pergi meninggalkan Aslan yang masih tertawa renyah di sana. Membuat siswa yang berada di sekitarnya menatap Aslan heran.

****

Langit nampak begitu indah dengan warna merah, dan jingga. Awan pun terkena cipratan warnanya, terlihat sangat indah. Lebih indah daripada kalimat manis dari sepasang kekasih.

Pintu toko-toko yang tadinya tutup mulai terbuka lebar. Pemilik toko menata barang jualannya dengan rapi di depan pintu. Setiap orang yang berjalan di atas trotoar akan melihatnya dengan jelas.

"Hah! Capek," ucap Athena sambil menghirup udara kotor itu.

Gadis itu berjalan menelusuri trotoar dengan pelan, sesekali hidungnya di tutup dengan dasi ketika ada asap kendaraan, atau asap dari sampah yang di bakar.

Padatnya jalanan membuat pengendara mobil, dan motor itu membunyikan klakson secara bergiantian. Ada pula sopir taxy yang marah-marah melalui jendela pintunya pada antrean yang panjang itu.

Gadis itu kembali menghela panjang sebelum mengubah langkahnya menjadi berlari dengan kencang, dan masuk ke dalam apartment mewah.

Langkahnya terhenti di depan pintu kamarnya, Athena mendengus. Suara ketukan heels milik seorang wanita yang masih terlihat sangat muda itu membuat Athena membelakangi pintu kamarnya.

Wanita dengan gaun berwarna merah, beserta heels berwarna merah berdiri di depan Athena. Tatapannya tak bersahabat, tapi ia mencoba untuk memberikan ekspresi bersahabatnya meskipun tidak ikhlas.

Wanita itu tersenyum manis, mengusap lengan kiri puterinya dengan lembut, dan berkata, "Gimana sekolahnya hari ini?"

"Gak usah basa-basi deh Ma! Langsung aja ke intinya, Mama mau apa?" sahut Athena kesal.

Leisha tertawa kecil, kemudian menghela samar.

Athena kembali mendengus, ia menatap Leisha dari atas sampai bawah dengan tatapan sinisnya.

"Bisa cepet gak sih Ma? Aku tuh capek! Mau istirahat!" teriak Athena.

Raut muka Leisha berubah menjadi datar, "Besok ada pertemuan di gedung B, sama temen kerja papa. Kita mau kamu main piano di sana, buat ngehibur mereka."

Tawa Athena pecah seketika, wajahnya berubah memerah karena terlalu keras tertawa, "Aku yakin sih ada hal lain di balik ini, ngaku aja deh!"

"Anak tunggal mereka ikut besok, baru pulang dari Aussie, mama sama papa mau kamu temenin dia," jelas Leisha.

"Apa yang aku dapetin kalau nurut?"

"Apa aja yang kamu mau."

"Beneran?" tanya Athena tak percaya.

Leisha mengangguk sebagai jawabannya.

"Aku mau rumah sama mobil, tempatnya jauh dari sini."

"Oke."

Athena hanya menatap Leisha sekilas, sebelum akhirnya berbalik untuk masuk ke dalam kamarnya.

******

Pagi ini adalah pemilihan siswa-siswi berprestasi untuk mengikuti sebuah olimpiade nasional. Guru Bahasa Indonesia di sekolah mulai memanggil sepuluh siswa-siswi untuk menemuinya di ruangan Bimbingan Konseling.

Siswa - siswi pilihan itu mulai berjalan menelusuri koridor sekolah. Athena ikut betjalan dengan begitu elegan, cara berjalannya terlihat seperti model. Membuat siswa - siswi pilihan yang juga berjalan itu menghentikan langkah mereka. Membiarkan Athena berjalan mendahuluinya.

"Udah kaya ratu aja tu anak," ucap Aslan dengan tatapan tak sukanya.

Mereka semua mulai masuk ke dalam ruangan, dan duduk pada bangku yang telah di siapkan. Menatap papan tulis putih, beserta Bu Santi yang mulai berdiri membelakangi papan tulis.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Bu Santi.

"Pagi Bu!!"

"Olimpiade Nasional Bahasa Indonesia, waktunya kurang satu bulan lagi. Saya sudah membuat kelompok untuk kalian semua, jadi dengarkan, dan catat untuk kelompok masing-masing!" jelas Bu Santi.

"Iya Bu!!"

Seluruh siswa pilihan itu mulai mengeluarkan pulpen, dan buku kecil dari dalam saku. Namun, berbeda dengan Athena, gadis itu masih sibuk dengan ponselnya. Melihat-lihat instagram, dan beralih pada twitter, sesekali gadis itu tertawa karena meme yang di bacanya.

"Athena, mohon perhatiannya!" teriak Bu Santi.

"Oke, i'm sorry Miss Santi," sahut Athena santai sebelum akhirnya meletakkan ponselnya di atas meja.

Wanita itu menghela, duduk pada kursi yang terletak di sebelah kanan, dan membuka buku besar itu.

"Baik, kelompok satu ada Rina, Denis, Salsa. Kelompok dua, Aima, Nina, Aldy, kelompok tiga, Ari, Nata, Citra, dan khusus kelompok empat ini ada dua siswa ya, Aslan, dan Athena," ucap Bu Santi.

"Bu, yang bener aja? Saya gak mau satu team sama dia!" sahut Athena sambil beranjak dari duduknya.

"Ini keputusan final, kepala sekolah juga sudah menandatangani, jadi gak bisa di ubah lagi."

Athena mendengus, ia melirik ke arah Aslan yang mengangkat bahunya dengan tatapan tak tahunya. Hal itu membuat Athena semakin kesal, ia mulai duduk kembali, dan lebih memilih untuk memainkan ponselnya ketimbang mendengarkan penjelasan lomba dari Bu Santi.

"Ini pertemuan pertama kita, pertemuan kedua waktu mendekati lomba. Jadi saya minta buat kalian belajar sendiri, nanti saya kasih buku, beserta materi yang akan di ujikan melalui email masing-masing," ucap Bu Santi.

"Iya Bu!! Terima kasih!!" sahut seluruh siswa sebelum beranjak, dan berjalan keluar.

***